NovelToon NovelToon
Jodoh Ku Sepupuku

Jodoh Ku Sepupuku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ann,,,,,,

Menikah dengan seseorang yang tumbuh bersama kita sejak kecil—yang rasanya sudah seperti saudara kandung sendiri—namun harus terpaksa menikah dengannya. Itulah yang kualami.

Namaku Alif Afnan Alfaris, seorang arsitek.
Sedangkan dia, Anna Maida, adalah adik sepupuku sendiri. Sepupu, kata ayahku, sudah sah untuk dinikahi—alasannya demi mendekatkan kembali hubungan darah keluarga. Namun sungguh, tak pernah sedikit pun terlintas di benakku untuk menikah dengannya.

Hubungan kami lebih mirip Tom and Jerry versi nyata. Setiap bertemu, pasti ribut—hal-hal kecil saja sebenarnya. Dia selalu menolak memanggilku Abang, tidak seperti sepupu-sepupu yang lain. Alasannya sederhana: usia kami hanya terpaut satu hari.

Anna adalah gadis cerdas yang menyukai hidup sederhana, meski ayahnya meninggalkan warisan yang cukup banyak untuknya. Ia keras kepala, setia, penyayang… dan menurutku, terlalu bodoh. Bayangkan saja, ia mau dijodohkan dengan pria yang sama sekali tidak ia kenal, di usia yang masih sanga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ann,,,,,,, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kembalikan Anna ku

Setelah cukup lama terdiam, aku tak tahan lagi. Suasana seperti ini sungguh tidak enak. Terlalu sunyi. Terlalu berat.

Aku harus mencairkannya.

Aku bangkit, berjalan ke dapur, lalu mengambil kotak anggur yang sejak tadi sengaja kutaruh di sana. Tanpa aba-aba, kulemparkan satu butir ke arah wajah Anna.

“Alif!” geramnya kesal. Ia melotot tajam ke arahku.

Aku menyeringai. “Gue nggak budek, Anna. Lagian, lu sih. Sepupu baru datang malah dicuekin. Dasar sepupu nggak berperasaan.”

Anna mendengus. “Oh, jadi lo datang cuma buat ngatain gue?” katanya ketus. “Pulang sana! Lagian lo datang nggak diundang juga.”

Aku terkekeh. Ucapannya jelas tak menyinggungku sedikit pun. Kami sudah terlalu terbiasa dengan cara bicara seperti ini.

“Lo jahat banget sih,” ucapku sambil memegangi dada, berpura-pura paling tersakiti. “Gini-gini gue abang lo, tahu.”

Anna memutar mata. “Basi. Mual gue, Lif, lihat muka tengil kamu itu.”

Ia menyandarkan punggung ke sofa, menatapku tajam. “Ngomong-ngomong, kok lu datang ke sini? Emangnya lo libur? Kenapa nggak nemuin Ayah Bunda aja? Kenapa ke mari?”

Ia berhenti sejenak, lalu menyeringai tipis.

“Kirain lo bakal pulang ke Batam, menikmati status anak bos batu bara.”

Aku tertawa kecil.

Nah… ini baru Anna yang kukenal.

Aku menyandarkan tubuh ke sofa, menatapnya sambil menyeringai tipis.

“Gimana kalau kita pulang bareng?” ucapku santai. “Lagian lo juga udah lama, kan, nggak pulang. Putri kesayangannya keluarga.”

Anna mendengus kecil, tapi tak membantah.

Di keluarga besar kami, Anna memang satu-satunya anak perempuan di generasi kami. Aku tujuh bersaudara—semuanya laki-laki. Sedangkan Anna adalah anak tunggal dari pamanku. Sejak kecil, dia sudah seperti harta karun yang dijaga ramai-ramai.

“Ayah sama Bunda pasti kangen,” lanjutku. “Mereka nggak pernah bilang, tapi gue tahu.”

Aku menatapnya lebih serius kali ini.

“Dan gue juga.”

“Eh, ini buat kamu,” ucapku sambil menyodorkan sepiring anggur ke arahnya. “Jangan lupa dihabisin.”

Sekejap, wajah Anna langsung berubah kesal. Tangannya terangkat, hampir saja melempar piring itu ke arahku. Namun aku lebih dulu mengangkat kedua tangan, pura-pura menyerah.

“Oke, oke… bercanda,” kataku cepat.

Aku terkekeh, lalu menatapnya lebih serius. Rasa penasaran yang sejak tadi kutahan akhirnya keluar juga.

“An… Bang Rian ke mana?” tanyaku.

Anna terdiam. Tatapannya tertuju padaku cukup lama, terlalu lama untuk sekadar menjawab pertanyaan biasa. Lalu perlahan, ia menggeleng.

“Dia lagi sibuk, Lif,” jawabnya santai. “Biasalah, laki-laki.”

Nada suaranya terdengar ringan, nyaris tak berbekas. Tapi matanya berkata lain.

Dan di sanalah aku tahu—jawaban itu tidak sepenuhnya jujur.

“Loh, gimana sih, Dek,” ujarku sengaja mengoda. “Masa suami sibuk lo biarin gitu aja? Gimana kalau kecantol?”

Aku menunggu reaksi—biasanya Anna akan langsung meledak. Tapi kali ini, ekspresinya terlalu datar. Terlalu tenang. Dan entah kenapa, itu justru bikin tengkukku merinding.

“Alif,” ucapnya dingin, nyaris tanpa intonasi. “Lo mau gue usir, hm?”

Nada suaranya… bukan bercanda. Hampir seperti balok es.

Aku langsung mengangkat tangan setengah, terkekeh canggung. “Ya elah, An. Santai. Calm. Tarik napas, keluarkan—”

Belum sempat kalimatku selesai, sebutir anggur melayang dan tepat menghantam jidatku.

“Duh!” seruku refleks.

Anna berdiri, menatapku tajam. “Kebanyakan bacot,” katanya singkat.

Aku mengusap jidat sambil menyeringai kecil.

Nah… ini Anna yang kukenal.

Tapi entah kenapa, di balik lemparan anggur itu, aku tetap bisa merasakan sesuatu yang tak biasa—amarah yang bukan sekadar bercanda.

Aku mengusap jidatku sambil pura-pura meringis. “Wah, ganas banget. Untung gue masih sayang kepala gue.”

Aku meliriknya sambil menyeringai lebar. “Tapi serius deh, An. Lo tahu nggak? Sejak kecil lempar-lemparan anggur ke gue itu udah jadi bukti cinta lo.”

Anna mendengus. “Mimpi.”

“Bukan mimpi,” sahutku cepat. “Fakta sejarah keluarga. Kalau lo nggak peduli, dari dulu udah gue jadiin patung.”

Aku bangkit sedikit, mendekat, tapi masih jaga jarak. “Lagipula,” lanjutku santai, “kalau gue beneran pergi, siapa yang bakal bikin lo kesel tiap hari?”

Ia melirikku sekilas. “Damai hidup gue.”

Aku tertawa kecil. “Bohong. Hidup lo bakal sepi.”

Aku menatapnya lebih dalam, nada suaraku sedikit turun. “Dan gue nggak suka lihat lo sepi, An.”

Untuk sesaat, ia terdiam.

Kenapa tiba-tiba suasananya begini, ya…

1
Dew666
🍭🔥
Ann: terimakasih banyak 🙏🙏🙏
total 1 replies
DEWI MULYANI
cerita sebagus ini kok gak ada yg baca sih
semangat thor
Ann: terimakasih 🙏🙏🙏
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!