Akeno seorang lelaki pengusaha berwajah oriental itu terpaksa menikahi wanita muda berusia tujuhbelas tahun demi mengikuti keinginan neneknya kesehatan neneknya yang memburuk memaksanya menuruti kemauan neneknya.
Gadis muda yang memiliki sifat dewasa itu diam diam mencuri hati Akeno. Ini sangat bertentangan dengan keinginannya. Akankah Akeno mampu menepis rasa yang terlanjur singgah dihatinya? Sedang pesona Gresia Ananta begitu nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
Gresia membuka bingkisan dari Harisah, mengeluarkan dari dalamnya spatu sport berwarna putih dengan lis pink di beberapa bagian.
Gresia tersenyum lalu mencoba di kaki indahnya dan pas. Dia berdiri dan berjalan beberapa langkah lalu kembali lagi ketepi ranjang membuka sepatunya meletakkannya di atas nakas.
Terdengar hembusan napas dalam dari bibir Gresia, perlahan dia merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Iris kelabunya menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang pada pertemuannya tadi dengan Akeno. Pada sosok model yang terlihat begitu sempurna dimata Gresia. Tingginya hampir menyamai Akeno, tubuhnya sangat langsing tapi berisi pada bagian dada dan bokong. Wajahnya jangan ditanya lagi estetika dan penuh daya tarik.
Gresia kembali mendesah, mengingat itu ada rasa tak nyaman di hatinya, seperti rasa kesal dan tak terima akan kedekatan mereka. Sebenarnya semua rasa itu adalah defenisi rasa cemburunya pada Akeno, hanya saja dia tak mau mengakui perasaannya dia memilih membatasi peraannya tak ingin menyelam terlalu dalam. Akeno bukan pria yang mampu dia jangkau. Walau tanpa dia tau Akeno diam-diam meletakkan segala rasa yang dia punya pada gadis polosnya ini. Setelah menolak Gresia adalah pilihan terakhirnya.
Gresia terlayang beberapa saat ketika pintu kamarnya diketuk dengan halus oleh pelayan rumah, membangunkannya untuk makan malam.
"Nyonya makan malam sudah siap." Suara lembut wanita berusia dua puluhan itu terdengar dibalik pintu.
"Iya mbak bentar lagi aku turun." sahut Gresia. Dia sudah tinggal beberapa bulan di rumah ini tapi hanya bik Sumi dan Adrian yang dia tau. Keperibadiannya yang tertutup membuat pelayan tidak berani mengakrabkan diri padanya.
Dengan malas Gresia masuk kamar mandi membersihkan diri, sepulang dari mall tadi dia belum mandi dan malah tertidur saat memikirkan Akeno.
Gresia turun keruang makan dengan rambut basah sehabis mandi, di meja makan Akeno sudah menunggunya. Sepertinya dia baru saja pulang sebab Gresia baru mendengar deru mesin mobilnya memasuki mansion.
Gresia menarik kursi ditempatnya biasa didepan Akeno. "Kenapa tidak mengeringkan rambutmu dulu baru turun, kau bisa masuk angin nanti." tegur Akeno sembari menatap Gresia. Sementara Gresia terlihat acuh, dia mengisi piringnya dengan nasi dan lauk lalu mulai makan dengan tenang seakan dimeja makan ini hanya ada dia sendiri Akeno dianggapnya angin lalu.
"Gresia!" bentak Akeno meradang. Dia tidak biasa diabaikan begini.
"Hemm." sahut Gresia mengangkat wajahnya menatap Akeno lurus-lurus. Akeno mendesah, melihat bola mata bening Gresia amarahnya menguap entah kemana.
"Tidak. Makanlah." desahnya dan mulai makan.
Meja makan benar-benar hening, Gresia makan dengan khusyuk menatapi piringnya tanpa berpaling sedikitpun. Sementara Akeno berulang kali menatap kearahnya, entah menhapa mendapati sikap diam Gresia hatinya merasa kehilangan.
Akeno merasa Gresia membuat jarak padanya, begitu selesai makan dia langsung masuk kamarnya tanpa menghiraukan Akeno sama sekali.
Akeno berpikir apa salahnya? Bukankah harusnya dia yang marah karena dia pergi main tanpa meminta izin padanya. Apa dia lupa apa statusnya dia adalah seorang istri.
Gresia membuka tasnya, mengeluarkan buku yang berisi tugas sekolah dan mulai mengerjakan tugas sekolah dengan tekun. Saking focusnya dia tak menyadari Akeno sudah bearada dikamarnya.
Akeno takjub oleh kecerdasan istrinya, dengan sangat santai mengerajakan rumus fisika yang pastinya sangat sulit untuk siswa SMA sepertinya.
Gresia menyusun bukunya dan terkejut saat berbalik mendapati Akeno berdiri menjulang tinggi di depannya.
"Ahh!" pekiknya.
"Apa?"
"Kau mengagetkan aku!"
"Hah! Mana kosentrasimu? Gitu aja kaget." ejek akeno sembari melangkah menuju nakas disamping Gresia.
"Kau masuk seperti maling. Bagaimana aku tidak kaget." sungut Gresia.
"Kau cari apa?" tanya Gresia saat melihat Akeno mengacak-acak laci nakasnya.
"Pengering rambut."
Gresia membuka laci lainnya lalu mengeluarkan pengering rambut dan meyerahkannya pada Akeno.
"Benda murah begini saja harus pinjam dari ku." gumam Gresia.
"Duduk sini," titah Akeno menunjuk kursi didepannya. Gresia menurut duduk di kursi seperti pinta Akeno. Akeno mulai menghidupkan pengering rambut ditangannya dan mulai mengeringkan rambut Gresia.
Gresia membeku ditempatnya. Apa yang Akeno lakukan? Bukankan ini terlalu romantis? Jantungnya bahkan hampir meledak oleh detaknya yang dibatas normal.
Sementara Akeno terlihat begitu menikmati pekerjaannya, seperti layaknya seorang petugas salon profesional sesekali dia mengurai surai golden brown milik Jelita.
"Sejak kapan aku jadi pamanmu?!" tiba-tiba pertanyaan itu meluncur dari bibir Akeno.
"Apa?"
"Jangan ngeles, kamu pasti bilang kemereka aku pamanmu, iya kan!" sungut Akeno. Gresia mengulum senyum, dia dapat melihat mimik mengemaskan Akeno saat merajuk dari pantulan cermin di depan mereka.
"Itu karena aku bingung harus jawab apa saat Ayana melihat kita makan besama waktu itu. Aku gak mungkin bilang kamu suamiku kan?" jelas Gresia. Akeno tampak diam saja tak merespon. Mungkin dia puas dengan jawaban Gresia.
"Sudah." ucapnya saat rambut Gresia kering sempuran.
"Hemm, terimakasih," sahut Gresia tersipu sekaligus berbunga-bunga. Adegan ini mirip dengan adegan didalam drama romantis yang sering dia tonton di ponselnya.
Akeno meletakkan pengering rambut diatas nakas, tepat di sebelah sepatu baru milik Gresia. Tiba-tiba hatinya memanas, mengingat darimana Gresia mendapatkan sepasang sepatu itu. Dengan gerakan cepat dia menyambar sepasang sepatu sport itu melemparkannya dengan sangat akurat kedalam tong sampah di sudut kamar Gresia.
"Akeno!" bentak Gresia seraya menatap tajam kearahnya. Akeno balas menatap sembari mengedikkan bahu tanpa merasa bersalah.
"Aku tidak suka warnanya, kau tidak akan cocok memakainya."
"Siapa bilang tidak cocok! Lagi pula aku suka warnanya." sungut Gresia sembari menatap jengkel pada Akeno.
"Benarkah? Kalau begitu besok kita beli yang serupa. Benda yang sudah di tong sampah tidak layak di pakai lagi, kotor!" ujar Akeno dengan senyum.
"Tapi itu hadiah seseorang," sungut Gresia.
"Aku akan mengantinya dengan hadia dariku."
Gresia menatap Akeno jengkel, kenapa lelaki ini makin hari makin cerewet dan menjengkelkan begini.
Akeno menatap jam di pergelangannya sudah jam sepuluh tapi dia belum merasa ngantuk dan sepertinya Gresia juga sama.
"Ikut Aku," ujar Akeno sembari menyambar pergelangan tangan Akeno.
Gresia ingin bertanya kemana, tapi kata-katanya dia telan kembali dan memilih mengikuti langkah Akeno membawanya pergi.
Akeno membawanya ke bangunan lain di belakang mansion. Bangunan kaca yang selalu terkunci rapat itu dibuka dengan mengunakan sidik jari Akeno.
Akeno menghidupkan lampu ruang menjadi terang benderang. Sepertinya ini adalah perpustakaan melihat ruang ini hanya dipenuhi rak berisi buku-buku.
Gresia memandang takjub buku-buku yang tersusun sangat rapih. Beberapa adalah buku dari pengarang favoritnya. Dia hendak meraih satu buku tapi Akeno malah menarik tangannya pergi.
"Bukan ini tujuanku mengajakmu kesini."
Gresia berdecak kesal, tapi dia tetap saja mengikuti langkah Akeno. Akeno menggeser salah satu rak buku kesamping memperlihatkan ruang luas di sebaliknya.
"Ruang apa ini?" Tanya Gresia takjub. Ruangan yang cukup luas dan sepertinya kedap suara.
"Ruang rahasia." ujar Akeno sembari membuka lemari pendingin di sudut ruangan. Mengambil dua kaleng minuman beralkohol rendah lalu meletakkanya di atas meja. Lalu menempatkan tubuhnya di atas sopa berwarna merah berbahan beludru. Gresia ikut duduk disampingnya.
Akeno membuka satu kaleng, lalu meminumnya perlahan. "Beri aku satu" pinta Jelita sembari mengulurkan tangannya pada Akeno.
"Ada air mineral di sana ambillah. Ini mengandung alkohol kau tidak boleh minum ini."
"Nanti aja deh." Sembari menatap lurus depan. Dia malas bangkit dan tidak sedang haus juga.
Saat melihat kedepan sofa Gresia baru melihat layar monitor berukuran lumayan lebar. "Kau mengajakku nonton?" tanya Gresia bersemangat.
Akeno menatap istrinya sembari mendesah ringan. "Gresia tidak bisakah kau sopan sedikit memanggil suamimu, aku lebih tua sepuluh tahun dari mu." protes Akeno yang selalu kesal saat Gresia menyebutnya kau seakan mereka sebaya.
"Kalau mau protes dari awal. Aku sudah terbiasa dan akan canggung kalau merubahnya lagi." sahut Gresia acuh.
Cih! canggung! desis Akeno tersenyum miring.
Akeno memilih flim bergenre action untuk mereka tonton. Akeno duduk bersandar di sandaran sofa, kemudia menarik tubuh Gresia dan menempatkan tepat didepannya lalu memeluk tubuh hangat itu dari belakang.
"Biarkan aku duduk sendiri," protes Gresia, dia tak nyaman dengan posisi ini. Hangatnya tubuh Akeno membuat jantungnya tak karuan.
"Diam dan nikmati saja." ujar Akeno dengan suara berat dan dalam. Gresia menyerah memilih menikmati adegan di layar lebar dengan tenang.
Beberapa adegan kekerasan pada awal film membuat Gresia menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangan Akeno yang sengaja dia tarik paksa untuk menutupi wajahnya.
Walau film ini bergenre action tetap saja terselip adegan dewasa. Gresia menggengam erat jemari Akeno tanpa sadar saat adegan panas terpampang nyata di depan layar. Jahatnya bukanya memejamkan mata Gresia justru menikmati setiap adegan dengan dada berdebar bak deburan ombak di tepi pantai. Tiba-tiba dia ingin disentuh oleh Akeno.
"Kau benar-benar mesum!" umpat Akeno saat melihat istri kecilnya menatap adegan panas dilayar tak berkedip. Dalam bayangannya tadi istrinya akan menutup mata dengan malu-malu. Tapi apa? Dia malah menikmati dan terlihat mulai bergairah.
Gresia menoleh menatap Akeno dengan sorot mata sayu dia tidak bisa marah oleh ucapan Akeno yang dianggapnya benar. Matanya bahkan menatap Akeno penuh gairah.
Gemas Akeno dengan mimik Gresia dia menangkupkan tangannya kewajah Gresia, me ***** bibir merah yang terasa dingin dan sangat lembut itu penuh gairah. Bukannya menghindar Gresia malah mengalungkan lengannya pada leher Akeno, membalas lu matan Akeno dengan penuh gairah.
'****!' umpat Akeno dalam hati saat Gresia membalas ciuman panasnya dengan sangat berani. Gema rintihan adegan panas di film yang mereka tonton membuat Gairah keduanya terpacu bak anak panah lepas dari busurnya.
Kancing piyama Gresia sudah terbuka sebagian memperlihatkan bahu seputih salju miliknya. Akeno menyentuhnya pelan terasa begitu lembut dan halus. Akeno menyibak rambut panjang gresia kesamping membuat punggungnya yang mulus terekspose sempurna.
Gresia melenguh pelan saat Akeno me.benamkan wajahnya pada ceruk leher nya lalu turun kebahu.Rasa geli dan nikmat menjalari sekujur tubuhnya. Gresia menggelinjang halus merasakan sensasi bibir Akeno yang basah dan lembut menyesapi kulit punggungnya sementara jemari kokohnya menyusup kebalik penutup dadanya, meremas lembut benda kenyal yang sudah tegak menantang.
Gresia sudah terbang melayang di udara dengan sejuta rasa yang tak bisa dilukis hanya dengan kata. Tapi tiba-tiba Akeno menghentikan sentuhannya karena ponselnya berdering nyaring.
Menelponnya di jam segini pastilah sangat penting. Akeno beranjak bangkit membawa ponselnya menjauh dari Gresia lalu menerima panghilan yang masuk.
Sementara Gresia memejamkan matanya erat sembari mendesah berat. Masih rerasa sentuhan lembut Akeno yang membuatnya hilang kendali. Dia bertekat membatasi perasaannya tapi begitu ingin disentuh olehnya. Dia merasa sudah menjadi gila oleh Akeno.
To be continuous