Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 7. Ruby Mengancam Emerald.
Setelah siuman, Ruby memutuskan untuk segera keluar dari rumah sakit. Kondisinya sudah membaik setelah mendapatkan penanganan yang cepat dari dokter.
Airis jelas menentang keputusan sahabatnya itu. Bagi Airis, Ruby masih perlu mendapatkan perawatan sampai kondisinya benar-benar pulih.
"Aku sudah menghabiskan dua botol infus, Airis. Aku merasa jauh lebih baik sekarang." Ruby meyakinkan sahabatnya itu, ia tersenyum menatap pada Airis.
Hingga akhirnya Airis tak dapat lagi mencegah keinginan Ruby. Airis tahu, pasti Ruby tidak enak hati dengannya tentang biaya rumah sakit yang ditanggung seluruhnya oleh Airis. Padahal Airis sama sekali tidak keberatan, ia tulus membantu sahabatnya itu.
Tapi itulah Ruby. Selama ini ia tumbuh dalam keadaan yang terbiasa menahan, tidak pernah menuntut apa-apa, apalagi berani untuk mengatakan sesuatu yang ia inginkan dan butuhkan.
Ruby dipaksa kuat dalam diamnya dan ketidak berdayannya, Ruby juga takut jika sampai merepotkan keluarganya. Meski pada akhirnya ia selalu menelan kenyataan pahit—ia tetaplah dianggap beban, selalu dikecewakan dan tidak pernah dihargai apalagi dicintai.
Ruby dan Airis akhirnya meninggalkan rumah sakit pagi itu. Mereka menuju kost Airis, dan dalam perjalanan ke sana, Ruby sempat meminta agar mereka singgah ke kampus. Ruby akan mengambil barang pribadinya yang ada di loker kampus.
Namun, saat baru saja turun dari kendaraan umum bersama Airis, Ruby terkejut melihat keberadaan Cakra dan Rachel di sekitar kampusnya.
Dan lebih terkejut lagi Ruby saat melihat Emer juga ada di sana.
"Mereka mencarimu?"
Ruby menggeleng dengan pertanyaan Airis. Mereka bersembunyi di balik tembok pagar kampus, mendengarkan semuanya—tentang Cakra dan Rachel yang ternyata mencarinya karena kedatangan Tuan Herison.
"Jadi pertunanganmu hari ini?" kaget Airis ketika mendengar ucapan Rachel dan Cakra. "Siapa pria tampan itu?" tanya Airis ketika melihat kehadiran Emer.
Ruby tak menjawab, ia tersenyum pahit dalam hati. Ia mengira Cakra dan Rachel mencarinya karena khawatir setelah ia tidak pulang semalaman, atau setidaknya, Daddy dan mommynya yang meminta, tapi ternyata tidak.
Ruby lekas mengusap matanya. Ia memang tidak menginginkan apa-apa, yang ia inginkan hanya cinta dari keluarganya. Dan kini, untuk Ruby itu adalah sesuatu yang kian tak mungkin, ia tidak akan pernah mendapatkan cinta dari keluarganya.
Ruby dan Airis terus diam berada di balik tembok dan mendengarkan semuanya. Ruby kini juga mengetahui bahwa Emer—pria yang sempat ingin melecehkannya ternyata calon tunangan Rachel.
Hati Ruby kian tertawa bodoh, ia merasa semakin dipermainkan oleh Cakra, Rachel dan juga Emer.
"Kau mau ke mana..." kaget Airis saat Ruby memilih keluar dari persembunyian mereka dan berhadapan dengan Emer setelah kepergian Cakra dan Rachel.
"Kau tampak bahagia sekali karena akan bertunangan dengan gadis yang kau inginkan, ya?" ucap Ruby terdengar menohok.
Deg!
Emer berbalik dan terkejut saat melihat Ruby ada di belakangnya.
"Kau, gadis bervirus."
Ruby tersenyum sinis. Emer terus menyebutnya sebagai gadis virus setelah pria itu gagal menidurinya. Padahal sebelum Ruby bersin dan flu, Emer tampak begitu bersemangat dan sangat bergairah saat menciumnya.
Mengingat semua itu, Ruby seketika merasa jijik dan marah. Tangannya mengepal erat.
"Ya, gadis bervirus kesayanganmu ini adalah calon tunanganmu," ucap Ruby penuh penekanan.
Yang seketika membuat Emer tergelak dan Airis yang berada di samping Ruby juga keheranan.
Airis memperhatikan sahabatnya. Bukankah orang tua Ruby yang tiran itu akan menjodohkan Ruby dengan Tuan Herison. Dan Emer adalah calon tunangan Rachel, itu yang tadi Airis dengar.
Bukan berarti Airis setuju dengan yang dilakukan oleh orang tua Ruby. Ia terkejut serta juga tak mengerti dengan apa maksud ucapan Ruby.
"Aku memaklumi ketika semua wanita memang mudah tertarik pada pesonaku. Tapi kau...gadis bervirus." Tunjuk Emer pada Ruby yang berdiri di hadapannya. "Jangan harap! Bahkan untuk menaruh rasa suka sedikit saja padaku, tidak akan aku biarkan," tekan Emer begitu tajam.
Ruby hanya diam. Tangannya terus mengepal. "Apa yang aku katakan pasti akan terjadi. Dan apa yang aku inginkan pasti akan aku dapatkan." Mulai detik ini, tekad Ruby besar.
Emer melebarkan bola matanya. Amarah pria itu terpancing. Namun, seketika itu juga lenyap saat mendengar apa yang Ruby katakan selanjutnya.
"Apa maksudmu? Heh! Apa maksudmu, gadis bervirus?!" Emer mengejar Ruby yang langsung pergi meninggalkannya dengan kembali menaiki kendaraan umum bersama Airis. "Sial! Dia berani mengancamku!" geram Emer. Kakinya bahkan menendang batu tak bersalah yang ada di pinggir jalan.
*
*
*
Di dalam kendaraan umum. Airis terus memberondong Ruby dengan pertanyaan. Airis ingin tahu apa maksud ucapan Ruby pada Emer tadi.
Tapi Ruby masih diam. Ia tampak berpikir dengan sesekali memberikan senyuman pada Airis, yang membuat Airis berdecak kesal.
"Aku akan pulang," beri tahu Ruby pada Airis yang membuat Airis sangat terkejut.
"Apa maksudmu, Ruby? Kau akan pulang ke rumah keluarga Sanders yang beracun itu?!"
Ruby mengangguk.
"Jangan konyol, Ruby! Kau sudah benar memutuskan untuk meninggalkan keluarga itu! Mereka hanya akan terus menyakitimu!"
Ruby meraih tangan Airis dan menggenggamnya. "Aku akan baik-baik saja. Percayalah! Aku kembali bukan sebagai Ruby mereka, tapi Ruby yang berbeda. Aku akan menjaga diriku jauh lebih baik dari sebelumnya, Airis."
Airis tetap keberatan, ia tidak ingin Ruby kembali ke keluarga Sanders hanya untuk diperlakukan semena-mena di sana. Airis tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
"Aku tidak ingin meninggalkan mereka dengan kemenangan, Airis." Tidak dengan keadaan setelah keluarganya puas memberikan segala hal yang tidak berpihak padanya. "Aku akan melakukan sesuatu dan aku ingin kau mendukungku."
Airis terus dibuat terkejut dengan ucapan Ruby. Ruby memberi tahu apa yang ingin ia lakukan. Dan Airis lagi-lagi hanya bisa pasrah, meski kekhawatiran terus ada di hatinya.
Ruby mengambil keputusan itu karena melihat Cakra dan Rachel yang tadi mencarinya hingga ucapan sang ayah juga terlintas dalam benak Ruby.
"Daddy tidak mungkin menjodohkanmu dengan pria sembarangan. Daddy ingin kau menikah dengan salah satu putra Tuan Reagan."
Ruby tersenyum miring saat mengingat kalimat itu. Tatapannya nanar memperhatikan jalanan. Bayang-bayang Roger yang tersenyum dan mengusap sayang kepala Rachel begitu jelas terulang di pelupuk mata Ruby. Juga senyuman Shinta dan Cakra-kakaknya.
Mengapa ia tidak diperlakukan demikian?
Ribuan kali pertanyaan itu terlontar, tapi jawaban yang Ruby dapatkan adalah karena ia penyakitan. Sebab itu jua, Roger dan Shinta menghadirkan Rachel dalam keluarga mereka.
Gadis luar yang bukanlah keturunan Sanders. Namun, bisa begitu dengan mudahnya mendapatkan cinta dari keluarganya.
"Harusnya aku," gumam Ruby pelan. "Itu tempatku!" Ia akan kembali mengambil semua yang seharusnya menjadi miliknya.
Ruby semakin menggenggam tangan Airis yang kini memeluknya. Ruby juga memikirkan Airis, ia tidak ingin Airis terseret dan mendapat masalah dari Roger jika ia memilih tetap tinggal bersama sahabatnya itu. Karena Ruby tahu, cepat atau lambat, keluarganya pasti akan tahu keberadaannya.
Tiba di kost Airis, mereka turun dari kendaraan umum dan melangkah bersama. Ruby akan pulang malam nanti setelah Tuan Herison pergi dari kediaman keluarga Sanders.
"Akhirnya aku menemukanmu juga. Dasar anak tidak berguna, bisanya hanya merepotkan saja."
Cakra sudah berdiri dengan bersedekap dada tepat di depan kost Airis.
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃