NovelToon NovelToon
Diceraikan Suami, Dipinang Sahabat Kakakku

Diceraikan Suami, Dipinang Sahabat Kakakku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengganti / Cerai / Wanita Karir / Angst / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Dinda tidak menyangka kalau pernikahannya bakal kandas ditengah jalan. Sekian lama Adinda sudah putus kontak sejak dirinya mengalami insiden yang mengakibatkan harus menjalani perawatan yang cukup lama. Hingga pada akhirnya, saat suaminya pulang, rupanya diceraikan oleh suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 13 Pergi

Siang hari itu, rumah keluarga Kusuma terasa lengang. Oma Hela dan Vikto sedang pergi keluar, Oma menghadiri pertemuan dengan sahabat lamanya, sementara Vikto diminta menghadiri rapat mendadak di kantornya.

Tinggallah Adinda bersama Mbak Tia dan para asisten rumah tangga lainnya. Adinda sedang duduk di teras belakang, menikmati hembusan angin sambil membaca buku yang diberikan Oma Hela. Ketika tiba-tiba langkah sepatu terdengar mendekat dari arah dalam rumah, suara langkah itu berat dan teratur milik Nyonya Wirna terdengar begitu sangat jelas.

“Jadi kamu masih di sini juga,” ucap Nyonya Wirna dingin, berdiri di ambang pintu sambil menyilangkan tangan di dada.

Adinda terperanjat, buru-buru menutup bukunya.

“S-selamat siang, Nyonya…” suaranya bergetar.

“Tidak usah sok sopan,” potong Nyonya Wirna dengan nada sinis. “Kamu pikir, dengan wajah polos itu kamu bisa terus menipu semua orang di rumah ini? Termasuk Vikto?”

Adinda terdiam, tidak berani menatap mata tajam perempuan paruh baya itu.

“Saya tidak bermaksud menipu siapa pun, Nyonya…”

“Sudahlah,” bentak Nyonya Wirna. “Kamu pikir aku tidak tahu rencanamu? Merayu Vikto, membuatnya berbalik melawan orang tuanya sendiri! Anak itu jadi durhaka gara-gara kamu!”

Air mata Adinda mulai menggenang. “Saya tidak pernah berniat begitu, Nyonya. Saya akan pergi dari sini setelah—”

“Setelah apa?” potongnya lagi, suaranya meninggi. “Setelah diceraikan suamimu? Setelah mempermalukan keluarga orang lain dengan drama murahanmu itu? hah?!”

Adinda menggigit bibir, menahan isak.

“Maafkan saya kalau kehadiran saya membuat Nyonya tidak nyaman. Saya janji, saya akan segera pergi dari rumah ini."

Nyonya Wirna tertawa dingin. “Janji? Aku tidak percaya janji perempuan seperti kamu. Mulai hari ini, kamu angkat kaki dari rumah ini. Aku tidak mau nama keluarga Kusuma ternoda karena kamu!”

“M-maaf, Nyonya... tapi Kak Vikto—”

“Vikto tidak ada di sini, dan aku yang berkuasa di rumah ini!” potong Nyonya Wirna keras.

Ia melangkah mendekat, menunduk menatap Adinda dengan sorot mata menusuk.

“Kamu pikir Vikto akan tetap membelamu setelah tahu betapa menyedihkannya kamu? Dia hanya kasihan, bukan cinta. Jangan terlalu percaya diri.”

Air mata Adinda jatuh satu per satu. Suaranya lirih, nyaris tak terdengar.

Nyonya Wirna menegakkan tubuh, menatap dengan pandangan penuh jijik.

“Pergi sebelum aku suruh orang mengusirmu dengan paksa. Dan jangan pernah kembali. Rumah ini bukan tempat untuk orang sepertimu.”

Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Adinda yang terisak di teras, tubuhnya gemetar, kedua tangannya menggenggam erat sandaran kursi rodanya.

Mbak Tia yang sejak tadi menyaksikan dari kejauhan, segera menghampiri dengan wajah cemas.

“Nona…” panggilnya lirih.

Adinda menggeleng, air matanya tak terbendung.

“Mbak, tolong bantu aku. Hari ini juga, aku harus pergi dari rumah ini. Aku gak mau Kak Vikto tahu, aku gak mau dia ribut lagi sama keluarganya gara-gara aku.”

"Nona serius pergi dari rumah ini? Kalau Tuan Vikto marah, bagaimana?"

"Serius, Mbak. Biarlah aku yang nanggung kalau Kak Vikto marah besar. Kita harus pergi sejauh mungkin, agar keberadaan kita tidak ditemukan."

"Baiklah, jika keputusan Nona ini sudah bulat, saya nurut apa kata Nona."

"Ayo, Mbak, kita beresin barang-barang kita. Mbak Tia tidak perlu takut, kita pasti bisa aman diluar sana. Nanti kita langsung nyari kerjaan, pasti dapat." Kata Adinda yang sudah buntu untuk mencari jalan keluar. Tidak tahu harus minta tolong sama siapa, sebisa mungkin untuk mencari cara sendiri.

Adinda tampak menatap kosong ke luar jendela. Sementara Mbak Tia duduk di tepi ranjang, menatap perempuan muda itu dengan wajah cemas.

“Mbak, aku udah gak kuat lagi,” ucap Adinda lirih, suaranya bergetar. “Setiap hari Nyonya Wirna selalu cari alasan buat marah."

"Kenapa gak menghubungi Tuan Vikto saja, Nona, kalau Nona ingin tinggal di kontrakan atau apalah, yang penting tidak satu rumah sama Nyonya Wirna."

Adinda menggeleng lemah.

“Enggak, Mbak. Aku gak mau Kak Vikto terus jadi bahan pertengkaran karena aku. Aku harus pergi, dan menjauh darinya.”

Mbak Tia terkejut. “Tapi ke mana, Nona? Kita gak punya tempat tinggal. Uang juga cuma sedikit.”

“Kita bisa kerja apa aja, Mbak. Jual koran, bantu di warung makan, atau bersih-bersih. Aku gak peduli. Asal jauh dari rumah ini.”

Mbak Tia terdiam lama. Ia menatap wajah Adinda yang pucat tapi tegas. Akhirnya, ia menarik napas panjang dan mengangguk pelan.

“Baiklah, Nona. Kalau begitu, saya ikut aja apa kata Nona. Saya tidak akan biarin Nona pergi sendirian.”

Adinda menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Makasih, Mbak… aku gak tahu harus gimana kalau gak ada Mbak Tia.”

Mereka berdua pun bergegas berkemas diam-diam. Hanya membawa pakaian secukupnya dan sedikit uang tabungan milik Mbak Tia.

Setelah bersiap, mereka keluar melalui pintu belakang. Suasana halaman belakang sunyi.

Mbak Tia mendorong kursi roda Adinda dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara.

Begitu sampai di gerbang belakang, Adinda menoleh ke arah rumah megah itu — rumah yang pernah menjadi tempat penuh harapan, kini hanya menyisakan luka.

“Selamat tinggal, Oma… maaf, Kak Vikto…” bisiknya dengan air mata jatuh perlahan.

Mereka berdua melangkah ke jalanan, meninggalkan kemewahan yang tak memberi bahagia.

Beberapa jam kemudian.

Di tepi jalan kecil di pinggiran kota, mereka berhenti di depan rumah makan sederhana yang sudah tutup.

“Kita istirahat di sini dulu, Nona. Nanti kita cari tempat buat tinggal,” ujar Mbak Tia sambil menutup bahu Adinda dengan selendang.

Adinda mengangguk, matanya berat karena lelah.

Di bawah terik matahari, dua perempuan itu duduk bersebelahan, satu di kursi roda, satu di lantai semen.

Hujan rintik mulai turun, tapi tak satu pun dari mereka beranjak.

Karena untuk pertama kalinya, meski dingin dan lapar, mereka merasa bebas dari tekanan.

Sore harinya, Vikto pulang dari rapat dan mendapati rumah terlihat sepi.

"Kemana Adinda? Kok sepi." Gumamnya.

“Mbak Tia mana?!” tanyanya panik pada salah satu asisten rumah tangga.

“Gak tahu, Tuan. Dari tadi kami tidak melihat Nona sama Mbak Tia."

Vikto langsung berlari ke kamar Adinda.

Kosong. Di atas meja, hanya ada sepucuk surat kecil dan dua ponsel pemberiannya.

“Kak Vikto, maaf. Aku pergi bersama Mbak Tia. Aku gak mau terus membuat rumah ini kacau. Terima kasih untuk semua kebaikanmu. Jangan cari aku. — Adinda.”

Surat itu bergetar di tangannya.

“Tidak… Dinda…”

Tanpa pikir panjang, Vikto langsung keluar rumah, menyalakan mobilnya, dan menyusuri jalanan sambil terus memanggil nama yang kini hilang tanpa jejak.

“Dinda! Mbak Tia! Kalian di mana?!”

Namun yang menjawab hanya angin dan langit yang mulai mendung.

1
Qaisaa Nazarudin
Noh yang lain,Denger gak tuh pesen Oma ke Dinda..Buka telinga kalian lebar2...
Qaisaa Nazarudin
Alhamdulillah,ku pikir Oma manggil Dinda nyuruh dia ninggalin Vikto..
Apa keluarga nya Percaya dengan omongan Dinda nanti tentang wasiat Oma,Takutnya menuduh Dinda mengada2..Harusnya 2 orang yg masuk sebagai saksi..
Qaisaa Nazarudin
Selalu ALASAN ini yg digunakan untuk memaksa anak2 MENIKAH, Dengan cara begini anak2 gak bisa MENOLAK..🤦🤦
Qaisaa Nazarudin
Baru juga Vikto dan Dinda menemukan BAHAGIA, udah ada aja hambatan nya..kasian banget Dinda..
Qaisaa Nazarudin
Ialah dia PERGI dia udah diceraikan,ngapain lagi dirumah ini..Riko juga udah gila Talak kayaknya,Sebelum Cerai kenapa gak diselidiki dulu kebenaran nya,main Percaya gitu aja omongan mereka, Sekarang kamu yg kayak orang SEWEL,Kalo ketemu juga Dinda udah MILIK orang lain,Rasain kamu..😠😠😠
Uba Muhammad Al-varo
Riko oh Riko..... penyesalan terdalammu udah terlambat dan kau Vikto jagalah selalu Adinda.
Uba Muhammad Al-varo
semoga aja Adinda baik' saja dan kabar yang terjadi pada tuan Abdi tidak mempengaruhi pernikahannya Adinda dan Vikto
Uba Muhammad Al-varo
Vikto udah cinta dan sayang ke Adinda ternyata udah lama 😉😊
Uba Muhammad Al-varo
nggak salah kok kalian berdua tidur berpelukan,Vikto dan Adinda kan udah resmi menikah 🙂🙂🙂
Uba Muhammad Al-varo
semoga ini awal kebahagiaannya Adinda dan Vikto
Anjana: Semoga ya kak, kasihan menderita terus😭
total 1 replies
Uba Muhammad Al-varo
jadi kalau seumpamanya Riko menemukan Adinda, Riko tidak bisa membawa pulang Adinda karena Adinda sudah menikah dengan Vikto.
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya Vikto dan adinda menikah 🙏
Uba Muhammad Al-varo
karena sering bertemu antara Adinda dan Vikto akhirnya benih cinta tumbuh diantara kedua nya
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya Adinda sembuh kembali dan mendapatkan kerja, buktikan ke keluarga nya Riko,kamu bisa sukses dan berhasil menjalani hidup
Uba Muhammad Al-varo
semoga cintanya Vikto diterima oleh Adinda dan mereka segera menikah
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya Adinda bertemu dengan Vikto semoga ini juga awal kehidupan nya Adinda lebih baik lagi
Uba Muhammad Al-varo
Adinda....😭🤧😭🤧😭🤧 semoga kamu mendapatkan kebahagiaan ditempat baru
Uba Muhammad Al-varo
semangat sembuh Adinda,kamu pasti bisa melewati ujian sakit ini💪💪💪💪💪
Uba Muhammad Al-varo
benar Oma Hela kalau cinta sejati memang harus diuji dengan badai yang besar demi bisa bertahan
Uba Muhammad Al-varo
benar omongan mu mbak Tia,Vikto itu ada rasa sama Adinda
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!