NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Teror Sang Naga

Markas Besar Royal Hotel Group - Lantai 50 (Kantor CEO)

Atlas duduk di kursi kebesarannya, memandang cakrawala Jakarta yang mendung. Di depannya, Sebastian meletakkan sebuah kotak kayu jati yang baru saja dikirim oleh kurir tak dikenal.

"Tidak ada nama pengirim, Tuan. Tapi ada logo naga merah di segel lilinnya," lapor Sebastian, wajahnya serius.

Atlas membuka kotak itu.

Isinya bukan bom, melainkan sebuah peluru kaliber 9mm yang berlumuran darah segar, dan selembar foto. Foto Orion yang sedang melukis di taman The White Manor, diambil dari jarak jauh menggunakan lensa tele.

Di balik foto itu tertulis pesan singkat dengan tinta merah:

"Berbagi itu indah. Serahkan 50% saham Royal Hotel dan Galeri Seni, atau peluru ini akan menemukan rumahnya di jantung adikmu."

- Black Dragon Group (Grup Naga Hitam).

Rahang Atlas mengeras hingga terdengar bunyi gemeretak. Suhu ruangan turun drastis. Gelas kristal di meja kerjanya retak karena tekanan aura membunuh yang keluar dari tubuhnya.

Mereka berani mengancam Orion.

[SYSTEM ALERT!]

[ANOMALI TERDETEKSI: Ancaman Fisik Tingkat Tinggi.]

[Musuh: Black Dragon Group (Mafia/Konglomerat Hitam Terbesar di Asia Tenggara).]

[Tujuan Musuh: Memeras aset dan menghabisi Tuan Rumah.]

[MAIN QUEST (MISI UTAMA) AKTIF!]

[Judul: The Shadow War (Perang Bayangan).]

[Deskripsi: Hancurkan Grup Naga Hitam hingga ke akarnya. Jangan sisakan satu pun.]

[Reward: +20.000 Wealth Points (WP) & Aset Musuh (Kasino/Klub Malam).]

[Hukuman Gagal: Kematian Adik.]

Atlas meremas foto itu hingga hancur.

"Sebastian," suara Atlas rendah, seperti geraman binatang buas. "Siapa mereka?"

"Grup Naga Hitam, Tuan. Dipimpin oleh Marco 'The Butcher'. Mereka menguasai bisnis judi ilegal, prostitusi, dan perlindungan keamanan di Jakarta. Dulu, pemilik lama hotel ini rutin membayar upeti 2 Miliar per bulan kepada mereka. Tuan memutus aliran dana itu saat mengambil alih."

"Jadi mereka marah karena uang jajan mereka hilang?" Atlas berdiri. "Bagus. Akan kubuat mereka menyesal pernah dilahirkan."

Royal Hotel - Lantai 20 (Medical Suite)

Di saat yang sama, Orion sedang berada di lantai khusus medis hotel untuk pemeriksaan rutin mingguan dengan Dr. Susan. Dia sedang berbaring sambil membaca komik, selang infus vitamin terpasang di tangannya.

"Kak Atlas sibuk ya, Dok?" tanya Orion polos.

"Tuan Atlas sedang... mengurus dokumen, Nona," jawab Dr. Susan tersenyum.

Tiba-tiba.

PET!

Seluruh lampu di ruangan itu mati. Mesin pemantau jantung mati. AC sentral mati.

Hening sejenak, lalu lampu darurat berwarna merah menyala berputar-putar.

NGIIING... NGIIING...

Sirene kebakaran meraung.

"Apa yang terjadi?" Orion panik, bangun dari tidurnya. Napasnya mulai memburu karena kaget. Cincin Ring of Vitality di jarinya berpendar, berusaha menenangkan detak jantungnya yang melonjak, tapi rasa takut psikologis sulit diredam.

Dr. Susan segera memeluk Orion. "Tenang, Nona. Mungkin cuma mati lampu biasa. Genset akan nyala dalam 10 detik."

10 detik berlalu. Tidak ada listrik.

Pintu otomatis ruangan medis terkunci rapat (sistem lockdown error). Ventilasi udara berhenti bekerja. Udara di ruangan tertutup itu mulai terasa pengap.

Di kantor CEO, Atlas melihat monitor CCTV yang mati total.

"Tuan!" Sebastian menerima laporan via radio. "Server hotel diretas! Sistem kelistrikan dan ventilasi disabotase. Genset cadangan diledakkan dari jarak jauh! Lantai medis terkunci, oksigen di sana terbatas!"

Jantung Atlas seakan berhenti berdetak.

Orion ada di sana. Dan tanpa ventilasi, paru-paru lemah adiknya akan kolaps dalam hitungan menit karena hipoksia (kekurangan oksigen).

"Marco..." desis Atlas. "Kau bermain api."

Atlas tidak lari ke tangga darurat. Itu terlalu lama. Dia memejamkan mata, memanggil Sistem.

System! Buka Shop! Kategori Militer!

[SYSTEM SHOP: MILITARY GRADE]

Item: EMP Jammer (Pemblokir Sinyal).

Item: Tactical Breach Tool.

Unit: Elite Mercenary Squad.

"Bukan itu! Aku butuh akses ke adikku sekarang!" teriak Atlas dalam hati.

Matanya tertuju pada satu Skill Mahal.

[SKILL: 'Shadow Step' (Langkah Bayangan)]

Deskripsi: Memungkinkan pengguna berpindah tempat (teleportasi jarak pendek) dalam radius 50 meter ke area yang dikuasai/dimiliki pengguna (Territory).

Harga: 2.000 WP.

Harganya gila. Itu sepertiga dari total tabungan WP-nya. Tapi nyawa Orion tidak ada harganya.

"BELI!"

[TRANSAKSI BERHASIL!]

[-2.000 WP]

[Sisa Saldo: 4.500 WP]

[Skill Aktif.]

Tubuh Atlas diselimuti kabut hitam.

Dalam sekejap mata, dia lenyap dari kantor CEO di lantai 50.

Lantai 20 - Medical Suite

Orion terbatuk-batuk. Udara semakin tipis. Dr. Susan berusaha memecahkan kaca jendela dengan kursi, tapi kaca itu anti-peluru.

"Uhuk... Kak... Atlas..." Orion memegangi dadanya yang sesak. Penglihatannya mulai kabur.

Tiba-tiba, di tengah ruangan yang terkunci rapat itu, bayangan hitam berkumpul.

WUSH!

Atlas muncul entah dari mana, tepat di samping ranjang Orion.

"Kakak?!" Dr. Susan terlonjak kaget, mengira dia melihat hantu.

Atlas tidak menjawab. Dia langsung mencabut selang infus Orion, lalu menggendong adiknya ala bridal style.

Dia menatap pintu baja yang terkunci elektronik. Dia tidak punya kunci, tapi dia punya kaki yang kini diperkuat oleh kemarahan.

DUAR!

Sekali tendang, pintu baja tebal itu jebol, engselnya lepas berhamburan. Kekuatan fisik Atlas meningkat drastis saat adrenalin dan insting pelindungnya aktif.

Atlas membawa Orion berlari menuruni tangga darurat. Angin segar dari tangga masuk ke paru-paru Orion.

"Tarik napas, Dek. Kakak di sini," bisik Atlas.

"Kakak... datang..." bisik Orion lemah, lalu pingsan di pelukan Atlas.

Lobi Hotel - 30 Menit Kemudian

Listrik sudah menyala kembali setelah teknisi memperbaiki sabotase. Polisi dan ambulans berdatangan.

Orion sudah sadar dan kini sedang ditangani di dalam ambulans VVIP. Kondisinya stabil berkat Ring of Vitality dan pertolongan cepat Atlas.

Atlas berdiri di luar ambulans, menatap gedung hotelnya yang baru saja diserang. Di tangannya, dia memegang ponsel.

Layar ponsel itu menampilkan panggilan masuk dari nomor tak dikenal.

Atlas mengangkatnya.

"Gimana, Tuan Muda?" suara serak seorang pria terdengar mengejek. "Itu baru peringatan kecil. Lain kali, lift adikmu yang akan kami jatuhkan. Serahkan sahamnya, atau—"

"Marco," potong Atlas. Suaranya tenang. Terlalu tenang.

"Oh, kau tahu namaku?"

"Dengarkan aku baik-baik," kata Atlas. "Malam ini, nikmatilah makan malam terakhirmu. Peluk istri dan anakmu. Karena besok pagi, saat matahari terbit, Grup Naga Hitam hanya akan tinggal nama."

"Hahahaha! Kau mengancamku? Kau cuma bocah kemarin sore! Aku punya ribuan pasukan! Kau punya apa?!"

Atlas mematikan telepon.

Dia berbalik menatap Sebastian yang berdiri di belakangnya dengan wajah penuh amarah.

"Sebastian," perintah Atlas.

"Ya, Tuan."

"Kosongkan saldo rekening 'Dana Darurat' saya. Siapkan 1 Triliun Rupiah tunai."

"Untuk apa, Tuan?"

Atlas menatap langit malam Jakarta yang kelam.

"Sistem," panggil Atlas dalam hati. "Buka menu 'Underworld Mercenary'."

[MENU TERLARANG TERBUKA]

[Anda memiliki dana yang cukup untuk menyewa pasukan paramiliter swasta.]

Atlas menunjuk opsi paling mahal.

[Unit: The Black Watch (Ex-Special Forces)]

Jumlah: 500 Personel Elit.

Persenjataan: Lengkap (Senjata Api, Sniper, Drone Tempur, Hacker).

Reputasi: Tidak pernah gagal.

Harga: Rp 500 Miliar / Misi.

"Sewa mereka," perintah Atlas. "Dan satu lagi... Gunakan sisa uangnya untuk membeli Bounty (Harga Buronan) atas kepala Marco."

"Berapa harganya, Tuan?" tanya Sebastian.

"Beri harga 100 Miliar Rupiah untuk kepala Marco. Sebarkan ke seluruh dunia bawah tanah Jakarta. Biarkan anak buahnya sendiri yang saling bunuh untuk memburu bos mereka."

Malam itu, Atlas Wijaya bukan lagi seorang pengusaha.

Dia adalah Warlord (Panglima Perang). Dan dia baru saja menumpahkan bensin ke seluruh kota Jakarta, siap menyalakan apinya.

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!