NovelToon NovelToon
MAFIA'S OBSESSION

MAFIA'S OBSESSION

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Mafia
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)
Areta dipaksa menjadi budak nafsu oleh mafia kejam dan dingin bernama Vincent untuk melunasi utang ayahnya yang menumpuk. Setelah sempat melarikan diri, Areta kembali tertangkap oleh Vincent, yang kemudian memaksanya menikah. Kehidupan pernikahan Areta jauh dari kata bahagia; ia harus menghadapi berbagai hinaan dan perlakuan buruk dari ibu serta adik Vincent.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Vincent berdiri mematung dan masih memikirkan perkataan dokter yang mengatakan 'Sianida' bergaung di telinganya.

Amarahnya tidak lagi berupa letupan, melainkan es yang membakar.

Ia menoleh ke arah Jonas yang sedang berdiri di sampingnya.

"Jonas, segera hubungi Dr. Leonard. Suruh dia datang ke sini, sekarang juga. Dan beritahu orang-orangku untuk segera memeriksa CCTV di koridor kamar. Cari tahu siapa yang masuk atau keluar dari kamarku. Jangan sampai ada yang tahu tentang keracunan ini di luar lingkaran kita."

Jonas mengangguk cepat dengan wajahnya yang pucat pasi.

"Siap, Tuan Vincent."

Setelah beberapa jam yang menegangkan, dokter mengizinkan Areta dipindahkan ke ruang perawatan VIP.

Vincent memasuki ruang perawatan dimana kamar itu sangat hening dan hanya terdengar suara ritmis dari alat monitor jantung.

Areta terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit.

Kulitnya seputih kapas, kontras dengan selang infus yang menempel di lengannya dan masker oksigen yang menutupi wajahnya yang sembap.

Alat medis itu terasa seperti penghinaan bagi kekuasaan Vincent, seolah menertawakan kegagalannya menjaga 'jaminan' miliknya.

Vincent menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur.

Ia menatap Areta, pandangannya tak terbaca. Ada keheningan yang mencekam, bukan karena kesedihan, melainkan karena kemarahan yang tertahan, yang siap meledak.

Ia mengulurkan tangan, menyentuh pergelangan tangan Areta yang masih terlihat kemerahan bekas borgol, kini tertusuk jarum infus.

"Kamu berani-beraninya meninggalkanku lagi, Areta," bisiknya dingin, seolah bicara pada dirinya sendiri.

"Bahkan kematian pun tidak akan kulepaskan."

Beberapa menit kemudian, ponsel Vincent berdering. Itu adalah panggilan dari Jonas.

Vincent segera menjawabnya, nadanya berubah tajam.

"Bagaimana hasilnya?"

Suara Jonas terdengar tegang di ujung telepon saat mendengar perkataan Vincent

'Tuan Vincent, kami sudah memeriksa CCTV. Ada seseorang yang masuk ke kamar setelah Anda pergi. Hanya satu orang, Tuan."

"Siapa?" tanya Vincent sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Nona Clara, Tuan Vincent. Dia masuk sekitar sepuluh menit setelah Anda meninggalkan rumah, dan keluar dengan gerakan mencurigakan lima menit kemudian."

Kata 'Clara' membuat mata Vincent berkilat berbahaya. Adiknya sendiri.

Ia tidak menyangka adiknya akan bertindak sejauh ini, melanggar perintahnya dan mencoba membunuh seseorang di bawah atapnya.

"Periksa lagi. Pastikan rekaman itu tidak dimanipulasi," perintah Vincent.

"Sudah kami pastikan, Tuan. Dan kami juga menemukan kapsul obat di tempat sampah kamar mandi. Dr. Leonard mengkonfirmasi bahwa itu adalah antibiotik yang ia berikan, yang isinya sudah kosong."

Bukti sudah jelas kalau Clara telah menukar obat itu dengan Sianida, memanfaatkan peluang saat Jonas lengah.

Vincent memutuskan panggilan itu. Ia menatap wajah damai Areta yang tertidur karena pengaruh obat bius.

"Clara..." gumam Vincent, nama itu terdengar seperti racun di bibirnya.

Ia berjanji pada dirinya sendiri. Areta adalah miliknya, dan siapapun yang berani menyentuh, merusak, apalagi mencoba mengambil miliknya, akan membayar harga yang jauh lebih mahal daripada utang Jacob.

Vincent bangkit dari kursi sambil mencium kening Areta sekilas, bukan ciuman cinta, melainkan ciuman penanda kepemilikan dan ancaman.

"Istirahatlah, Areta. Begitu kau bangun, permainan akan dimulai. Dan kali ini, akan ada nyawa yang menjadi taruhannya."

Ia melangkah keluar, wajahnya kaku seperti pahatan.

Vincent kembali duduk di samping Areta. Ia menatap lekat pada wajah pucat istrinya, yang kini hanya dibalut alat medis.

Tangannya menggenggam ponselnya erat-erat, rekaman CCTV di otaknya berputar tanpa henti.

Ia mengangkat ponselnya dan menghubungi Jonas lagi.

"Jonas, aku ingin kamu merahasiakan ini. Tidak ada satu orang pun, termasuk Nyonya Helena, yang boleh tahu bahwa ini adalah keracunan. Laporkan saja sebagai infeksi yang memburuk akibat kelelahan parah," perintah Vincent dingin.

"Baik, Tuan Vincent," jawab Jonas, namun ia terdengar ragu.

"Dan pastikan rekaman CCTV itu aman. Jika ada kebocoran sekecil apa pun, nyawamu taruhannya."

"Siap, Tuan."

Vincent terdiam sejenak. Matanya kembali menatap Areta, memikirkan rencana balas dendam yang harus ia sajikan.

Ia tidak akan membunuh Clara, itu akan terlalu mudah. Ia ingin hukuman yang lebih menyakitkan, hukuman yang datang dari tangan Areta sendiri.

"Aku tidak akan memberikan hukuman pada Clara sekarang," ujar Vincent tiba-tiba, suaranya mengandung janji yang mengerikan.

"Aku ingin Areta yang melakukannya. Begitu dia sadar dan pulih, aku akan berikan Clara padanya. Areta akan memutuskan hukuman apa yang pantas untuk orang yang mencoba membunuhnya."

Jonas di seberang telepon tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.

"Tuan Vincent..." Jonas mengernyitkan keningnya, nadanya penuh pertanyaan.

"Apakah Anda sudah mulai jatuh cinta dengan istri Anda?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Jonas menghantam Vincent.

Vincent hanya diam dan menatap lurus ke wajah Areta yang terbius.

Wajah yang telah membuatnya marah tak terkendali, dan di saat yang sama, membuatnya gila oleh sebuah perasaan yang belum pernah ia akui. Jatuh cinta? Tidak mungkin. Ia adalah mafia, ia tidak mengenal perasaan lemah itu.

Namun, ia tidak bisa memungkiri, ada sesuatu yang berbeda.

Ada rasa posesif yang melampaui sebagai kepemilikan.

Ada dorongan untuk menghukum setiap orang yang berani menyentuh miliknya, terutama ketika nyawa gadis itu terancam.

Pikirannya langsung melayang pada malam pernikahan mereka yang brutal.

Tubuh Areta yang melengkung tak berdaya di bawahnya, air mata, dan suara desahan lirih Areta yang terpaksa keluar dari bibirnya.

Suara itu, suara penyerahan diri yang bercampur rasa sakit, adalah hal yang kini ia rindukan, hal yang membuatnya merasa hidup dan berkuasa.

"Aku melakukan ini karena dia adalah jaminanku. Dan tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh jaminanku," jawab Vincent.

"Jaga mulutmu, Jonas. Fokus pada tugasmu. Selidiki bagaimana Clara mendapatkan Sianida itu," ucap Vincent sambil memutuskan panggilan, membiarkan keheningan tegang kembali menyelimuti ruang perawatan.

Ia kembali menatap Areta yang masih belum sadarkan diri.

Di balik topeng kebenciannya, Areta adalah satu-satunya yang mampu memicu emosi sedalam ini. Dan karena itu, ia tidak akan membiarkan Areta mati.

Sementara itu, di kediaman mewah Vincent, Clara merasa sangat puas.

Ia duduk santai di kamarnya, membaca majalah mode terbaru, namun senyum licik tidak lepas dari bibirnya.

Ia merasa telah berhasil membersihkan rumah dari kuman yang mengganggu, Areta.

"Kakakku hanya milikku dan hanya aku yang berhak disampingnya" gumam Clara penuh kemenangan.

Ia beranjak dari sofa, menuju ke lemari kayu besar di sudut ruangan.

Setelah membuka kunci, ia menyingkirkan beberapa pakaian dan meraih sebuah kotak penyimpanan yang tersembunyi.

Di dalamnya, tersimpan puluhan foto Vince yang ia ambil diam-diam dari kejauhan, saat Vincent bekerja, saat sedang tertidur, atau saat sedang berbicara serius.

Clara mengelus salah satu foto Vincent dengan tatapan penuh damba.

"Aku mencintaimu, Kak," gumam Clara, suaranya dipenuhi obsesi.

"Aku tidak peduli dengan hubungan saudara kita. Kita seharusnya bersama."

Ia tidak pernah melihat Vincent sebagai seorang kakak.

Bagi Clara, Vincent adalah takdirnya, kekasihnya, dan miliknya yang sah.

Kehadiran Areta, pelacur yang hanya dijadikan jaminan, adalah noda yang harus dihilangkan segera.

Ia yakin, begitu Areta mati karena 'sakit' di rumah sakit, Vincent akan kembali padanya, kembali pada hubungan mereka yang intim dan penuh rahasia di balik status mereka sebagai saudara.

Clara menyeringai dan ia tidak pernah tahu bahwa tindakannya itu tidak hanya diketahui oleh Vincent, tetapi juga sedang dipersiapkan sebagai hukuman yang akan datang dari tangan orang yang paling ia benci.

1
putrie_07
cinta gila😆😆😆😆
lanjut Thor💪😘
اختی وحی
ikut gemeter😄
اختی وحی
semangat thor,makin seru
my name is pho: terima kasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!