NovelToon NovelToon
Anak Untuk CEO Mandul

Anak Untuk CEO Mandul

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nyonya_Doremi

"Tubuhmu milikku. Waktumu milikku. Tapi ingat satu aturan mutlak, jangan pernah berharap aku menanam benih di rahimmu."

Bagi dunia, Ryu Dirgantara adalah definisi kesempurnaan. CEO muda yang dingin, tangan besi di dunia bisnis, dan memiliki kekayaan yang tak habis tujuh turunan. Namun, di balik setelan Armani dan tatapan arogannya, ia menyimpan rahasia yang menghancurkan egonya sebagai laki-laki, Ia divonis tidak bisa memberikan keturunan.

Lelah dengan tuntutan keluarga soal ahli waris, ia menutup hati dan memilih jalan pintas. Ia tidak butuh istri. Ia butuh pelarian.

Sedangkan Naomi Darmawan tidak pernah bermimpi menjual kebebasannya. Namun, jeratan hutang peninggalan sang ayah memaksanya menandatangani kontrak itu. Menjadi Sugar Baby bagi bos besar yang tak tersentuh. Tugasnya sederhana, yaitu menjadi boneka cantik yang siap sedia kapan pun sang Tuan membutuhkan kehangatan. Tanpa ikatan, tanpa perasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Pagi hari di Penthouse B terasa sama dinginnya dengan malam sebelumnya, meskipun matahari sudah naik tinggi, membanjiri ruang tamu dengan cahaya emas yang memantul dari lantai marmer. Naomi terbangun di tengah ranjang king size yang terasa terlalu besar untuknya. Kepalanya sakit. Tubuhnya sakit. Dan jiwanya, jiwanya terasa seperti serpihan kaca yang baru saja diinjak-injak.

Ia membalikkan badan, dan matanya langsung tertuju pada noda merah tua yang masih ada di atas sprei putih bersih. Itu adalah pusat gravitasi di ruangan itu, sebuah lubang hitam yang menarik setiap pandangan, setiap penyesalan, dan setiap realitas. Noda itu terasa panas, meskipun udara di penthouse itu sejuk. Ia menjulurkan tangan, menyentuh kain itu, dan menariknya seolah itu bisa membersihkan kekosongan di hatinya.

Ryu Dirgantara sudah pergi. Pria itu pergi persis seperti yang ia katakan, meninggalkan jejak kekuasaan dan ketiadaan.

Naomi memaksa dirinya bangkit, meskipun otot-ototnya terasa protes. Ia mengenakan jubah mandi yang ia temukan tergantung di belakang pintu. Rasanya lembut dan mahal, sebuah ironi yang menyakitkan, kelembutan material yang kontras dengan kekejaman takdirnya. Ia berjalan menuju dapur, mencari sesuatu yang bisa membuatnya merasa normal, tetapi ia hanya menemukan mesin kopi canggih yang ia tidak tahu cara mengoperasikannya, dan buah-buahan eksotis yang terlalu indah untuk disentuh.

Ketidakmampuannya untuk melakukan tugas sederhana membuat sarapan, menekankan betapa jauhnya ia dari kehidupan lamanya. Ia bukan lagi Naomi yang bisa memasak nasi dengan kompor minyak di kontrakan sempit. Ia adalah penghuni sangkar emas, seorang tahanan yang diberi fasilitas bintang lima.

Saat ia duduk di bangku tinggi island kitchen yang dingin, ponselnya berdering. Itu adalah nomor tak dikenal.

Ia ragu sejenak sebelum menjawab. “Halo?”

“Nona Naomi, ini Sekretaris Han.” Suara Han selalu terdengar efisien, sebuah autopilot yang sempurna. “Tuan Ryu meminta saya memastikan Anda sudah bangun dan sarapan. Saya akan mengantar koki ke sana jika Anda mau.”

Naomi menarik napas. Bahkan sarapannya pun berada di bawah kendali Ryu. “Tidak perlu, Sekretaris Han. Saya akan mencari tahu sendiri. Terima kasih.”

“Baik, Nona. Ada beberapa instruksi. Pertama, saya akan mengirimkan tim housekeeping untuk membersihkan apartemen. Mengenai sprei di kamar utama....” Han jeda sesaat, dan Naomi tahu Han pasti sudah menerima laporan tentang tanda itu.

“Mereka akan menggantinya dengan yang baru. Apakah Anda ingin tetap di kamar saat mereka datang?”

Naomi merasakan wajahnya memanas. Bahkan detail paling pribadi pun harus diurus oleh para bawahan Ryu. “Saya... Saya akan menunggu di ruang tamu.”

“Instruksi kedua. Pukul sepuluh pagi, tim penata rias dan penata busana akan tiba. Tuan Ryu memiliki acara malam ini dan Anda harus menemaninya. Semua pakaian sudah disiapkan.”

Naomi mencengkeram ponselnya. “Menemaninya? Di mana?”

“Acara amal yang diadakan oleh Grup Sanjaya. Ini adalah acara sosial penting, Nona. Tuan Ryu ingin memperkenalkan Anda, secara tidak resmi, sebagai pendamping barunya. Berperilakulah layaknya seseorang yang setara dengannya. Tidak ada sikap menunduk atau takut.”

“Tapi saya tidak tahu apa-apa tentang acara amal,” bisik Naomi. Kepanikan mulai merayap. Ia merasa seperti domba yang dilemparkan ke arena singa.

“Anda tidak perlu tahu apa-apa, Nona. Anda hanya perlu berdiri di samping Tuan Ryu, tersenyum, dan terlihat cantik. Fokus utama Anda adalah kepatuhan visual. Ingat, itu adalah tugas Anda sekarang,” Han mengulang kalimat Ryu, sebuah penekanan yang menusuk.

“Baiklah,” jawab Naomi, suaranya nyaris hilang.

Setelah Han menutup telepon, Naomi menatap pantulan dirinya di jendela besar. Ia melihat seorang gadis yang dibungkus sutra mahal, tetapi matanya kosong. Ia harus menjadi Naomi yang baru hari ini. Naomi yang tidak takut, Naomi yang setara, Naomi yang cantik. Semua itu hanyalah topeng.

Ia kembali ke kamar tidur, ke tempat noda itu berada. Sebelum tim housekeeping datang, ia harus melakukan sesuatu. Dengan tangan gemetar, ia menarik sprei itu dari ranjang. Ia melipatnya, hati-hati agar noda itu tersembunyi.

Ia berjalan ke kamar mandi, mengambil gunting kecil, dan memotong bagian sprei yang bernoda itu. Sepotong kecil kain putih dengan noda merah tua di tengahnya.

Mengapa ia melakukan ini? Ia sendiri tidak tahu. Mungkin itu adalah trofi keputusasaan. Mungkin itu adalah bukti bahwa ia telah membayar harganya.

Ia menyembunyikan potongan kain itu jauh di dalam tas tangan kecilnya yang kosong, sebuah pengingat fisik yang ia bawa ke mana pun. Ketika tim housekeeping datang, sprei itu telah menghilang dari tempat tidur, diganti dengan yang baru, yang menjanjikan kesucian baru yang akan dikotori lagi.

Di Dirgantara Tower.

Ryu Dirgantara duduk di kantornya yang terletak di lantai 60, di balik meja kayu yang sangat mahal. Ia seharusnya fokus pada laporan merger yang ada di hadapannya, tetapi pikirannya terus kembali ke Penthouse B. Lebih tepatnya, kembali pada noda darah di sprei.

Ia membenci dirinya karena memikirkannya. Ryu adalah seorang pria yang terbiasa dengan akurasi dan kesempurnaan. Noda itu adalah ketidaksempurnaan. Itu adalah detail yang tidak perlu, sebuah pengingat emosional yang seharusnya tidak ada dalam transaksi bisnis.

Han masuk, membawa secangkir kopi hitam tanpa gula.

“Tuan, saya sudah mengonfirmasi jadwal Naomi. Stylist akan tiba pukul sepuluh.”

“Bagus,” kata Ryu, tanpa mengalihkan pandangan dari laporan.

“Tuan, boleh saya bertanya?” Han memberanikan diri.

“Tanyakan.”

“Mengapa Anda memilih untuk membawanya ke acara Sanjaya malam ini? Bukankah itu terlalu cepat? Bukankah itu akan menarik perhatian yang tidak perlu?”

Ryu akhirnya mendongak, matanya tajam dan dingin. “Aku membeli Naomi untuk dua tujuan, Han. Tujuan pertama sudah kita capai. Tujuan kedua adalah sebagai tameng.”

Han mengerutkan kening.

“Aku sudah muak dengan perjodohan yang diatur oleh ibuku. Aku sudah muak dengan wanita-wanita yang berencana memasuki hidupku untuk status. Naomi adalah solusi sempurna. Dia tidak memiliki koneksi, tidak memiliki ambisi selain ibunya, dan yang terpenting,” Ryu menyandarkan punggungnya di kursi, senyum tipis yang penuh ancaman muncul di bibirnya. “Dia terikat kontrak padaku. Dia adalah kepemilikan. Tidak ada wanita sosialita lain yang bisa mengklaim posisi di sampingku jika aku sudah memiliki barang yang terikat secara hukum.”

“Tapi, Tuan, memperkenalkan dia di acara Sanjaya... Itu akan membuat semua orang tahu bahwa dia adalah orang yang Anda beli.”

“Tepat sekali,” Ryu tertawa kecil. “Aku ingin mereka tahu. Aku ingin mereka melihat bahwa aku, Ryu Dirgantara, tidak perlu bersembunyi. Aku tidak sedang mencari cinta, aku sedang menunjukkan kekuasaan. Wanita yang dibeli jauh lebih aman dan patuh daripada wanita yang berpura-pura mencintaiku.”

Namun, ada satu hal yang tidak ia katakan kepada Han.

Noda darah itu.

Sejak semalam, ia merasa ada sesuatu yang bergeser di dalam dirinya. Memang, penyesalan itu singkat, tetapi efek sampingnya persisten. Keperawanan Naomi memberinya perasaan kemenangan yang brutal, namun juga membebani. Itu adalah bukti bahwa ia telah mengambil sesuatu yang sangat berharga, bukan hanya uangnya. Ini bukan hanya pelarian fisik, ini adalah sebuah kehancuran.

’Aku harus menegaskan kembali bahwa ini hanyalah transaksi,’ pikir Ryu. ’Dengan membawanya ke acara malam ini, aku akan memperlakukannya seperti sebuah aset, sebuah barang pameran. Itu akan mengembalikan batasan yang telah dia kaburkan.’

Ryu menekan tombol interkom. “Panggil sopirku. Aku harus pergi ke rumah sakit.”

“Rumah sakit, Tuan?” Han terkejut.

“Ya. Kamar VIP ibunya Naomi. Aku harus memastikan dia melihat ibunya baik-baik saja, sebelum aku memajangnya malam ini. Aku harus memastikan rantai kepatuhan tetap kuat.”

Sore Hari di Penthouse B.

Tim stylist telah mengubah Naomi secara drastis. Gaun malam yang ia kenakan berwarna emerald green, dirancang untuk menonjolkan kulit porselennya. Rambutnya disanggul dengan elegan, dan riasannya membuat matanya yang besar terlihat lebih intens, menyembunyikan kelelahan di baliknya.

Ketika ia melihat dirinya di cermin, ia hampir tidak mengenali dirinya sendiri. Naomi yang asli, si gadis lugu yang ketakutan, telah terkubur di bawah lapisan sutra, berlian pinjaman, dan makeup yang sempurna.

Sekretaris Han datang menjelang pukul enam sore, dan kali ini, ia tidak sendiri. Ia ditemani oleh Ryu.

Ryu baru saja kembali dari rumah sakit. Wajahnya terlihat lebih kaku dari biasanya, dan aura dinginnya memenuhi ruangan.

1
Ara putri
Hay kak, jika berkenan saling dukung yuk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!