NovelToon NovelToon
Cinta Dalam Hidupku

Cinta Dalam Hidupku

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Aliansi Pernikahan / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Istri ideal
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Desty Cynthia

Karena pengaruh obat, Atharya sampai menjadikan gadis desa sebagai pelampiasan nafsunya. Tanpa di sadari dia telah menghancurkan masa depan seorang gadis cantik, yaitu Hulya Ramadhani.
Akan kah Hulya ihklas menerima ini semua? Apakah Atharya akan bertanggung jawab?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penderitaan Maira

Matahari terbit menyoroti jendela kamar Athar dan Hulya yang masih tertidur usai shalat subuh tadi. Badan Hulya terasa sangat pegal. Keduanya masih betah di dalam selimut yang sama.

"Sayang... Bangun udah jam sembilan." Kata Athar sambil mengelus kepala sang istri. Ia juga mencium bibir istrinya lama.

"Eugh mas... Males mas maunya tidur aja." Ucap Hulya, ia makin menelusupkan kepalanya ke dada suaminya.

Pertempuran keduanya tadi malam membuat Hulya dan Athar lelah. Tangan Athar semakin mendekap tubuh mungil istrinya. "Iya boleh sayang. Nanti kita pulang sore aja yah."

"Iya mas_" Hulya segera beranjak bangung ketika perutnya mual, ia langsung menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

Sebagai suami siaga, Athar dengan sigap menyusul istrinya cepat, dan memijat leher istrinya. Khawatir menyelimuti hati Athar pada istrinya ini. Tangan Hulya memegang erat pinggiran wastafel.

"Mas jangan di sini, jijik mas sana keluar." Lirih Hulya.

Namun Athar tak menjawabnya, ia dengan cepat membersihkan bekas muntahan istrinya, ia juga membasuh wajah istrinya agar tak terlalu terlihat pucat.

Hati Hulya tersentuh atas perlakuan suaminya ini. "Kamu tanggung jawab ku sayang. Kita ke dokter yah sekarang."

"Iya mas."

Tak lama keduanya bersiap siap pergi ke dokter memeriksakan kandungan Hulya. Sesampainya di rumah sakit, Hulya di periksa. Ternyata Hulya terlalu lelah dan banyak pikiran.

Dokter kandungan itu menasihati Hulya supaya tidak terlalu stress. Karena bisa berpengaruh pada janinnya. Athar juga merasa bersalah atas kejadian kemarin.

-

-

-

Kini keduanya sudah dalam perjalanan pulang kembali ke rumah orang tua Athar. Menurut dokter, Hulya harus bedrest demi janinnya.

Mobil itu sampai dirumah, Athar memapah istrinya ke dalam. Kebetulan Alana, kakaknya Athar baru datang sambil membawa kue yang baru saja ia buat. Ia melihat adik iparnya yang pucat pasi.

"Kamu kenapa? Pasti kelelahan deh! Kamu yah pasti ajak bergadan istri kamu?" Ucap Alana pada Athar dengan mendelik tajam.

Athar menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Hehehe dikit kak. Iya kok ini bakalan di tahan."

Hulya sedikit malu pada kakak iparnya ini. Ketiganya masuk ke dalam bersama. Mamih Aleesya melihat menantunya ini pucat, ia membawanya ke dalam.

"Mamih masakin bubur yah. Badan kamu hangat. Kalian kenapa enggak pulang semalam sih?" Ucap mamih Aleesya yang mencemaskan anak dan menantunya.

Athar menjelaskan jika dirinya ingin quality time bersama istrinya. Ia tidak mungkin jujur dengan keadaan yang sebenarnya. Bisa bisa hubungan bisnis orang tuanya dan orang tua Rachel berantakan.

Pasalnya, kedua orang tua Athar dan Rachel sudah terjalin kerja sama. Biarlah ini menjadi urusan Athar. Ia tak ingin melibatkan orang tuanya.

"Anna mana mih?" Tanya Alana.

"Enggak tahu! Ponselnya enggak aktif. Mamih pusing sama kelakuan Anna akhir akhir ini. Coba kamu yang nasihati adik mu." Keluh mamih Aleesya.

"Biar Athar aja mih. Mamih jangan banyak pikiran yah. Athar enggak mau mamih sakit." Ucap Athar lembut.

"Terima kasih ya sayang. Iya mamih akhir akhir ini memikirkan Anna. Mamih takut dia terjerumus ke pergaulan bebas."

Alana dan Athar akan mencoba bicara pada adik bungsunya itu. Hulya hanya mendengarkan, ia tak berani ikut campur masalah keluarga suaminya. Meskipun keluarga suaminya sangat menyayanginya, tapi Hulya masih sangat menaruh hormat pada mertuanya.

-

-

-

Athar membaringkan istrinya di kasur setelah berganti baju tadi. Ia membalur minyak telon ke perut istrinya. Ketika Athar akan naik ke tempat tidur. Tiba tiba ponselnya berdering.

Sontak mata Hulya reflek menoleh ke ponsel suaminya yang tergeletak di meja. Hati Hulya panas saat itu juga, ia menyelimuti dirinya dan memunggungi suaminya.

Bibir Athar seketika membisu, Maira menghubunginya lagi. Ia terpaksa mematikan ponselnya dan membuka kartunya.

"Aku akan ganti nomor." Ucap Athar sambil berjalan ke meja belajarnya. Ia menyalin semua data dari ponsel sebelumnya ke ponsel yang biasa ia pakai untuk bekerja.

Hulya tak menjawab, ia berusaha memejamkan matanya. Cemburu? Tentu saja! Maira terus terusan menghubungi suaminya. Bahkan Maira pernah meminta menjadi istri kedua.

"Sayang..!" Athar mendekati istrinya dan memeluknya. Ia tahu jika istrinya sedang marah dan cemburu. Sedari tadi Hulya hanya diam dan menutup mata. Namun air matanya menetes ke pipinya.

Tangan Athar terus mengusap ngusap punggung istrinya lembut. "Ingat apa kata dokter? Jangan stress!"

"Gimana enggak stres mas! Maira terus terusan telepon kamu! Wajar kan aku cemburu! Atau mas enggak suka aku cemburu!" Ucap Hulya dengan dada yang bergemuruh.

Tenggorokan Athar tercekat, ia sendiri bingung harus bersikap seperti apa ke Maira. "Tolong percaya padaku yah. Aku sangat mencintai mu sayang. Kamu tahu itu." Lirih Athar.

-

-

-

Pagi hari ini Hulya tak ikut menemani suaminya ke tempat kerja, ia lebih memilih istirahat dirumah. Mertuanya juga ada dirumahnya. Jadi ia tak akan kesepian.

Athar pamit pada istri dan orang tuanya. Ia pergi ke tempat latihan seperti biasa. Namun ketika di jalan ia hampir menabrak seseorang.

BUGH

Athar mendadak menghentikan mobilnya. Ia bergegas keluar melihat siapa yang ia tabrak. "Mbak, kita ke rumah sakit yah."

Ketika Athar membalikkan tubuh wanita itu, ternyata Maira. "Astaga Maira, kamu kenapa?" Athar nampak cemas.

Wajah Maira penuh lebam, sepertinya Maira memang sengaja menabrakan dirinya supaya ia mati. Ia sudah tak sanggup lagi menjalani pernikahan bersama Lukas.

Athar menggendong Maira ke mobilnya dan membawanya ke rumah sakit. Jantungnya berdegup kencang, ia takut jika Maira terluka parah.

"Maira kamu harus bertahan, kita sebentar lagi sampai."

Dengan cepat Athar menjalankan mobilnya menuju rumah sakit. Pikirannya kalut, bagaimana pun Maira pernah ada di hatinya meskipun sekarang perasaan itu sudah pergi. Namun baginya, Maira tetaplah adik kecilnya.

Mobil Athar sampai di rumah sakit. Ia menggendong Maira ke dalam dengan cepat. Para perawat itu langsung mengambil alih Maira dari tangan Athar.

Athar mengikutinya sampai ke depan ruang ugd. "Ya Allah Maira, kamu kenapa seperti ini?" Lirih Athar.

Cukup lama Maira di periksa oleh dokter, Athar menunggunya di luar. Perasaannya cemas, ia takut terjadi apa apa pada Maira.

Dokter yang menangani Maira keluar. "Anda suaminya?"

"Bukan, saya_saya kakaknya." Dengan cepat namun sedikit ragu Athar menjawabnya.

"Begini, pasien mengalami kekerasan. Banyak luka di tubuhnya, sudah kami obati. Dia mengalami syok berat. Dan_pasien harus menjalani kemoterapi secepatnya, sebelum kanker rahimnya menjalar."

Bagai di sambar petir di siang bolong, Athar syok mendengar bahwa Maira terkena penyakit ganas.

"Hidupnya tak akan lama lagi. Menurut medis, hidupnya akan bertahan dua sampai tiga bulan lagi. Namun semua kembali pada kuasa Allah. Kita hanya manusia biasa tidak bisa menentukan takdir seseorang." Lanjut dokter itu.

Dada Athar terasa sesak, setelah mendapati Maira yang tersiksa akibat Lukas, Maira juga harus mengidap kanker.

Dokter akan segera memindahkan pasien ke ruang rawat inap. Athar mengurusnya terlebih dulu. Tak lama Maira di pindahkan ke kamar rawat. Athar menyusulnya dan duduk di pinggir kasur Maira.

Athar bingung harus bagaimana sekarang. Ia sangat mencintai Hulya. Namun Athar juga mengkhawatirkan Maira. Di tengah lamunannya, ia menghubungi om Ethan papahnya Maira.

"Saya tunggu om." Ucap Athar mengakhiri teleponnya.

Mata Atharya sudah berkaca kaca, ia masih tak menyangka jika Maira mengalami penderitaan yang sangat berat.

"Eugh...!" Maira perlahan membuka matanya. Kepalanya terasa sakit, matanya masih menatap langit langit kamar. Ia mencoba bangun dari tidurnya.

Athar membantunya duduk. "Kamu di rumah sakit. Aku sudah hubungi papah kamu. Beliau akan ke sini."

"Kak...!" Maira berhambur ke pelukan Athar, ia menangis histeris di dada Athar.

Tangan Athar pelan pelan membalas pelukan Maira. Dia mengelus punggung Maira lembut. Ia hanya kasihan Maira tak lebih.

-

-

"Kena kau! Setelah ini Hulya akan meninggalkan mu."

Ternyata sedari tadi, Sean mengintip dari celah pintu kamar Maira. Ia memotret Athar dan Maira yang sedang berpelukan. Lalu ia mengirimkannya pada Hulya. Entah dari mana ia bisa mendapatkan nomor ponsel Hulya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!