Gadis Dibalik Koma

Gadis Dibalik Koma

Chapter 1

" Nell, nanti kalau udah besar panjangin aja tuh rambut..biar cantik mempesona kayak Mama", ujar Anak laki-laki tampan nan imut yang berusia 13 tahun itu kepada seorang Gadis mungil yang usianya hanya terpaut satu tahun dibawahnya.

" gak mau, suka-suka Annel lah"

Gadis mungil itu memayunkan bibir pink ranumnya pada Anak laki-laki yang duduk tepat di kursi mobil sebelahnya.

Melihat ekspresi manyun Sang Gadis mungil membuat Anak laki-laki itu menyeringai jahil, tak lama setelah itu dengan sigap ia raih sesuatu dari dalam saku bajunya yang berbentuk tali bewarna ungu dan mengaitkannya di mulut manyun Gadis itu.

"Emmm...."

PAKKK

"Aduduhhh...duh, sakitt", teriak Anak laki-laki itu tatkala didapatinya sebuah tamparan yang berasal dari tangan mungil Gadis kecil di sebalahnya itu.

"Rasainn, jahil banget sihh", ledek Gadis disampingnya itu.

Keributan di belakang yang begitu riuh membuat dua Sosok yang terduduk di kursi depan menengok secara spontan pada mereka.

"Arkaa..Annell, ngapain sih ribut bangett?", sahut jutek Seorang Wanita muda yang berkisaran 25 tahun pada kedua anak yang berada di kursi belakangnya itu.

Meski rautnya begitu jutek tetap tidak memudarkan aura kecantikannya sedikitpun. Pancaran manik hazelnya yang dipadukan dengan bulu mata lentik dengan hidung mancung dan bibir ranumnya yang terpahat begitu kontras meskipun kulitnya sepucat susu yang justru membuatnya tampil elegan bak patung Dewi yunani kuno. Apalagi rambut hazel yang sedikit kemerah-merahannya dibiarkan terurai hingga menjuntai sepinggangnya membuatnya semakin mempesona.

"Arkaa Ma, ngikat mulut Anel dengan tali rambut ini", kesal Gadis mungil itu yang diketahui bernama Annel sembari membuang asal ikat rambut yang digunakan Laki-laki disampingnya untuk menjahilinya tadi. Sedangkan yang dicepuin malah cengengesan dengan tampang watados-nya.

"Udah-udah, jangan pada berisik..sebentar lagi kita akan melewati area berbahaya. Jadi diam!", tegas Wanita muda yang dipanggilnya Mama itu.

"Sabar Ma, namanya juga masih Anak-anak..biarkan sajalah nanti juga diam sendiri saat capek", tenang Lelaki yang usianya tak jauh beda dari Wanita itu yang tengah mengemudikan mobil.

Itulah akhir dari keramaian yang ada di dalam mobil, yangmana detik-detik berikutnya hanyalah dihiasi dengan ketenangan.

Namun ketenangan itu juga tidak berlangsung begitu lama, tatkala mobil melesat begitu jauh hingga hilang dari hiruk pikuk keramaian kota.

Kini hanya terpampang pemandangan rindangnya pepohonan di kanan dan kiri jalan yang mulai memasuki area hutan.

Udara dingin yang secara tiba-tiba menyeruak masuk hingga ke tulang-belulang seiring dengan banyaknya kabut yang berlalu lalang menjelang malam.

HOOAAAMM

Mata lentik Gadis mungil itu kini kian sayup, dan perlahan tertutup. Sang Kakak pun dengan sigap langsung memasang bahu sebagai bantalan Adiknya itu.

CIIIITTTTT 

BRAAKKK 

Tiba-tiba mobil mengerem secara mendadak, dan terjadi benturan yang begitu keras sebelum semuanya menjadi oleng yangmana bersamaan dengan itu pula remang-remang cahaya oren kekuningan di ujung jalan kian meredup hingga perlahan padam.

Huuh.. 

huhh 

Huuhh 

"Gelapp..tolong" 

"Tolonggg, aku takut..." 

Tiba-tiba saja kurasakan sebuah tangan besar yang membelai wajahku dengan lembut. Dan perlahan-lahan kegelapan yang ada kini kian memudar hingga nampak sesosok Pria paruh baya yang ada dihadapanku.

"Nak, sudah mendingan?" 

"Tenang, sudah ada Papa di sini", imbuh Pria paruh baya yang ada di depanku ini.

Tanpa sadar netralku mengarah ke segala penjuru guna menyeimbangkan penglihatanku yang masih buram. Sesudah bayangan Papaku yang tengah  duduk di depanku, kini pandanganku menelusuri segala penjuru kamar dengan nuansa merah muda yang berhiaskan berbagai macam boneka mulai dari yang berukuran kecil hingga yang terbesar ukurannya melebihi ukuran tubuh ringkihku ini.

Tidak hanya boneka, namun juga berdiri dengan kokoh sebuah lemari yang berisikan banyak buku. Yangmana diujung lemari tersebut mengarah pada sebuah meja belajar mini.

" Ara udah mendingan?", tanya Papa yang menatapku dengan ekspresi khawatir.

" Udah kok Pa", jawabku secara singkat karena masih begitu lemah.

"Yaudah kita makan dulu ya, sudah Papa siapkan makanan kesukaanmu seperti biasa" 

"Iyah Pa", jawabku lirih.

Dengan sigap Papa menuntunku untuk berdiri dan berjalan secara pelan menuruni anak tangga lantai 3 menuju ke lantai 2. Kamarku sendiri berada di penghujung lantai 3 jadi sebelum menuju lantai 2 harus melewati 2 kamar lagi, yakni sebuah kamar yang tidak ku ketahui isinya apa karena ditutup dan dilarang dimasuki oleh siapapun. Sebenarnya sempat penasaran juga ingin membukanya namun berkali-kali kepergok papa dan secara jelas inilah kata-katanya..

"TIARA, nanti kalau ada tikus jangan nangis panggil Papa maupun Bu Ratna ya" 

Bila Papa sudah memanggil nama lengkapku, maka tidak bisa berkutik lagi diriku, terlebih lagi memang Aku juga sangat takut pada tikus lucknutt itu. Jadi kemungkinan terbesar bahwa ruangan tertutup itu memang digunakan sebagai gudang, dan Aku dilarang masuk juga mungkin karena banyak tikusnya.

Tanpa sadar kini Aku telah berada tepat di depan ruang makan lebih tepatnya di sebelah dapur setelah melewati depan kamar Papa sebelumnya. Aku pun masuk dan duduk disalah satu kursi yang ada di meja makan, dimana di meja makan sendiri juga sudah tersaji banyak makanan kesukaanku seperti sup jamur, sup kacang merah, cap cai, rendang kepiting, jus strowberry, dan masih banyak lagi.

"Pah, banyak banget nih mana mungkin Tiara dan Papa sendiri mampu menghabiskan semua ini", ujarku terkejut.

"Ya gakpapa lah, kan jarang juga..kapan lagi ada momen kayak gini selain saat Ara bangun saja kan", ujar Papa sembari membelai rambut panjang bergelombangku yang Ku biarkan terurai hingga sepinggang.

Oh iya juga deh, jarang sekali seperti ini. Pasalnya hanya bisa seperti ini dan beraktivitas layaknya manusia normal pada umumnya hanya saat sudah bangun dari masa hibernasiku saja. Canda hibernasi, Wkwk.. 

Aku sendiri juga bingung dengan kondisiku, entah ini berawal bagaimana juga..Aku tak ingat. Yang pasti Aku hanya bangun dari tidur panjang tiap sekali dalam sebulan, itupun berselang hanya dalam 5 hari saja...karena selebihnya Aku kembali tertidur lagi.

Sempat terpikir dalam benak ini, penderitaan macam apa sebenarnya hingga terasa seperti sebuah kutukan saja. Meskipun berkali-kali Papa meyakinkanku bahwa ini hanya penyakit saja yang nanti perlahan-lahan juga akan sembuh.

'Tapi kapan coba?' 

Jika dirasa-rasa hidupku hampir mirip dengan kisah Putri tidur, tapi jelas masih beda jauhlah..andaikan memang begitu maka dengan kecupan dari Sang Pangeran yang dapat membangunkan Sang Putri.

Beda halnya dengan diriku, tidur panjang namun tetap dapat terbangun di waktu-waktu tertentu dengan sendirinya. Boro-boro bertemu dengan Sang Pangeran impian bak di Negeri dongeng sana, bertemu dengan teman perempuan sebayaku saja hampir tidak pernah. Hellow... jangan mimpi Ara, ini dunia nyata bukan dongeng  belaka untuk Bochil-bochil yang terlalu polos untuk dikelabui.

Lelah juga sebenarnya seperti ini, ingin rasanya merasakan berbagai keseruan dunia ini bersama Teman-teman sebayaku dalam jangka waktu yang lama.

Namun, apa daya..Aku paham secapek-capeknya diriku tetap tidak kalah capeknya dengan Papa yang mencoba merawatku sebaik mungkin tanpa adanya sosok Mama bersama Kami.

Jika ditanya dimanakah Mamaku dan mengapa hanya Papa saja yang merawatku selama ini, ya itu karena Mamaku telah berpulang ke rumah Tuhan sejak beberapa hari setelah kelahiranku di dunia ini. Ya, itu saja sih kata Papa.

Terkadang Aku merasa sebagai beban yang menyebabkan Mama meninggal..sedih, nyesek, nyesal. Tapi Papa selalu menenangkan diriku bahwa bukan akulah penyebab Mama meninggal, itu hanya karena takdir yang telah digariskan Tuhan saja.

Jadi, kalau gini siapakah yang jahat di sini?

Aku yang menyebabkan Mama meninggal setelah melahirkanku atau Tuhan yang menggariskan takdir ini..

Bahkan setelah Mama meninggal pun, Aku juga tidak bisa hidup dengan normal sebagaimana Teman-teman sebayaku yang lain.

"Ra, kok bengong?, dimakan gih selagi masih hangat", seru Papa yang membuyarkan lamunanku ini.

"Eh, hooh...iya Pa", jawabku dengan linglung.

"Pahh, minta Bu Ratna sama Pak Jono makan bareng kita dong..", ujarku dengan  memelas.

"Baiklah..jika itu dapat membuat Tuan Putri kesayangan Papa bahagia", setuju Papa sembari berjalan meninggalkan meja makan guna mencari keberadaan Bu Ratna dan Pak Jono.

Selain Papa yang menemani dan merawatku selama ini, juga tidak kalah sabarnya dengan Bu Ratna yang berprofesi sebagai ART di rumahku yangmana merawatku bagai Putrinya sendiri. Padahal beliau sendiri juga memiliki seorang Putri, namun usianya terpaut jauh denganku bahkan Putrinya sekarang sudah memiliki seorang Suami sehingga tinggal terpisah dari rumah Bu Ratna dengan Suaminya.

Adapun Pak Jono sebagai Satpam sekaligus Tukang kebun di rumah ini juga sudah memiliki keluarga kecil di kampungnya, namun beliau memilih  merantau jauh-jauh ke sini demi bisa menghidupi keluarga kecilnya yang ada di desa.

...*** ...

Secercah cahaya perlahan membuat kelopak mata ini yang tadinya terpejam mau tak mau membuka dengan sigap.

Ku telusuri segala penjuru kamar yang bernuansa merah muda ini, dan ku dapati arah dari cahaya mentari ini berasal. Yups, korden jendelaku sedikit terbuka.

Langsung saja Aku beranjak dari ranjang empuk ini menuju jendela yang berada di samping meja belajarku.

Dengan sigap Ku sibak korden dan membuka jendela ini sehingga terlihat begitu jelas pemandangan halaman rumahku di pagi hari yang begitu asri nan sejuk.

Yangmana terdapat banyak pepohonan dengan tinggi yang hampir sama di sana, selain itu juga terdapat bermacam-macam bunga yang bewarna-warni.

Birunya air kolam yang berada di tengah-tengah taman kian memberikan panorama tersendiri. Dan tidak luput juga sebuah ayunan bewarna putih dengan motif bunga-bunga yang berada tepat di samping kolam. Wahh, betapa indahnya..

'Di sini saja begitu indah, apalagi dengan sesuatu yang di luar sana pasti jauh lebih indah', pikirku dalam benak ini.

"Nduk, sudah bangun to"

Tiba-tiba saja suara seorang Perempuan mengagetkanku dari arah belakang. Langsung saja Ku balikkan tubuhku dengan cepat dan Kudapati..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!