Jian Feng, seorang anak haram dari keluarga bejat, dipaksa menikahi Lin Xue, gadis cantik namun cacat dan sekarat.
Dipertemukan oleh takdir pahit dan dibuang oleh keluarga mereka sendiri, Jian Feng menemukan satu-satunya alasan untuk hidup: menyelamatkan Lin Xue. Ketika penyakit istrinya memburuk, Jian Feng, yang menyimpan bakat terpendam, harus bangkit dalam kultivasi. Ia berjanji: akan menemukan obat, atau ia akan menuntut darah dari setiap orang yang telah membuang mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13- Amarah pembawa petaka
"UHUK! UHUK!"
Mendengar suara batuk kecil Lin Xue. Jian Feng tersentak bangun, jantungnya langsung mencelos. "Lin Xue!" Ia sangat kaget dan khawatir. Ketika melihat istrinya, ia ternyata masih tidur, batuknya hanya refleks kecil dari paru-paru yang lemah.
Sambil menghela napas panjang, Jian Feng menahan gejolak di alam bawah sadarnya yang baru saja ia rasakan. Seperti biasanya, ia mengalirkan kembali Qi Petirnya agar kondisi Lin Xue lebih baik.
Setelah Qi Petir mereda, Lin Xue kembali membaik. Jian Feng kemudian membuka jendela. Cahaya matahari sudah terang, menembus kaca. "Aku harus mencari uang lagi. Mungkin kali ini akan ada pekerjaan yang bayarannya lebih besar. Tapi sekarang Lin Xue harus meminum obatnya dulu."
Jian Feng mengangkat tangannya dan mengambil sebuah pil di Cincin Penyimpanan—pil pemulih Qi kelas rendah. "Aku tahu pil ini tidak dapat menyembuhkanmu, Lin Xue. Tapi setidaknya ini dapat mengurangi rasa sakit dan memperlambat kerusakan di paru-parumu."
Dia kemudian membangunkan Lin Xue secara lembut dan pelan. "Lin Xue, ayo bangun. Kau harus sarapan."
Lin Xue tidak susah untuk dibangunkan. Ia membuka matanya perlahan dan melihat suaminya. "Jian Feng, sudah pagi, ya?" Ia duduk dengan bantuan Jian Feng.
"Iya, ayo kita sarapan dulu. Lin Xue, ingin makan apa?" Jian Feng mengangkat Lin Xue dan menggendongnya di depan dada.
Lin Xue berpikir. "Hmm, terserah."
"Terserah? Kalau begitu mie mau tidak?" tanya Jian Feng.
Lin Xue menggeleng. "Tidak mau!" Jian Feng bingung dengannya.
"Kalau bakpao?" Lin Xue kembali menggeleng, dan terus menggeleng sampai-sampai Jian Feng heran dengan sikap gadis ini.
"Ternyata wanita itu membingungkan ya? Lalu ingin makan apa? Katanya terserah." keluh Jian Feng. Ia benar-benar tidak tahu lagi ingin merekomendasikan apa.
Mereka terus berjalan keluar dari penginapan dan melewati beberapa tempat makan.
"Aku ingin Tanghulu." akhirnya Lin Xue memutuskan.
Jian Feng menolak keinginan istrinya. "Tidak boleh makan yang manis-manis dulu! Kau belum makan apapun. Kita makan nasi dan sayur saja, ya? Tubuhmu butuh nutrisi."
"Terserah." jawab Lin Xue dengan cemberut.
Jian Feng hanya dapat menghela napas. Ia benar-benar tidak mengerti pikiran seorang wanita. Dendam dan kultivasi jauh lebih sederhana daripada memilih menu sarapan.
Setelah sampai di restoran yang sama dengan kemarin, mereka memesan makanannya. Pelayan mencatat dan pergi.
Tiba-tiba Jian Feng merasa ingin kencing. "Lin Xue, tunggu sebentar ya. Aku ingin ke kamar mandi dulu. Jangan kemana-mana."
"Ya, hati-hati." Lin Xue tersenyum dan duduk manis di kursi.
Jian Feng berpikir tidak akan ada apa-apa jika meninggalkan Lin Xue di sana. Lagi pula di sana banyak orang juga.
Dengan cepat Jian Feng ke kamar mandi dan kembali. Tapi ketika kembali, pandangannya langsung gelap. Ia melihat beberapa pemuda berpakaian mewah sedang mengganggu Lin Xue.
"Hei, Nona cantik. Sendirian saja, nih? Ingin ikut kami tidak?" Seorang pemuda tampan yang terawat, Tuan Muda Hon Fei, menggoda Lin Xue.
Lin Xue tampak ketakutan, tubuhnya bergetar dan terlihat tidak nyaman. "M-maaf, aku sudah punya suami."
"Suami? Kau pasti berbohong, Nona. Wanita secantik dirimu tak mungkin menikah dengan pria gembel." Pemuda itu memegang dagu Lin Xue dan menatapnya dengan penuh nafsu.
Lin Xue yang takut menepis tangan itu sehingga pemuda tersebut marah. "Berani sekali kau kepada Tuan Muda sepertiku!" Pemuda tersebut mendorong tubuh Lin Xue. Karena lumpuh, Lin Xue kehilangan keseimbangan.
Lin Xue jatuh dari kursi. "Aww!" Lin Xue kesakitan, tangannya berdarah karena menahan tubuhnya di lantai.
BUGH!
Jian Feng yang melihat itu, amarahnya langsung meledak. Ia langsung memukul wajah Tuan Muda Hon Fei dengan tinju yang dilapisi Qi Petir Emas mentah. "Berani sekali kau menyakiti dia!"
Pemuda tersebut langsung terpental, menabrak dinding dan merusak fasilitas restoran. Semua orang yang berada di sana langsung berdiri karena terkejut.
"Tuan Muda Hon Fei! Apa kau baik-baik saja?" Teman-teman atau bawahan Hon Fei langsung mengangkat tubuhnya.
Hon Fei yang masih sadar menatap ke arah Jian Feng. Matanya dipenuhi kebencian dan kebingungan. "Siapa lagi kau? Apa kau suaminya? Berani sekali kau memukul wajah tampanku ini." Dia mendorong bawahannya dengan kuat.
"Lepaskan aku! Akan kuhajar orang ini!" Hon Fei merenggangkan tubuhnya. Ia memegang wajahnya yang lebam akibat pukulan Jian Feng.
"Seorang kultivator Arus Qi ya? Ranahmu masih lemah, tapi kenapa kekuatanmu kuat juga?" Hon Fei, yang juga berada di ranah Inti Qi Level 5, menyadari anomali kekuatan Jian Feng. Ia meminta pedang kepada bawahannya.
Ia mengambil pedang itu, senyum bengis terukir di wajahnya. "Yah, aku tidak peduli. Lagi pula hari ini akan kupastikan kau mati dan istrimu akan aku jual ke rumah bordil! Aku akan tunjukkan padamu apa artinya kekuasaan!"