Sinopsis:
Tertidur itu enak dan nyaman hingga dapat menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagi banyak orang, namun jika tertidur berhari-hari dan hanya sekali dalam sebulan terbangun apakah ini yang disebut menyenangkan atau mungkin penderitaan..
Sungguh diluar nalar dan hampir mustahil ada, tapi memang dialami sendiri oleh Tiara semenjak kecelakaan yang menewaskan Ibu dan Saudaranya itu terjadi. Tidak tanggung-tanggung sang ayah membawanya berobat ke segala penjuru Negeri demi kesembuhannya, namun tidak kunjung membuahkan hasil yang bagus. Lantas bagaimanakah ia dalam menjalani kehidupan sehari-harinya yang kini bahkan sudah menginjak usia 16 tahun.
Hingga pertemuannya dengan kedua teman misterius yang perlahan tanpa sadar membuatnya perlahan pulih. Selain itu, tidak disangka-sangkanya justru kedua teman misterius itu juga menyimpan teka-teki perihal kecelakaan yang menewaskan ibu dan saudaranya 3 tahun yang lalu.
Kira-kira rahasia apa yang tersimpan..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca4851c, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
Rasanya ingin teriak saja Agatha menyaksikan pemandangan yang ada di hadapannya itu, jika Ia tidak mengingat keberadaannya saat ini yang secara diam-diam melanggar larangan yang ada.
Di dalam ruangan dengan pencahayaan remang-remang itu tampak terbaring tubuh seseorang yang sudah tidak lagi utuh dengan banyak darah segar menggenang di sekitar tubuhnya. Dan di sampingnya duduk seorang Laki-laki dengan jubah hitamnya yang tampak memunggungi Agatha.
Meski tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Laki-laki itu, yang pasti suara-suara aneh yang selama ini mengganggu pikirannya itu pasti berasal dari benda yang ada ditangan Laki-laki yang memunggunginya.
Antara rasa takut dan penasaran bergejolak menjadi satu dalam hatinya, meski begitu berusaha Ia kuatkan dirinya untuk melihat lebih lama lagi agar mengetahui Sosok misterius yang ada dalam bilik itu.
Betapa shock dirinya tatkala Sosok misterius itu berbalik menghadap mayat Perempuan di sampingnya itu. Samar-samar namun tampak jelas sekali wajah Sosok itu jika dilihat dari samping.
Sosok yang sangat familiar baginya, bahkan yang selama ini sangat Ia cintai itu dengan tega dan kejamnya menyoyak lagi tubuh Perempuan yang ada di depannya dan mengambil jantungnya. Tidak hanya sampai situ saja, bahkan Sean dengan rakusnya memakan jantung Wanita itu mentah-mentah.
Tiba-tiba rasa mual menyeruak memenuhi mulut Agatha menyaksikan kebrutalan itu, dengan langkah agak gontai Ia berjalan cepat menjauhi ruangan terlarang menuju kamarnya, tempat dimana Ia meninggalkan Putri kecilnya yang tampak polos dan tertidur pulas tanpa mengerti kekejaman dari Ayahnya.
Sampai Ia tiba di dalam kamarnya, tanpa ragu-ragu Ia menggendong bayinya yang tengah tertidur pulas tanpa merasa terganggu sedikitpun oleh isak tangisnya.
Ia berjalan cepat dan mengendap-ngendap menggendong Putri kecilnya keluar dari dalam Rumah itu menelusuri gelapnya hutan belantara.
Tanpa rasa takut sedikitpun Ia menyusuri sunyinya hutan, hanya di temani dengan Putri kecilnya dan suara hewan-hewan malam yang saling bersahutan di dalam hutan. Karena baginya sudah tidak ada yang jauh lebih menakutkan dari pada menyaksikan pengkhianatan dan kekejaman orang terdekatnya yang selama ini terlihat begitu baik.
'TAP'
'TAP'
'TAP'
'BUGHT'
Beberapa Orang Misterius mendarat berdiri beberapa meter di depannya sana dengan tampang aneh dan kulit sangat pucat. Agatha yang begitu terkejut menghentikan langkah kakinya dan memeluk erat bayinya.
Awalnya tampak biasa saja, sebelum akhirnya beberapa Orang diantara Mereka menyeringai hingga memperlihatkan dua buah taring di kedua sisi giginya, dan cepat menghampiri Agatha.
Untungnya sebelum Orang-orang Misterius itu menjangkaunya, Agatha segera lari tunggang langgang ke arah samping tanpa tujuan yang jelas. Kemana saja asalkan dirinya dan Putri kecilnya selamat dari jangkauan Orang-orang jahat itu.
"Toloongg"
"Huuhh"
"Toolooongg"
Teriak Agatha di tengah-tengah pelariannya itu yang tampak beberapa kali ngos-ngosan. Hingga dijumpainya Sosok Laki-laki di depan sana dengan surai pirang yang mengenakan jubah orange, tengah duduk santai di atas sapu lidinya yang terbang tidak terlalu tinggi.
Tanpa ragu-ragu Ia melambaikan tangannya hendak meminta tolong pada Laki-laki yang diyakininya adalah seorang Penyihir tingkat menengah ke atas jika dilihat dari atribut warna jubahnya, berdasarkan petunjuk dari cerita mendiang Ibunya sewaktu Ia masih kecil.
Ternyata usahanya tidaklah sia-sia, Lelaki penyihir itu berhenti di depannya dan melihatnya dengan sorot terkejut.
"Ada gerangan apakah Nyonya memanggil Saya?", tanya Pemuda tampan itu.
"Tolongg..huhh..huuh, Vampir mengejarkuu", jawab Agatha ngos-ngosan.
Sementara tidak jauh dari sana, sosok Para Vampir itu sudah mulai terlihat lagi dan akan menghampirinya. Hingga Lelaki Penyihir itu terlihat maju melawan pasukan Vampir, Agatha memeluk erat bayinya dan berlari lagi menjauh dari sana.
Di tengah gelapnya malam, tiba-tiba kaki Agatha tersandung sebuah akar pohon tua hingga tubuhnya limbung dan terjatuh menggelinding ke dalam jurang yang ada di samping kirinya.
Air mata yang tadinya menggenang di pelupuk mata ini sudah tidak bisa lagi dibendung hingga turun begitu saja membasahi kedua pipiku.
Tirai merah di depan sana juga menutup secara perlahan diiringi dengan melody dan sebuah nyanyian yang bahasanya kurang ku mengerti.
Tiba-tiba Ku rasakan sebuah tangan menggenggam erat tangan kiriku dan yang lainnya menyeka air mata yang membasahi pipiku.
"Hey, jangan menangis..itu hanyalah sebuah teater saja. Bukan kisah nyata", seru sebuah suara dari arah sampingku yang berusaha menenangkanku.
Dengan malu-malu pandanganku beringsut ke sebelah kiri, tempat dimana orang yang berusaha menenangkanku itu berada.
Andi dengan lekat menatap manik mataku sembari tersenyum manis hingga menampilkan lesung pipit di kedua pipinya.
"Udah, jangan sedih ya..nanti sepulang dari sini Kita beli ice cream", ujar Andi yang masih tersenyum seraya mengusap pelan kepalaku.
"Tapi, Mereka seperti nyata..huu..huhhu, hiks"
Tanpa canggung Andi menarik pelan kepalaku untuk bersandar di bahunya dengan tangan besarnya yang lagi-lagi mengusap pelan surai hazelku.
"Memang itulah salah satu kelebihan dari penampilan teater di sini, Mereka dapat menampilkan berbagai lakon dengan penuh penghayatan sehingga semua cerita yang diperankan seolah-olah adalah kisah nyata", jelas Andi dengan tenang.
Segera Ku usap lagi air mata ini, dan bangkit dari sandaranku. Ku lirik sejenak arloji yang melekat di tanganku telah menunjukkan pukul 20.00 malam.
"Yaudah, Kita buruan pulang ya. Aku udah baik-baik aja kok", seruku meyakinkannya.
Pasalnya Aku takut nantinya Papa akan sangat khawatir menantikanku jika pulang terlalu larut, apalagi untuk yang pertama kalinya diriku keluar dari rumah selama di tempat tinggal baruku ini.
"Baiklah, mari.." ajaknya yang segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari Gedung ini, sedangkan diriku sedari tadi hanya mengekor dirinya saja.
Hingga setibanya di luar Gedung Teater Andi kembali menggenggam erat tangan kiriku dan menarikku untuk berjalan ke arah salah satu kedai yang saling berderet rapi di depan sana.
Ketika sampai di depan sebuah Kedai yang tidak terlalu ramai pengunjung dengan sebuah banner di atasnya yang bertuliskan 'Ice cream', pandanganku menelusuri berbagai macam jenis ice cream dan topping-nya yang berada di dalam rak kaca di bagian depan Kedai.
"Ara mau ice cream varian apa?", tanya Andi dengan lembut padaku.
"Emm.., Ice cream matcha-chocholate larva", tunjukku pada salah satu ice cream yang tersaji di sana. Sedangkan Andi tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya memesankannya pada penjual itu.
"Tn. Keenan, satu Ice cream matcha-chocholate larva dan satunya lagi ice cream varian matcha-cheese cake ya", seru Andi pada Paman Penjual ice cream itu dengan ceria.
"Ooh, Andi..lama tak jumpa", sapa Penjual ice cream itu yang ternyata bernama Keenan pada Andi seolah-olah sudah kenal dekat.
"Iya Tn. Keen, karena beberapa saat yang lalu Saya diutus Mama untuk melanjutkan bisnis Papa di Desa", jawab Andi dengan begitu ramah.
"Iya deh, pasti Kau banyak mengalami masa-masa sulit di sana mengingat Ladang dan peternakan keluargamu begitu besar", seru Tn. Keenan.
"Yaps, begitu..tapi mau bagaimana lagi jika Mama sudah menyuruhku Paman", jawab Andi dengan tenang.
"Tapi Ku rasa dengan kemampuanmu pastinya semuanya menjadi begitu baik jika melihatmu lebih cepat balik ke sini, apalagi tampangnya sudah tidak jomblo lagi nih..", goda Tn. Keenan yang tampak melirikku sejenak dengan seuntai senyum.
Sedangkan Andi tampak salting dengan menggaruk-garuk leher belakangnya yang sepertinya tidak gatal setelah mencerna maksud dari perkataan Tn. Keenan barusan.
"Ah, tidak begitu. Nona di samping Saya adalah Putri dari Tn. Revaldi Antonio Gerald, Saya di sini hanya bertugas untuk menjaganya sementara waktu saja", jelas Andi yang membuat Paman Ice Cream itu membulatkan mata secara sempurna sebelum melihatku dari ujung atas ke ujung bawah sejenak.
"Ooh..Tn. Revaldi sekeluarga sudah kembali lagi ke sini. Pantas saja sekilas tadi terlihat tidak asing bagi pandangan Saya, pasalnya Princess sangat mirip dengan Nyonya Gerald", jelas Tn. Keenan seraya tersenyum manis padaku.
Aku yang sudah begitu lelah setelah semua yang Ku lakukan hari ini hanya menanggapinya dengan senyuman balik saja. Tanpa berlama-lama Andi pun segera menarikku masuk ke dalam Kedai dan duduk di salah satu kursi yang ada pada deretan meja kosong di sana.