Setelah dikhianti oleh pria yang dicintainya, Vani tidak ingin lagi jatuh cinta, tetapi takdir justru mempertemukan Vani dengan Arjuna.
Seorang CEO yang dikenal dengan rumor sebagai pria gay.
Karena suatu alasan, Vani setuju saat Juna melamarnya, karena berpikir Juna seoarang gay dan tidak mungkin menyentuhnya. Namun siapa sangka jika rumor tentang gay itu salah. Juna adalah sosok suami yang begitu memuja Vani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semoga Bahagia dengan Pilihanmu
Suara tangisan memenuhi kediaman Angga.
Terlihat seorang wanita cantik terisak menangis bersimpuh memeluk kaki ayahnya yang juga tak dapat menahan tangis dan amarah yang telah memenuhi hatinya.
Seorang pria dan wanita muda lainnya, yang merupakan saudara Vani juga berada disana. Mereka hanya bisa terdiam menatap drama kehidupan yang ada dihadapan mereka saat ini, tentunya dengan air mata yang juga menetes membasahi wajah mereka.
"Pa.... Tolong maafkan aku. Aku sangat mencintai kalian, tetapi aku juga sangat mencintai Johan," ucap Vani disela isak tangisnya.
"Pergilah! Jangan menyebutku Papa lagi. Aku bukan Papamu!" bentak Angga berusaha melepaskan kakinya dari pelukan Vani.
Mendengar itu, Vani semakin erat memeluk kaki Angga–ayahnya. "Tidak, Pa. Tolong jangan berkata seperti itu. Aku putri Papa. Aku tidak bisa hidup tanpa kalian."
"Jika kamu menganggapku sebagai papamu. Maka tinggalkan pria itu. Dia tidak pantas menjadi pendampingmu, mereka orang-orang yang licik, tolong mengertilah, Vani. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu," ucap Angga kembali berharap putrinya dapat merubah keputusannya yang ingin menikah dengan Johan, putra dari mantan adik iparnya yang telah membuat adik kandung Angga meninggal bunuh diri karena depresi.
"Kesalahan orang tua Johan bukan bearti kesalahan, Johan, Pa. Tolong restui hubungan kami, aku mohon. Aku tidak bisa hidup tanpa Johan."
Kecewa. Itu lagi-lagi yang orang tua Vani rasakan saat putrinya menentang ucapan mereka.
"Jika kamu menyayangi kami, maka jangan kembali ke Jakarta. Tinggal di sini bersama kami dan akhiri hubungan kalian! Namun jika kamu tidak bisa melakukannya, maka pergilah! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi." Angga menelan kepedihan dihatinya dan dengan kasar mengentakan kakinya, hingga terlepas dari pelukan Vani, setelah itu pergi meninggalkan Vani yang masih terisak menangis.
"Papa, maafkan aku!" Pekik Vani dengan suara serak menatap punggung ayahnya yang semakin menjauh
"Ma, apa mama juga akan membuangku?" tanya Vani merangkak menghampiri mamanya yang masih menangis sesengukan duduk sofa.
"Ma, tolong bicaralah. Ma... Maaf!" ucap Vani lagi berlutut di kaki Ani–Mamanya.
"Kenapa Van? Kenapa kamu lakukan semua ini?" tangis sang Ibu semakin pecah antara sedih, marah, kecewa dan iba menjadi satu pada putri yang sangat disayanginya tersebut.
"Jika kamu menganggap kami keluargamu. Harusnya kamu tidak melakukan ini. Kamu sendiri tahu betul cerita tentang bibimu yang telah disakiti oleh kedua orang tua Johan hingga memilih bunuh diri, kenapa kamu tidak bisa merasakan sakit yang kami rasakan, Van? Kenapa kamu justru diam-diam menjalin hubungan dengan putra mereka, bahkan lebih parahnya kalian telah tiga tahun berpacaran. Apa kamu ingin kami juga tiada karena mereka?"
Vani hanya bisa menangis dan terus menangis menerima luapan kekecewaan dari keluarganya. Ingin menyangkal namun semua benar adanya. Vani benar-benar sudah melakukan sesuatu yang membuat keluarganya kecewa.
"Pergilah! Hiduplah bersamanya jika benar kamu tidak bisa hidup tanpanya." Usir Ani bangkit berdiri dan ingin pergi menyusul suaminya, tetapi dengan cepat Vani melingkarkan tangannya. Memeluk kaki sang Ibu persis seperti yang sebelumnya ia lakukan pada ayahnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak, Ma. Tidak. Aku melakukan semua ini karena aku sangat mencintai Johan. Aku ngin menikah dan hidup bersamanya. Tolong maafkan aku Ma. Aku hanya ingin restu dari kalian, tolong restui hubungan kami. Aku bisa pastikan jika Johan pria yang baik, dia berbeda dari orang tuanya, Ma," ucap Vani mempererat pelukannya di kaki Ani.
"Cinta telah membuatmu, buta. Jangan sampai kamu menyesali semuanya, nak. Pergilah jika dia kebahagiaan untukmu, Mama selalu mendoakan yang terbaik untukmu, pergilah!"
Kesedihan dan rasa bimbang semakin dirasakan Vani. Angga yang ternyata masih menguping pembicaraan mereka berharap Vani memilih mereka, menjadi murka saat Vani begitu berat untuk meninggalkan Johan. Angga kembali menghampiri mereka dan mendorong Vani menjauh dari istrinya.
"Pergi dari rumah ini sekarang juga! Jangan dekati keluargaku jika kamu lebih memilih bajingan itu!" bentak Angga murka.
Besarnya rasa kecewa yang dirasakan Angga, membuatnya menyeret paksa tubuh putri yang selama ini tidak sedikitpun dibiarkannya terluka itu. Menyeret tubuh putrinya untuk keluar dari kediaman Angga.
Semua pelayan yang melihat hanya bisa terdiam menatap iba pada putri majikan nya tersebut. Ingin menolong tapi itu diluar kuasa mereka. Mereka juga tidak menyangka jika sosok Vani yang juga sangat mereka sayangi dapat menyakiti keluarganya sendiri.
"Pa... Ampuni Aku. Tolong maafkan aku..." Pinta Vani tidak merasakan sakit sedikitpun atas tubuhnya yang terseret dilantai tersebut.
Setiap orang tua pasti akan merasa kecewa saat anak yang mereka sayangi sepenuh hati. Membuat kekecewaan yang begitu besar seperti yang saat ini dilakukan oleh Vani. Meskipun rasa sayang itu tidak mungkin menghilang dari hati mereka, namun tetap saja rasa kecewa yang besar bisa membuat mereka melakukan hal-hal yang terlihat kejam seperti saat ini. Ketahuilah disetiap ucapan dan tindakan kasar tersebut, hati orang tua pun juga sangat terluka bahkan sangat-sangat terluka hingga tak ada kata yang bisa mengungkapkan betapa hancur dan terlukanya hati dan perasaan mereka.
"Pergilah, Hiduplah dengan pilihanmu tersebut. Jangan pernah menampakan wajahmu lagi dihadapan kami, jika nama belakangmu berubah menjadi nama keluarga pembunuh itu. Pergilah, Van! Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu," ucap Angga mendorong tubuh Vani lalu menutup pintu rumah dengan sangat kencang.