NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kontras Takdir / Chicklit / Ibu susu
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Setelah kehilangan anaknya dan bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang penghinaan dari suami serta keluarganya, Amira memilih meninggalkan masa lalu yang penuh luka.

Dalam kesendirian yang terlunta-lunta, ia menemukan harapan baru sebagai ibu susu bagi bayi milik bukan orang sembarangan.

Di sana-lah kisah Amira membuang kelemahan di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Bergosip!

Sejak Tuan Arga pergi bersama Amira dan membawa serta Tuan Kecil, rumah terasa berbeda. Para pekerja rumah banyak membicarakan hal itu. Mereka heran, ini pertama kalinya Tuan Arga membawa anaknya keluar rumah. Tidak ada yang tahu ke mana mereka pergi.

Tapi satu hal yang membuat semua orang lega, akhirnya Tuan Arga terlihat menyentuh dan mengelus kepala anaknya. Biasanya, mereka seperti orang asing. Bukan berarti Tuan Arga kejam, dia hanya pria yang hidupnya berputar di antara kerja, pulang, lalu tidur. Itu saja.

Meski begitu, sebenarnya Tuan Arga sangat menyayangi anaknya. Hanya saja caranya menunjukkan kasih sayang selama ini lebih ke materi. Ia memberikan fasilitas mewah kepada Tuan Kecil.

Saat melihat beberapa pekerja berkumpul dan mulai bergosip, Pak Genta langsung berjalan mendekat dan berseru,

"Jangan bergosip!"

Mereka kaget dengan kedatangan Pak Genta yang tiba-tiba, dan juga berseru jangan bergosip. Mereka merasa apa yang bicarakan tidak buruk, karena memang bukan menghina, hanya heran dan kagum. Tak ada yang berani menjawab, hanya menelan kembali pembelaan di dalam hati yang sempat ingin dilontarkan.

Tidak lama setelah membubarkan gosip itu, Pak Genta mengumpulkan semua pekerja. Mereka berbaris rapi, seperti biasa saat akan diberi pengarahan atau digembleng.

Wajah-wajah yang tadi ditegur karena bergosip langsung pias, sementara yang lain tampak bingung, ada apa lagi ini?

Pak Genta berdiri tegak di depan barisan, lalu memulai pembicaraan.

"Di sini kalian dibayar untuk apa?"

Serempak mereka menjawab, "Bekerja, Pak."

"Kalau tahu tugas kalian bekerja, kenapa waktu dan tenaga dipakai untuk bergosip? Apalagi yang kalian bicarakan itu Tuan Arga. Tidak sepatutnya begitu."

Semua langsung diam. Tidak ada yang berani menatap mata Pak Genta. Wajah-wajah takut bermunculan, apalagi mereka yang tadi memang baru saja membicarakan Tuan Arga. Beberapa bahkan yakin tidak ketahuan, tapi tetap merasa tertampar. Teguran itu tepat sasaran.

"Apa kalian tahu bahaya dari berkumpul lalu membicarakan orang lain?"

Tidak ada jawaban. Semua diam.

Pak Genta lalu menunjuk salah satu dari mereka. Orang yang ditunjuk terlihat panik, tergagap-gagap seperti tidak tahu bahaya gosip. Ia sebenarnya ingin menjelaskan bahwa dia tidak mengatakan hal buruk tentang Tuan Arga, hanya kaget dan kagum melihat perubahan sikap Tuan itu terhadap anaknya. Tapi niatnya diurungkan. Ia tahu, membela diri sekarang hanya akan memperpanjang masalah.

Karena jawaban dari salah satu orang yang ditunjuk tidak memuaskan, Pak Genta mulai menjabarkan contoh bahaya bergosip.

"Baiklah, saya kasih contoh sederhana. Kalian tahu lagu band Armada yang judulnya Pemilik Hati?"

Mereka yang menunduk langsung menatap heran ke arah Pak Genta, perumpamaannya pakai sebuah lagu nih?

"Tahu, Pak," jawab mereka serempak.

"Coba nyanyikan bagian awalnya."

Mereka mulai bernyanyi.

"Lihat ku di sini... kau buatku menangis... ku ingin menyerah, tapi tak menyerah. Mencoba lupakan, tapi ku bertahan..."

"Stop." Pak Genta mengangkat tangan.

"Sekarang perhatikan, kita ambil kalimat pertama: lihat ku di sini. Kalau saya salah spasi jadi lihat kudis ini, apakah artinya tetap sama?"

Beberapa pekerja tidak bisa menahan cengiran. Mereka mulai menangkap maksud perumpamaan itu. Dalam hati, oh iya ya.

"Beda, tidak?"

"Beda, Pak."

"Coba kamu sebutkan penjabaran maksud dari kalimat pertama dan kedua dari saya barusan." Pak Genta menunjuk salah satu orang.

Orang yang ditunjuk akhirnya menjawab,

"Yang pertama itu maksudnya kita diminta untuk melihat seseorang, untuk menyadari keberadaan dia. Tapi kalau yang kedua, kita malah disuruh lihat kudis, Pak."

Tawa pun pecah. Beberapa pekerja menahan perut sambil tertawa pelan, sementara sebagian lain tampak bingung, mereka belum paham apa itu kudis.

Untungnya, teman di sebelah mereka cepat-cepat berbisik, memberi penjelasan. "Kudis itu kayak kurap, panu, gitu lho." Setelah paham dia pun ikut cengengesan, akhirnya bisa paham maksud perumpamaan itu.

"Jadi sudah paham kan, bahaya dari bergosip? Jangankan ada huruf yang hilang atau dilebihkan, hanya spasi saja yang salah maka sudah jadi beda arti. Begitu pula dengan apa yang dialami orang-orang, kita tidak pernah tahu ada spasi apa di hidup mereka, tahu-tahu kita main asal bicara yang sebenarnya tidak seperti itu."

Ia menatap satu per satu wajah di hadapannya.

"Dan yang lebih parah, mungkin saja dari komentar yang salah itu, bisa muncul tindakan yang keliru. Yang bukan cuma menyakiti, tapi juga membahayakan. Sampai sini paham?"

"Paham, Pak."

"Baik. Sekarang bubar. Kembali ke bagian masing-masing. Lanjutkan pekerjaan kalian sesuai jobdesknya."

Tanpa banyak suara, barisan pekerja perlahan bubar sesuai perintah.

...*****...

Akhirnya, Amira dan Tuan Kecil tiba di tujuan. Mereka memang tidak datang bersamaan, karena di tengah perjalanan, mobil yang ditumpangi Tuan Kecil sempat menepi ke sebuah butik ternama. Asisten Buana mengabari Amira bahwa ia diminta mengganti seragamnya dengan pakaian mahal yang akan dipilihkan langsung oleh pihak butik.

Tidak lama setelah itu, Amira sendiri juga meminta supir untuk menepi. Ia harus mengurus kebutuhan biologis si bayi. Ada popok yang perlu diganti, juga asupan makannya. Meski sebenarnya semua itu bisa dilakukan di dalam mobil, rasanya Amira kurang nyaman.

Sekarang ia telah sampai di lokasi yang lebih dulu didatangi rombongan Tuan Arga. Tempatnya megah, nyaris setara dengan rumah Arga sendiri. Tapi tetap saja, rumah Arga masih lebih besar dan lebih mencolok kemewahannya.

Amira mulai melangkah masuk ke dalam rumah mewah itu. Suasana di dalam tampak ramai dan meriah, ternyata sedang ada pesta. Tidak lama kemudian, Buana menghampirinya. Lelaki itu memberi tahu bahwa hari ini adalah perayaan ulang tahun neneknya Tuan Arga. Ia juga menyodorkan sebuah kotak kado kepada Amira, hadiah yang sudah dipersiapkan sebelumnya agar Amira tampak seolah datang membawa bingkisan, bukan dengan tangan kosong.

Setelah itu, Buana mengarahkan Amira menuju tempat di mana nenek dan kakek Tuan Arga berada. Sepanjang perjalanan yang melewati para tamu yang sibuk mencicipi kudapan mewah, Amira yang merasa sudah beberapa kali terlibat percakapan dengan Buana, memberanikan diri membuka obrolan santai.

"Pak Buana," sapa Amira pelan.

Buana menoleh, "Ada apa, Nona?"

"Rasanya saya pernah lihat wajah Pak Buana sebelumnya... Tapi saya lupa di mana dan kapan. Seperti nggak asing gitu."

"Itu cuma perasaan Nona saja."

Percakapan antara Amira dan Buana terhenti begitu mereka tiba di hadapan pasangan lansia yang duduk anggun di kursi utama. Amira tidak menyangka akan disambut sehangat itu, terlebih setelah mengenal pribadi Tuan Arga yang dingin dan kaku. Nenek dan kakek Tuan Arga menyambutnya dengan senyum hangat dan penuh rasa ingin tahu. Tidak lama kemudian, Tuan Kecil pun digendong bergantian oleh mereka, disambut tawa riang dan pujian manis.

Setelah perkenalan singkat dan suasana mulai mencair, Amira perlahan mundur. Ia tidak lagi memiliki tugas atau keperluan khusus, dan mulai menyusuri area pesta yang semakin ramai. Musik lembut berpadu dengan suara tawa para tamu, sementara aroma hidangan lezat menggoda perutnya.

Dalam diam, Amira sebenarnya penasaran ke mana perginya Tuan Arga? Sejak datang tadi, pria itu belum terlihat sama sekali.

Dan seperti semesta menjawab rasa penasarannya, pandangannya jatuh ke sebuah ruangan privat yang dibatasi dinding kaca. Dari luar, masih bisa terlihat jelas. Disana rupanya Tuan Arga duduk bersama... seorang wanita.

Wanita itu cantik dan elegan.

"Oh... itu pasti mamanya Tuan Kecil," gumamnya pelan. Amira pun perlahan-lahan menjauh dari sana.

Eh tunggu, kalau itu mamanya Tuan Kecil, kenapa tidak menyambut bayinya terlebih dahulu? Kenapa mereka hidup terpisah? Amira memicingkan mata.

.

.

Bersambung.

1
Zaskia Natasya
lanjut kak up doubel dong/Rose//Rose/
Zenun: siap, ini lagi ditulis
total 1 replies
Muliana
Author hebat ya /Heart/
Zenun: Kakak juga hebat❤
total 1 replies
Muliana
Ahh,,, perih ya!! Mau nangis juga.
Terlena dengan bab ini, karena ikut merasakan kehilangan seperti Arga.
Zenun: 🥺🥺🥺🥺🥺🥺
Muliana: Sangat! Apalagi, kala orang tersayang pergi selamanya
total 3 replies
Santi
gladys,jdi seperti itu,makanya serasa arga sudah mengenal Amira,tpi dimana Amira pernah lihat asistennya Arga?
Santi: Siap kak
Zenun: ada di next bab kak, pantengin aja ya hehe
total 2 replies
RE💜
Sad 😭
Zenun: Bisa, mungkin dengan pertumpahan darah dulu. Atau bisa juga nggak
RE💜: Bisakah Amira mencairkan hati Arga
total 3 replies
RE💜
Aku jg msh heran, banyak sodaraku yg sadar dulu malah makan dlu, sblm akhirnya meninggal ternyata emang ada bahasa medisnya ya
Zenun: entah kenapa tik tok aku muncul terminal lucidity mulu😁
RE💜: Baru tau aku dek
total 3 replies
RE💜
emg yg kena otak pst ada masalah sm ingatan
Zenun: betul sekali
total 1 replies
Teteh Lia
Si Ardi emang kudu di getok biar bener. Arga, Ardi... baru ngeh sama2 berawalan huruf A
Zenun: dari A semuanya, ke Amira juga
total 1 replies
Teteh Lia
Ternyata Arga manis banget. meleyot dagu ini 😍
Zenun: hehehhe, uhuuyy
Teteh Lia: Daku... malah jadi dagu /Facepalm/
total 2 replies
Muliana
Amira, berbakti pada mertua boleh, tapi dibodoh-bodohi mertua jangan ya
Zenun: ih ada kakak😁
total 1 replies
Muliana
Mungkin itulah, peran orang tua sangat-sangat penting untuk anak-anak. Karena apa, karena kita tidak tahu, apa yang akan di alami sang anak kedepannya. Setidaknya, sebelum kita meninggalkan mereka, kita udah memberikannya beberapa pesan dan jug kasih sayang.
Sehingga ia tahu, mana yang tulus mana yang modus
Zenun: Betul sekali kakak. Biar gak salah arah
total 1 replies
RE💜
sebenarnya aku pikir Gladys sm Amira itu teman sblm Gladys menikah mkanya mikir kok bisa nikah sm Arga gitu, tp di bab sebelumnya dijelaskan jd ngerti
Zenun: hehehe, yang lain juga nyangkanya gitu
total 1 replies
Lestari Riie
galak
Zenun: hihihi
total 1 replies
Teteh Lia
Kalau udah soal duit mah... yang tadinya merah langsung jadi ijooo
Zenun: betuuul
total 1 replies
Teteh Lia
Aq malah takut naik sepeda listrik. 🙈
Zenun: sama aku juga
total 1 replies
nowitsrain
Udeh dapet duit tuh padahal, masih aje ngomel-ngomel /Smug/
Zenun: Ora danta emang
total 1 replies
nowitsrain
🤧🤧 sedih banget sih... di keluarga sendiri nggak dapet kasih sayang, nemu mertua juga kayak titisan dajja
nowitsrain: Betulll
Zenun: tapi sekarang giliran dia senangnya
total 2 replies
nowitsrain
Nggak ada begitu. Jangan positif thinking kalau sama manusia lucknut kek gini
nowitsrain: Emang harus bodoh dulu sih biar comeback smarter
Zenun: masih anu
total 2 replies
nowitsrain
Gundulmu
nowitsrain
Busuk hatiiiiiii
Zenun: hehehehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!