Tamparan, pukulan, serta hinaan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Anita, namun tak sedikitpun ia mengeluh atas perlakuan sang suami.
Dituduh menggugurkan anak sendiri, membuat Arsenio gelap mata terhadap istrinya. Perlahan dia berubah sikap, siksaan demi siksaan Arsen lakukan demi membalas rasa sakit di hatinya.
Anita menerima dengan lapang dada, menganggap penyiksaan itu adalah sebuah bentuk cinta sang suami kepadanya.
Hingga akhirnya Anita mengetahui pengkhianatan Arsenio yang membuatnya memilih diam dan tak lagi mempedulikan sang suami.
Follow Instragramm : @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Air Mataku, Kesenangan Mu
Plakkk!
Plakkk!
Dengan sangat ringan tangan Arsen menampar wajah Anita dikedua sisinya, membuat ruam kemerahan tergambar jelas di pipi mulus wanita itu.
Anita menggeram sebab tak mampu berteriak, berusaha menahan sakit yang menjalar di area muka yang masih tertanam bekas siksaan kemarin, tapi sudah ia dapatkan pula luka yang baru.
"Rasakan ini"
Plakkk!
"Masih kurang? Rasakan sampai kau puas!"
Plakkk!
Plakkk!
"Emmm..... Pihhhh...." Mendesis kesakitan yang luar biasa, Anita memejamkan mata ketika tangan Arsen menempel di pipinya, menimbulkan bunyi nyaring akibat tepukan yang amat keras.
Arsen melepas cekikan tangannya dari leher Anita, membuat korban terbatuk-batuk akibat udara yang masuk secara serentak.
"Uhuk...! Uhuk....!"
Baru saja Anita bisa bernafas, Arsen sudah kembali menariknya, memposisikan Anita supaya berjongkok di hadapannya.
"Ini kan yang kau mau?? Menikmati milikku? Aku ku berikan sampai kau puas!"
Arsen melepas celananya, masih dengan menarik rambut belakang Anita.
"Jangan pihhh!" Cegah perempuan tersebut.
Ia tidak ingin Arsen melakukan hubungan se k su al dengan cara kasar, ini yang paling menyiksa bagi Anita, melebihi tamparan dan pukulan yang biasa diberikan oleh Arsen.
"Diam!!! Jangan pura-pura lugu mendapat sentuhan dariku, kau hanya membuatku semakin muak melihatmu!" Hina Arsen.
Dan begitu mulut Anita terasa penuh, disitulah air matanya lolos setelah sekian lama tak ia tampakkan.
"Berhenti menangis! Aku bilang berhenti...!!"
Anita sekuat tenaga menahan cairan yang terus membasahi di kedua pipinya, ditambah tindakan Arsen yang sangat menghinanya ini tak kuasa Anita anggap seperti kekerasan biasa.
Bukan sampai disitu saja, Arsen terus melanjutkan penyiksaan tersebut sampai ke bagian inti sang istri.
Alih-alih mendapatkan kenikmatan, Anita bahkan tak bisa merasakan sensasi dari setiap sentuhan Arsen, wajar saja ia bukanlah seorang yang mengidap penyakit masokis.
Sampai titik puncak yang dialami Arsen tercapai, barulah ia melepaskan Anita, membiarkan wanitanya terbaring lemas tak berdaya, sedangkan ia berlalu guna membersihkan diri tanpa ada kata romantis yang terucap seusai pergulatan panas berakhir.
Lagi dan lagi Anita hanya bisa memendam tangisan pilu yang tak didengar, memendam luka di setiap liku yang ia dapatkan dari kesengajaan orang-orang.
"Aku harap bisa segera hamil agar kamu tak semena-mena lagi padaku, Pih... Hikss!"
Sudah hampir setahun Anita belum diberi lagi kepercayaan untuk mengandung seorang anak, setelah kandungan pertamanya gugur, kini ia sulit untuk hamil anak kedua. Padahal Arsen tak pernah menyuruhnya menunda kehamilan, Arsen selalu menyentuhnya meski hubungan diantara mereka kian berjarak.
Tapi Anita harus menelan ludah setiap kali melakukan testpack, garis satu itu selalu muncul di depan matanya, darah segar selalu datang di setiap bulan, menandakan jika belum ada makhluk yang mengisi dinding rahim Anita.
Setelah sama-sama membersihkan diri, keduanya langsung berbaring diatas kasur yang sama. Arsen lebih dulu terbang ke alam mimpi sehabis memenuhi kebutuhan biologisnya.
Berbeda dengan Anita, yang masih terjaga sambil menatap punggung sang suami, tidur silih berjauh-jauhan, membuat Anita rindu akan pelukan hangat Arsen disetiap malamnya.
Tidur di atas lengan pria itu sembari menggambar sesuatu di dada bidang Arsen dengan jari telunjuknya.
Kapan bisa seperti dulu lagi?
Anita rindu.
Rindu lelakinya yang dulu, yang selalu memberikan ciuman lembut di pucuk kepala, tak lupa kalimat romansa yang membuat Anita jatuh cinta setiap harinya.
Mungkinkah bisa terlaksana?
***
"Hari ini papih pulang jam berapa?" Seru Anita pada Arsen yang sedang mengikat dasi.
"Tidak tau" ketus Arsen.
"Papih mau aku masakan apa saat pulang? Setelah pulang kerja aku mau mampir ke supermarket, aku masakan steak bagaimana?"
"Ck, bisa tidak sih kamu berhenti berbicara?!! Kamu tidak lihat aku sedang fokus memakai dasi? Mulutmu itu sudah seperti penjual di pasar saja tau!" Sentak Arsen geram.
Seketika Anita tak berani bersuara, padahal ia cuma ingin bertanya hal yang ringan saja. Tapi kenapa harus ditanggapi dengan urat segala?
"M-maaf Pih..." Lirihnya.
Anita memutuskan ikut bersiap, karena ia juga wanita karir yang mempunyai usaha kecil-kecilan, maka dari itu Anita pergi bekerja dari pagi sampai pukul dua siang, sebelum Arsen pulang ke rumah.
Mereka berangkat menggunakan mobil masing-masing, sebelum keduanya masuk ke dalam kendaraan, Anita terlebih dahulu mencium pipi suaminya sekilas.
"Hati-hati, Pih. Jangan kebut-kebutan di jalan, kabari kalau sudah sampai ya" ujar Anita walau ia tau permintaannya tak akan pernah Arsen turuti.
Arsen tak protes dengan kecupan sang istri, ia hanya memasang raut dingin seperti biasa, meski dirinya bersikap jahat sekalipun Anita akan tetap berlaku baik padanya.
Tanpa membalas sang istri, Arsen lebih dulu naik ke dalam kendaraan beroda empat miliknya. Saat Arsen mengeluarkan mobil dari halaman rumah pun Anita masih tetap berdiri menunggunya, Arsen melirik kembali pada perempuan itu, Anita melambaikan tangan dengan senyum manis yang selalu terpancar.
Arsen segera memalingkan muka, ia mulai melajukan kendaraan dan pergi menuju perusahaan miliknya.
Setelah memastikan Arsen berangkat, barulah Anita masuk ke dalam mobil. Rumah produksi adalah tujuan Anita, bisnis kecantikan yang telah Anita tempuh dari jaman kuliah masih terus berlangsung hingga saat ini.
Ditempat itulah Anita melepas semua beban pikiran, disibukkan dengan hal-hal positif membuat Anita lupa akan masalah rumah tangganya, ditemani kerumunan orang-orang baik yang membuat Anita tertawa lepas membuang semua tanggungan di pundaknya.
Selagi belum diberi momongan, Anita masih bisa aktif mengawasi usahanya sendiri, meningkatkan lagi penjualan sehingga bisa membuka lowongan pekerjaan bagi para pencari kerja.
Anita bangga pada dirinya bisa sampai dititik ini, meski pernikahannya tak semulus bisnis yang ia jalani, tapi setidaknya ada hal yang bisa menjadi semangat hidup Anita.
Lahan yang Anita beli untuk memperluas ruang produksi mulai dibangun hari ini, para tukang mulai sibuk membuat pondasi, mereka saling bergotongroyong dalam pembangunan.
"Pak Erik" panggil Anita.
Yang dipanggil langsung menghampiri, memberi sapaan pada yang telah memberinya pekerjaan.
"Ya Bu?"
"Bahan-bahan yang kemarin dibeli kira-kira cukup untuk hari ini?"
"Saya kira cukup, bu. Paling kita belanja lagi lusa" kata pak Erik selaku mandor sekaligus tukang dalam pembangunan ini.
"Baik kalau begitu, jika ada keperluan lain datang saja ke ruangan saya ya pak. Untuk nanti siang saya minta semuanya istirahat dulu, jangan ada yang menunda makan siang, saya tidak mau kalau ada yang sampai jatuh sakit" tutur Anita, ia memang sangat perhatian sebagai seorang bos. Memanusiakan manusia adalah prinsipnya dalam bekerja.
"Siap, Bu! Akan saya laksanakan"
"Terimakasih pak Erik, kalian bisa lanjut lagi bekerja"
tinggal Takdir yg menentukan..
dan bagaimana respon dr yg menjalani setiap takdir nya tsb 👍