Safeea dan ibunya sudah lama hidup di desa. Setelah kematian ibunya, Safeea terpaksa merantau ke kota demi mencari kehidupan yang layak dan bekerja sebagai pelayan di hotel berbintang lima.
Ketika Safeea tengah menjalani pekerjaannya, ia dibawa masuk ke dalam kamar oleh William yang mabuk setelah diberi obat perangsang oleh rekan rekannya.
Karena malam itu, Safeea harus menanggung akibatnya ketika ia mengetahui dirinya hamil anak laki laki itu.
Dan ketika William mengetahui kebenaran itu, tanpa ragu ia menyatakan akan bertanggung jawab atas kehamilan Safeea.
Namun benarkah semua bisa diperbaiki hanya dengan "bertanggung jawab"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Semua ini pak William yang menyiapkannya untuk nyonya, dia meminta kami untuk membeli beberapa pakaian, tas, dan perhiasan dari butik terdekat agar bisa segera dipakai oleh nyonya begitu tiba dan tinggal disini." ucap Nina sembari tersenyum lembut kepada safeea.
Safeea hanya mengangguk pelan saat mendengar perkataan Nina sembari mencoba membiasakan hatinya untuk tidak terlalu terkejut dengan semua kemewahan yang diberikan oleh William padanya.
Nina lalu menatap Safeea sekali lagi dengan senyumnya yang masih ramah.
“Kalau begitu, saya pamit dulu, Nyonya. Tolong istirahatlah, Anda pasti lelah setelah perjalanan panjang.”
Safeea hanya mengangguk.
“Terima kasih, Nina.”
Nina menunduk sopan sebelum melangkah keluar dan menutup pintu secara perlahan. Begitu suara langkah kakinya menghilang di lorong, Safeea mendesah pelan. Pandangannya kembali menyapu kamar barunya yang terlihat indah, mewah, namun terasa asing, seperti dunia yang bukan miliknya.
Ia berjalan pelan menuju ranjang, jemarinya menyentuh seprai putih bersulam benang emas itu. Hatinya campur aduk antara terkesan dan tak nyaman.
Baru saja Safeea hendak duduk, terdengar suara kenop pintu yang diputar. Pintu terbuka, dan William segera masuk ke dalam kamar. Gerakannya tenang namun tegas, lalu ia menutup pintu rapat-rapat, seolah ingin memastikan bahwa tak ada seorang pun yang bisa mendengar percakapannya dengan Safeea.
Safeea menelan ludahnya. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tidak tahu apakah ia harus berdiri atau tetap duduk. Namun yang jelas tatapan William tertuju padanya, tatapan matanya yang tajam namun tidak menghakimi, lalu laki laki itu melangkah mendekat.
Ketika jarak mereka tinggal beberapa langkah, William berhenti. Suaranya rendah namun terdengar jelas.
“Aku butuh kartu identitas dan kartu keluargamu, Safeea.”
Safeea mengerutkan kening, tanda sedikit gugup dan juga bingung.
“Untuk apa?”
William menatapnya lekat-lekat, lalu menjawabnya singkat.
“Besok pagi, kita akan pergi ke kantor urusan agama. Aku akan menikahimu secara resmi. Aku tidak mau statusmu di rumah ini hanya sekadar menumpang. Kau akan menjadi istriku yang sah.”
Safeea terdiam. Kata-kata itu membuat dadanya terasa hangat sekaligus berat. Ia tak menyangka William akan mengatakannya sejelas itu.
“Dan satu hal lagi, mulai besok, kau tidak akan bekerja di hotelku Safeea. Selama kau mengandung, fokus mu hanya satu yaitu menjaga kesehatan dan keselamatan bayi kita. Semua kebutuhanmu akan aku penuhi.”
Safeea mengangkat wajahnya, ia ingin protes terhadap keputusan William yang memintanya untuk berhenti bekerja, tapi tatapan William memotong niatnya. Ada ketegasan yang tak bisa dibantah dari tatapan laki laki itu.
William menghela napas, lalu suaranya terdengar sedikit lebih lembut.
“Maaf, Safeea. Aku harus menikahimu dengan cara sederhana dan rahasia. Bukan karena aku malu untuk mengakui mu di depan umum tapi aku tidak ingin masyarakat luar menjelekkan namamu. Aku tahu lidah orang bisa setajam pisau, dan aku tak mau kau terluka karena itu.”
Safeea menunduk, mencoba memahami setiap kata yang baru saja keluar dari bibir pria itu. Ada rasa lega, ada juga rasa aneh karena semuanya terjadi begitu cepat.
William lalu menatapnya sejenak sebelum ia melanjutkan kembali kata katanya,
“Istirahatlah. Besok akan menjadi hari yang panjang untukmu dan aku tentunya.”
William lalu berbalik untuk menuju ke sisi lain tempat tidur dan bersiap untuk mengganti setelan jasnya dengan piyama.
....udah pasti kamu bakal hidup sangat berkecukupan.