Kala Azure adalah seorang kapten agen rahasia legendaris yang ditakuti musuh dan dihormati.
Namun, karier cemerlangnya berakhir tragis, saat menjalankan operasi penting, ia dikhianati oleh orang terdekatnya dan terbunuh secara mengenaskan, membawa serta dendam yang membara.
Ajaibnya, Kala tiba-tiba terbangun dan mendapati jiwanya berada dalam tubuh Keira, seorang siswi SMA yang lemah dan merupakan korban bullying kronis di sekolahnya.
Berbekal keahlian agen rahasia yang tak tertandingi, Kala segera beradaptasi dengan identitas barunya. Ia mulai membersihkan lingkungan Keira, dengan cepat mengatasi para pembuli dan secara bertahap membasmi jaringan kriminal mafia yang ternyata menyusup dan beroperasi di sekolah-sekolah.
Namun, tujuan utamanya tetap pembalasan. Saat Kala menyelidiki kematiannya, ia menemukan kaitan yang mengejutkan, para pengkhianat yang membunuhnya ternyata merupakan bagian dari faksi penjahat yang selama ini menjadi target perburuannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlahirnya Kala Dalam Diri Keira
"Apa, siapa wajah ini? Kenapa mukaku jadi lain gini, sih?" gumam Kala lirih, suaranya nyaris berbisik.
Dengan gerakan tiba-tiba Violeta menarik rambut dan membenamkannya dalam wastafel penuh air. Tidak seperti insting tubuh yang sebelumnya, yang mencoba melawan dan meronta kini, ia lebih tenang dan terkontrol.
Dalam setengah terbenam, wajahnya yang separuh tertutup air mulai menangkap bayangan masa lalu. Potongan demi potongan ingatan yang bukan miliknya.
Keira Ananta. Siswi SMA lemah yang menjadi korban. Kebaikan dan naluri untuk menolong justru menjadi umpan bagi predator.
Gang Black Rose menjadikannya bulan-bulanan, dan puncaknya adalah saat Keira, yang hanya ingin belajar dengan tenang dan menghentikan pembulian teman, balik diserang hingga lemas, hingga napasnya terhenti di dalam air dingin ini.
"Oh ... jadi kalian ini pembuli," batin Kala. "Baiklah. Kini kalian akan liat Keira yang berbeda.
Keira memegang pinggir wastafel dengan kedua tangan. Satu kali sentakan, tubuhnya menegak. Ia berbalik, kedua tangan mendorong dada Violeta dengan satu gerakan.
BUG!
Violeta terpental. Tubuhnya terhempas ke lantai porselen yang basah.
Tatapan Kala tenang tak bergetar seperti sebelumnya. Uratnya melemas, nafasnya tampak teratur.
Violeta mengepal kuat. Teman-temannya segera menghampiri dan membantunya bangkit. Tatapan mereka tajam sekaligus bingung.
Bagaimana Keira memiliki kekuatan sebesar itu? Dan tatapan mata itu jelas berbeda dari sebelumnya.
Sebagian pakaian Violeta basah, dengan gerakan kasar ia mengibaskan rok pendeknya. "Bangsat, lo! Udah berani ngelawan gue hah!"
Keira memiringkan kepalanya, melepas kaca mata dan membersihkan sebelum kembali di kenakannya.
"Kalian bocah tengik! Harusnya tu fokus belajar yang bener bukannya malah buli temen kayak gini," ujar Keira berusaha menasehati.
"Sialan.Kayaknya lo memang harus di kasih pelajaran ya. Cepat tangkap dia! Biar gue robek mulutnya," perintah Violeta.
Kedua temannya segera menerjang ke arah Keira. Keira melompat mundur. Tangannya meraih kedua lengan siswi itu dan melesat maju membuat kedua tangan musuhnya terplintir ke belakang.
Dengan sekali sentakkan Keira mendorong ke depan.
BUG!
Kedua siswi itu jatuh tersungkur.
"Akkhh! Sakit," rengek mereka bersamaan.
Keira dengan kemampuan bertarungnya yang hebat tentu mudah mengatasi mereka.
Pandangannya kini tertuju ke arah Violeta. "Udah deh. Nyerah aja napa? Kalian gak bakalan menang lawan aku."
"Dan aku ingatkan, mulai sekarang jangan pernah menggangguku. Aku cuma gak mau kalian terluka," tuturnya mencoba memberi pengertian pada mereka.
Namun, kata-kata itu tak pernah mencapai nalar mereka. Violeta justru memerintahkan anggota terakhirnya, yang memiliki tubuh paling besar dan tinggi, untuk maju.
Keira tak gentar. Ia tahu ia bisa melumpuhkan gadis bertubuh bongsor itu dengan sekali serangan yang tepat.
"Jangan banyak bacot lo Keira. Lo pasti abis ama gue," janji Violeta penuh percaya diri, tangannya menunjuk tajam ke wajah Kala. "Cepat seret dia ke mari!"
Gadis dengan postur menakutkan itu mendengus dan mendekat.
"Mampus!" seru Violeta, amarahnya sudah mencapai batas. "Habisi dia, gue gak peduli lagi dengan aturan atau apa pun."
Keira mengambil jarak, mundur beberapa langkah. Saat gadis bongsor itu menerjang, Keira berbalik cepat dan berlari ke arah dinding. Dalam gerakan yang menantang gravitasi, ia melompat, menjadikan dinding sebagai tumpuan. Tubuhnya melayang ke atas, melewati gadis bongsor itu.
BUGH!
Sebuah rintihan tertahan, "Akkkh!"
Kedua kaki Keira menendang persendian kaki gadis itu dengan presisi mematikan, membuatnya terpelanting ke belakang. Sebelum ia sempat bangkit, Keira sudah memiting lehernya kuat.
"Udah nyerah aja. Aku kan udah bilang, aku gak mau nyakitin kalian," bisiknya di telinga gadis itu.
Keira melepaskan pitingannya dan mendorongnya ke depan.
Tatapan tajamnya beralih kembali ke Violeta. "Cukup sampai sini aja. Aku peringatkan sekali lagi, jangan ganggu aku lagi!"
Keira berjalan ke wastafel yang menjadi saksi bisu kebangkitan ini, mencuci kedua tangannya dengan santai, lalu berlalu pergi.
Violeta menatap punggung Keira dengan rasa tak terima. Dirinya, yang terkenal kejam dan tak terkalahkan, baru saja dibuat babak belur oleh siswi lemah.
"Awas lo Keira. Gue gak akan biarin ini!" bisiknya, penuh amarah dan janji dendam.
Saat keluar dari lorong toilet mata Keira membelalak, banyak siswa dan siswi yang berkumpul. Ternyata mereka penasaran apa yang di lakukan geng Black Rose padanya.
Mereka kebingungan sekaligus takjub saat melihat Keira keluar dalam keadaan baik-baik saja. Ia tak peduli dengan keriyuhan itu, ia berjalan dengan santai melewati mereka.
"Gila. Gue merinding liat Keira. Lo sadar gak tatapan mata Keira mematikan," celetuk seorang siswi.
Siswi lain mengangguk seakan mengiyakan ucapannya.
Tak lama geng Black Rose keluar dengan kedaan kacau dan babak belur. Tatapan mereka sudah cukup untuk memberi penilaian jika mereka pecundang.
"Apa lo. Mau gue hajar, hah!" pekik Violeta geram.
Mereka yang takut jadi sasaran geng Black Rose selanjutnya memutuskan bubar.
Violeta dan gengnya menatap punggung Keira yang mulai menjauh.
Sementara itu, Keira berjalan terseok-seok, masih berjuang menyesuaikan diri dengan tubuh barunya. Sesekali ia mengusap bahunya yang terasa lemah dan ringkih.
"Sial, badan ini lemah banget. Aku udah kehabisan tenaga," gumamnya lirih. Kontras antara kekuatan Kapten Operatif Elit dan fisik siswi SMA yang dibuli itu sangat menyiksa.
Lorong-lorong kelas yang ia lewati tampak asing. Ia mengangkat tangan Keira yang sederhana. Pukul sebelas siang.
Kejadian penghianatan yang di alami kembali mengganggu. "Aku harus ke sana. Kasian, tubuhku pasti kesepian. Setidaknya dia harus di kubur dengan layak."
"Keira!"
Suara lantang memanggil nama tubuh itu, namun ia tak peduli dan terus berlari menuju gerbang.
Misi pertamanya saat kembali mendapat kesempatan, ia hanya ingin tubuhnya di semayamkan dengan layak. Kini, ia akan menuju ke tempat ia terbunuh.
Di luar gerbang, jalanan mulai padat. Ia melirik sekeliling. Sekolah ini berada di bagian barat Veridia, kota metropolitan di Negara Terranova.
Veridia terkenal dengan hutan beton yang berpadu dengan hutan hijau yang masih asri, sebuah kota yang tampak damai namun menjadi pusat operasi geng-geng preman hingga Mafia.
Inilah tugas lamaku. Keira mendesah. Ia tak bisa membayangkan akan jadi apa Negara Terranova tanpa perlindungan ARCANA yang kini telah dikhianati.
Keira segera mencari taksi. Namun, tak ada satupun taksi yang mau berhenti di depan gerbang sekolah yang penuh kontroversi itu.
Tepat saat keputusasaannya memuncak, ia melihat sebuah motor sport berwarna gelap melaju pelan dari arah belakang, dikendarai seorang lelaki berjaket kulit.
Entah apa yang dipikirkannya, didorong oleh insting militer dan keputusasaan, Kala langsung berdiri di tengah jalan, menghadang laju motor itu.
Motor itu melaju kencang, raungannya tiba-tiba merosot drastis.
WHRRRYY!
diikuti oleh rentetan cepat downshift.
KLAK-VRAP-KLAK-VRAP!
Pengereman mendadak menghasilkan pekikan melengking dari cakram yang panas.
CCCIITTTTTTT!
Suara ban yang tergesek keras di aspal mengiris udara, tepat sebelum motor itu berhenti dengan hentakan yang kasar. Sosok di balik helm full face melotot ke arahnya, terkejut sekaligus marah.
Keira tidak bergeming. Ia harus sampai ke dermaga itu, dan pemuda ini adalah satu-satunya jalan.
Aku jadi inget sama YML, dia kan dibunuh gegara memegang kunci rahasia besar.
Semoga tiada yang curiga kalau Keira masih hidup, dan matilah kamu wahai Dewa Agung
wuuu bara api mulai menyala.. ayo, hab*skan dan hanc*rkan semua yang menyakiti..