Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30 - Pilihan Rangga
"Secara logika, aku maunya memilihmu. Karena lebih aman. Tapi hatiku..." Rangga tak kuasa menyelesaikan ucapannya.
"Suka sama Kak Dita kan?!" Terdengar suara dengus nafas Astrid dari seberang telepon.
"Begitulah, tapi aku akan memilihmu! Aku akan berusaha melupakan Kak Dita."
"Baguslah kalau begitu. Itu artinya logikamu masih sehat. Jangan sampai deh kau jadi selingkuhan istri kakakmu sendiri."
"Aku tahu. Aku juga nggak mau bikin Bang Firza sakit hati."
"Oke, kalau gitu habis pulang sekolah besok, ke rumahku ya. Kebetulan pamanku sama keluarganya mau ke kota katanya."
"Ke rumahmu?" Rangga agak cemas. Mengingat terakhir kali dia nyaris ketahuan oleh Pak Warsito.
"Kau nggak usah cemas. Kali ini pasti aman. Aku jamin."
"Tapi kenapa harus ke rumahmu? Emang kita mau ngapain?"
"Lihat saja nanti. Pokoknya aku akan bikin hatimu suka sama aku!" ujar Astrid bertekad.
"Semoga saja..." Rangga tak kuasa menahan senyum. Lelaki mana yang tidak tersenyum saar seorang gadis cantik berucap begitu.
Setelah puas bicara dengan Astrid, Rangga langsung tidur. Dia tidur sangat lelap malam itu. Hatinya bisa dibilang sedang melambung tinggi karena ada dua perempuan yang tertarik pada dirinya secara bersamaan. Keduanya bahkan sama-sama sudah merasakan joni milik Rangga. Kini cowok itu menatap asetnya yang terbungkus oleh celana.
"Apa ini semua ulahmu jon? Hebat ternyata kau ya? Tapi makasih ya... Sehat-sehat kau sampai aku nikah nanti," ucap Rangga sambil mengelus joni miliknya.
...***...
Satu malam berlalu. Rangga pergi ke sekolah seperti biasa. Saat pagi dia tidak melihat Dita di dapur. Kakak iparnya itu sedang di kamar bersama Firza. Meskipun begitu, sarapan sudah tersaji di meja makan.
Rangga menganggap mungkin Dita merasa malu dengan apa yang terjadi tadi malam. Mulai saat itu Rangga berniat untuk melupakan semuanya. Dia akan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
Saat di sekolah, Rangga dan teman sekelasnya hari itu cukup sibuk. Ada tugas kelompok dan individu yang harus diselesaikan hari itu juga di sekolah. Rangga dan Astrid bahkan hanya bisa saling tersenyum.
"Kau sama Astrid kenapa? Udah putus ya?" bisik Ifan penasaran. Mengingat semenjak mengaku pacaran, Rangga dan Astrid terlihat selalu nempel.
"Enggak kok!" sahut Rangga.
"Terus kenapa nggak bareng kayak sebelumnya?" pungkas Junaidi.
Rangga memutar bola mata jengah. "Ya kami nggak harus selalu nempel kan? Lagian hari ini banyak banget tugas. Kita aja nggak sempat makan ke kantin," ungkapnya.
"Benar juga. Tugas hari ini kacau!" keluh Ifan.
Ketika pulang sekolah, Astrid pulang bersama Rangga seperti yang sudah dijanjikan. Keduanya sekarang sedang menelusuri jalanan menuju rumah Astrid.
Setibanya di tempat tujuan, Astrid menyuruh Rangga memarkirkan motor di samping rumah. Lalu dia mengajak cowok itu masuk ke kamar.
Saat sudah di kamar, Astrid melempar tas dan melepas seragamnya satu per satu.
"Eh, eh! Kau mau apa?" timpal Rangga. Matanya membulat sempurna.
"Aku bilang aku akan membuat hatimu suka padaku. Dan inilah salah satu caranya," kata Astrid. Dia terus melepas pakaian hingga tak tersisa.
Rangga dibuat terpana. Tubuh Astrid tak kalah indahnya dari Dita. Untuk pertama kalinya, jantung Rangga berdebar untuk Astrid.
"Sekarang giliranmu," pinta Astrid.
"Kau mau aku juga..." Rangga memastikan.
"Iya. Aku mau kita berdua bugil!" ujar Astrid.
"Kau yakin mau melakukan ini? Karena kalau sudah terjadi, kita--" ucapan Rangga terhenti saat Astrid meletakkan jari telunjuk ke bibirnya.
"Aku sudah memikirkan ini dengan matang, Ga..." cicit Astrid. "Atau kau mau aku saja yang melepas bajumu?" tawarnya.
"Nggak usah. Aku bisa sendiri." Rangga lantas melepas seluruh pakaiannya. Sementara Astrid tampak menutup tirai semua jendela.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari