Istri Rahasia Dosen Killer

Tiga orang pria tengah berdiri membelakangi sebuah pintu kamar kost milik Nadia. ketiga orang tersebut tak lain ialah Jonathan dan dua orang bodyguardnya bernama Alex dan joni yang ia perintahkan untuk mengawasi Nadia. Lima belas menit berlalu Nadia pun telah selesai dengan urusannya, segera ia membuka pintu untuk menemui Jonathan yang katanya akan membawanya ke suatu tempat.

" Bapak akan membawa saya kemana," tanya Nadia dengan suara datar.

" Kita akan menemui orang tuamu!" ucap Jonathan.

" Tidak. aku tidak mau, bapakku pasti akan sangat marah jika mengetahui hal ini, aku tidak mau," ucap Nadia mulai ketakutan.

" Jadi. apa yang akan kau lakukan? apa kau akan melahirkan anak itu tanpa seorang suami,?" Tanya Jonathan.

" Tidak,".

" Aku tidak menginginkan bayi ini, aku akan tetap pada pendirian ku," ucap Nadia dengan entengnya.

Plakk. . .

Sebuah tamparan keras mendarat pada pipi gadis itu hingga membuat tubuh nya terdorong ke belakang. Darah segar pun mengalir dari sudut bibirnya, dengan tangan gemetar ia mengusap darah yang terdapat di sudut bibirnya dengan kasar. Lagi dan lagi ia mendapatkan kekerasan fisik yang dilakukan oleh Jonathan.

" Siapa kau berani menamparku! kau hanya orang asing  bagiku. tetapi kenapa dengan mudahnya kamu melakukan kekerasan fisik terhadap ku," teriak Nadia tepat di depan wajah Jonathan.

" Karena sebentar lagi aku akan menjadi suamimu,". Ucap Jonathan.

" Bukankah aku telah memperingatkan mu, untuk tidak membicarakan hal bodoh itu lagi, dan kau masih mengulangi nya,".

" Kau tahu aku bisa saja membunuh mu saat ini, tetapi aku tidak mungkin membunuh darah daging ku sendiri bukan," ujar Jonathan.

" Kau hanya perlu melahirkan nya, setelah itu tugas mu selesai dan saat itu aku akan menceraikan mu,".

" Aku tidak Sudi menikah dengan laki-laki kasar seperti mu," ucap Nadia, sembari menatap tajam ke arah Jonathan.

" Alex, keluarkan borgol nya," printah Jonathan kepada sang bodyguard. Alex pun segera mengeluarkan borgol yang di minta sang tuan dari dalam saku jas miliknya lalu menyerahkan nya.

Dengan cepat Jonathan meraih pergelangan tangan Nadia dan memborgol tangan gadis itu bersama dengan tangan nya sendiri, kini tangan mereka pun saling terikat oleh borgol.

" Lepaskan aku," ucap Nadia sembari memberontak.

" Diam dan menurut saja,kalau kau tidak sedang mengandung anakku aku juga tidak akan Sudi melakukan ini, terlalu sering bersama dengan wanita udik seperti mu membuat perutku mual," ucap Jonathan sembari mencengkram erat dagu gadis itu.

Hati Nadia pun merasa terluka mendengar perkataan yang di lontarkan oleh pria yang berdiri di hadapannya itu. tak hanya melukai fisiknya pria itu juga melukai hatinya.

Apa ia salah jika tidak terlahir menjadi wanita cantik, apakah berdosa jika memiliki wajah jelek. Jika pria itu sebegitunya merasa jijik padanya kenapa pria itu terus menganggu dirinya.

Sesungguhnya pada saat Nadia berusia 10 tahun ia memiliki paras yang cantik dan kulit yang putih. Hingga pada suatu hari sang ayah mulai sakit sakitan dan pada saat itu pula Nadia mulai membantu pekerjaan ibunya di ladang.

Hinga kulitnya yang tadinya putih pun mengelap karena terkena paparan sinar matahari. dan sampai saat ini ia tidak pernah memperdulikan penampilannya, wajahnya yang penuh jerawat karena terkena debu dan polusi pun ia abaikan.

Ia berfikir dari pada uang ia hamburkan hanya untuk membeli skincare atau body care lebih baik ia mengunakan uang tersebut untuk biaya makan, bayar kost, atau keperluan mendesak yang lain. Karena ia menyadari bahwa ia terkahir dari keluarga yang kurang mampu, tak jarang ibunya hanya memasak ubi rebus dan sambal agar dapat menyisihkan sebagian uang supaya anak semata wayangnya dapat bersekolah hingga ke perguruan tinggi dan dapat mewujudkan cita-citanya.

" Baiklah, aku hanya perlu melahirkan anak ini sesuai dengan yang bapak inginkan bukan, akan ku lakukan tetapi ada syarat nya," ucap Nadia.

" Kita bisa membicarakan nya di mobil," jawab Jonathan sembari melangkah kakinya menuju mobil dan di ikuti oleh dua orang bodyguard nya. Karena tangan mereka terikat mau tidak mau Nadia harus sedikit berlari untuk mengimbangi langkah lebar milik Jonathan, dan sesekali ia hampir terjatuh karena tersandung kakinya sendiri.

" Bukankah lebih baik jika bapak melepaskan Borgol di tangan ku," ucap Nadia.

" Dan kau akan melarikan diri setelahnya," jawab Jonathan dengan nada datar.

" Tidak, aku hanya malu, semua orang melihat kearah ku, mereka pasti berfikir bahwa aku Baru saja mencuri sesuatu," ucap Nadia.

Jonathan tidak menyahuti perkataan Nadia, ia terus melangkahkan kakinya menuju dimana mobil mewah nya berada, saat berada di sisi pintu, salah satu bodyguard pun segera membukakan pintu.

Jonathan masuk terlebih dahulu dan di ikuti oleh Nadia. Mereka berdua duduk di kursi penumpang dan dua pengawalnya berada di kursi kemudi. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan yang ramai oleh para pengendara lain menuju bandara internasional Soekarno-Hatta.

" Syarat apa yang kau minta," tanya Jonathan.

" Pak Nathan bilang akan menikahi ku kan," ucap Nadia.

" Hanya pernikahan siri," .

" Pernikahan apapun itu pasti membutuhkan mahar, aku mau bapak memberi ku mahar berupa sawah seluas lima hektar dan sebagai kompensasi karena aku telah bersedia melahirkan anak bapak, aku meminta sebuah rumah tidak perlu mewah setidak aku tidak perlu memikirkan biaya sewa kost lagi ," ucap Nadia.

" Kau mencoba untuk memeras ku, " ucap Jhonatan.

" Tidak, aku hanya mencoba bernegosiasi,".

" Orang rendahan seperti kalian ini memang cenderung seperti itu, memanfaatkan situasi untuk memperkaya diri," ucap Jonathan sembari menyunggingkan sebelah bibirnya.

" Tentu saja, bagiku uang adalah segalanya, dengan uang aku bisa membeli apapun dan pergi kemana pun yang aku mau, mereka yang mengatakan uang bukanlah segalanya itu karena mereka telah terlahir kaya, mereka tidak pernah merasakan hidup dalam kemelaratan seperti kami, yang harus menahan lapar karena tidak punya uang untuk membeli beras," ujar Nadia.

" Lagi pula saya yakin syarat yang saya berikan tidak akan membuat bapak jatuh miskin," ujar Nadia lagi.

" Bagaimana jika aku tidak setuju dengan persyaratan yang kau berikan," tanya Jonathan.

" Tidak masalah," ucap Nadia santai.

" Pak Nathan tahu, sesungguhnya aku mempunyai banyak mimpi yang ingin ku capai, tentu saja untuk menggapai mimpi itu aku tidak akan membuang waktuku untuk hal-hal semacam ini," ujar Nadia.

" Apa maksudmu," tanya Jonathan.

" Tanpa saya jelaskan, harusnya bapak sudah mengerti bukan," ujar Nadia sembari mengelus-elus perutnya yang masih rata.

Jonathan yang melihat itu pun menghembuskan nafasnya dengan kasar, gadis itu mencoba untuk mengancamnya. Sebelumnya ia tak tahu bahwa Nadia memiliki sifat yang sangat keras kepala ia sempat berfikir jika gadis itu memiliki sifat lugu dan pendiam mengingat bahwa setiap berada di kampus Nadia tidak pernah berbicara selain pada Dewi. Entah mengapa setiap gadis itu mengatakan akan mengugurkan kandungannya emosi Jonathan seketika memuncak, meski ia tidak menyukai Nadia tetapi ia ingin mempertahankan janin yang dikandung gadis itu.

" Jadi bagaimana," tanya Nadia.

" Joni, siapkan semua persyaratan yang di berikan gadis ini, saya mau semua selesai hari ini juga,"  perintah Jonathan pada anak buahnya.

" Baik Tuan," ucap Joni.