Nirmala Pemuja Setan

Rasa kasihan yang dia rasakan terhadap pria yang ada di pojok ruangan itu berubah menjadi rasa ketakutan, karena dia mulai sadar kalau pria yang ada di pojok ruangan itu bukanlah manusia.

Dia bisa melihat kalau sosok pria itu kini berubah menjadi menyeramkan, kepalanya beberapa kali berputar seperti hendak putus. Darah hitam pekat terus keluar dari bibir pria itu.

Erika juga melihat sekujur tubuh pria itu penuh luka, ada darah yang menggumpal dan sudah membeku di sana. Penampilan pria itu sangat menyeramkan.

Ketika bajunya ditarik oleh pria itu, Erika merasa kalau ruangan itu berubah menjadi ruangan yang begitu sempit dan juga pengap. Semua pintu ruangan itu tiba-tiba saja tertutup, Erika merasa kesulitan untuk bernapas.

"Tolong!" teriak Erika.

Berkali-kali dia berusaha untuk berteriak, dia bahkan berkali-kali memanggil nama Leo. Namun, dia merasa seperti berada di dalam ruangan kedap suara.

Erika merasa kalau dirinya seperti sedang berada di dalam ruang bawah tanah, kini pencahayaan pun semakin berkurang. Ruangan itu semakin gelap, pandangan Erika mulai mengabur.

"Leo! Tolong aku!" teriak Erika lagi.

Erika terus saja menjerit-jerit ketakutan, terlebih lagi ketika dia melihat mesin pembuat sendal yang ada di ruangan tersebut nampak beroperasi.

Padahal, di ruangan itu tidak ada orang sama sekali. Hanya ada pria yang dia yakini sebagai hantu berdiri di hadapannya, pria itu tidak menyentuhnya.

Namun, Erika merasa kakinya terpaku ke bumi. Dia tidak bisa bergerak sama sekali, bahkan kedua tangannya tidak bisa bergerak. Hanya mulutnya saja yang mampu berbicara.

Tuk! Tok! Blug!

Suara mesin pembuat sandal itu terdengar begitu mengerikan dan juga mistis, padahal saat pagi dia datang ke pabrik terdengar biasa. Namun, suara itu terdengar seperti suara malaikat Izrail yang datang untuk mencabut nyawanya.

"Tolong jangan sakiti aku," pinta Erika.

Bukannya mendengar apa yang dikatakan oleh Erika, pria itu justru malah membuka mulutnya dengan begitu lebar. Pria yang sejak tadi tidak ada suaranya itu kini tertawa dengan terbahak-bahak, wajahnya berubah menjadi mengerikan.

"Se---- setan!" teriak Erika.

Pria itu terus saja tertawa dengan terbahak-bahak, hingga tidak lama kemudian Erika merasa kalau tubuhnya terangkat ke udara. Dia kini melayang-layang dengan kakinya yang tidak menapak.

"Tolong!" teriak Erika dengan wajahnya yang sudah begitu pias.

"Tidak akan ada yang mampu menolong kamu!"

Erika mendengar suara yang begitu berat dan juga menggema di dalam ruangan itu, tetapi dia tidak bisa melihat siapa yang mengatakan hal itu karena dirinya kini sedang melayang-layang di udara.

Dia bahkan semakin lama merasa kalau dirinya diputarkan dengan kencang, kepalanya terasa pusing sekali. Hingga tidak lama kemudian dia merasa kalau tubuhnya menghantam sebuah benda yang begitu keras.

"Argh!" teriak Erika.

Erika merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya, dia juga bisa melihat ada darah yang keluar dari inti tubuhnya. Darah yang begitu kental dan juga berwarna merah segar.

Erika ketakutan karena jika ada darah yang keluar dari inti tubuhnya, itu artinya anaknya tidak akan terlahir ke dunia ini. Karena sudah gugur di awal, dia begitu sedih karena tidak bisa mempertahankan kehamilannya.

"A--- anakku," ujar Erika terbata.

Semakin lama darah yang keluar dari inti tubuhnya itu semakin banyak, Erika kesakitan. Namun, rasa sakit itu tiba-tiba saja berubah menjadi rasa takut karena tiba-tiba saja pria yang mengerikan itu menghampirinya.

Erika menyadari kalau pria yang ada di hadapannya bukanlah pria sembarangan, dia merasa kalau pria yang ada di hadapannya itu adalah sosok makhluk gaib.

Bukan tanpa alasan Erika menduga seperti itu, karena kedua kaki dari pria yang ada di hadapannya itu tidak menapak. Kalau manusia pasti kakinya sudah menapak ke lantai.

"Mau apa kamu?" teriak Erika.

Pria itu tidak menjawab, tetapi pria itu malah bertingkah seperti cicak yang menempel di dinding. Pria itu merayap dan mendekat ke arah Erika.

Erika mulai ragu dengan pemikirannya tadi, Karena kini pria itu menempel di dinding. Kedua tangan dan juga kakinya menempel di sana, pria itu kini sudah seperti hewan melata saja.

"Pergi!" teriak Erika sambil menahan rasa sakit.

Bukanya pergi, pria itu malah semakin mendekat dan menyentuh darah yang keluar dari inti tubuh Erika. Pria itu juga mencium bau darah itu dengan wajah riang tapi terlihat begitu mengerikan bagi Erika.

"Pergi setan!" teriak Erika.

Erika sekuat tenaga bangun karena tidak ingin mati sia-sia, kalau bisa dia dan juga janinnya bisa diselamatkan. Wanita itu berlari menuju pintu, Erika berusaha untuk membuka pintu itu.

"Akhirnya aku bisa keluar, aku harus segera ke rumah sakit untuk memeriksakan calon buah hatiku."

Erika tersenyum dalam kesakitan, dia berpikir kalau dirinya bisa selamat. Dia berpikir kalau anak yang ada di dalam kandungannya bisa dipertahankan, harapannya begitu besar.

"Argh!" teriak Erika.

Baru saja dia melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana, tetapi tiba-tiba saja ada yang menarik kakinya dengan begitu kencang. Tubuh Erika melayang di udara dan kembali ke dalam ruang pembuatan sandal.

"Oh Tuhan, tolong selamatkan aku dan calon buah hatiku.

Suara Erika terdengar begitu lemah, karena tubuhnya terhantam tembok. Badannya terasa sakit semua, tulangnya seperti remuk.

"Jangan mendekat!" teriak Erika ketika sosok yang mengerikan itu datang kembali menghampiri dirinya.

Namun, sosok itu bukannya menjauh malah semakin mendekat ke arah Erika. Lidahnya memanjang dan matanya menyala seperti siap menerkam mangsa.

Tak lama kemudian dia meminum darah itu, bahkan pria itu memakan gumpalan darah yang keluar dari inti tubuhnya. Erika sungguh merasakan ketakutan yang luar biasa saat ini.

Ini adalah hal yang baru dia rasakan selama hidupnya, ini adalah pertama kalinya dia melihat pria yang kelakuannya tidak seperti manusia.

"Pergi! Jangan mendekat!" teriak Erika.

Semakin lama kepalanya terasa semakin sakit, tidak lama kemudian dia bahkan tak sadarkan diri. Pria yang ada di hadapannya terus saja memakan janin yang keluar dari rahim Erika sampai habis tak tersisa.

"Jangan ambil anakku," gumam Erika di bawah alam sadarnya.