NovelToon NovelToon
CINCIN TANPA NAMA

CINCIN TANPA NAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / CEO / Selingkuh / Romansa / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Alara Davina terpaksa menikah kontrak dengan Nathan Erlangga, CEO dingin yang menyimpan luka masa lalu. Saat cinta mulai tumbuh di antara mereka, Kiara Anjani—sahabat yang ia percaya—ternyata adalah cinta pertama Nathan yang kembali dengan niat jahat. Pengkhianatan demi pengkhianatan menghancurkan Alara, bahkan membuatnya kehilangan calon buah hati. Dalam pusaran air mata dan kepedihan, bisakah cinta sejati bertahan? Sebuah perjalanan emosional tentang cinta, pengkhianatan, dan penebusan yang akan mengguncang hati setiap pembaca hingga ending bahagia yang ditunggu-tunggu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1: WASIAT YANG MENGUBAH SEGALANYA

Hujan deras mengguyur Jakarta sore itu. Alara Davina duduk terpaku di kursi ruang notaris, tangannya gemetar memegang selembar kertas wasiat. Matanya membaca ulang kalimat yang sama untuk kesekian kali, berharap ada yang berubah. Tidak ada.

"Alara Davina, putri tunggalku, untuk mewarisi seluruh aset Davina Design dan dana perwalian senilai 50 miliar rupiah, harus menikah dengan Nathan Erlangga dalam waktu 30 hari setelah kematianku. Jika tidak, seluruh aset akan dilikuidasi untuk melunasi hutang perusahaan."

"Ini... ini tidak masuk akal," bisik Alara. Suaranya serak, tenggorokannya tercekat.

Notaris tua di hadapannya—Pak Hartono—menatap dengan penuh simpati. Keriput di wajahnya semakin dalam ketika ia menghela napas panjang.

"Ayahmu dan almarhum Tuan Erlangga senior adalah sahabat karib, Nona Alara. Mereka membuat perjanjian bisnis 20 tahun lalu. Ketika perusahaan Davina Design hampir bangkrut tiga tahun lalu, Erlangga Corp memberikan suntikan dana dengan satu syarat..." Pak Hartono berhenti sejenak, "...penyatuan keluarga melalui pernikahan."

Alara tertawa pahit. Pernikahan. Kata yang selama ini ia hindari justru kini menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan warisan ayahnya—satu-satunya hal yang tersisa dari sosok yang ia cintai.

"Nathan Erlangga..." nama itu terasa asing di lidahnya. "Apakah dia tahu soal ini?"

"Sudah. Tuan Muda Nathan menerima surat serupa minggu lalu."

Jantung Alara berdegup kencang. "Dan... responnya?"

Pak Hartono melepas kacamacanya, membersihkan lensa dengan saputangan. Gerak-geriknya lambat, seolah mencari waktu untuk memilih kata yang tepat.

"Beliau menolak."

Dua kata itu menghantam Alara seperti tamparan keras. Tentu saja. Siapa yang mau menikahi orang asing hanya karena wasiat orang tua? Apalagi Nathan Erlangga—CEO termuda yang namanya selalu menghiasi majalah bisnis, pria yang konon memiliki segalanya.

"Lalu... apa yang harus saya lakukan?" Suara Alara hampir tak terdengar.

"Kau punya 30 hari untuk meyakinkannya. Atau..." Pak Hartono menatap tepat ke mata Alara, "...biarkan semuanya pergi. Perusahaan ayahmu, rumah masa kecilmu, semua kenangan itu."

Malam harinya, Apartemen Alara

Alara berdiri di balkon apartemen mungilnya, memeluk diri sendiri. Angin malam menusuk kulitnya, tapi ia tak bergerak. Di tangannya, sebuah foto lama—ia dan ayahnya di depan kantor Davina Design saat grand opening.

"Maafkan Alara, Pah..." lirihnya pada langit malam. "Alara nggak tahu harus bagaimana."

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal:

"Besok, jam 10 pagi. Erlangga Corp, lantai 28. Jangan terlambat. - Nathan Erlangga"

Singkat. Dingin. Tanpa salam.

Alara menatap layar ponselnya. Tangannya bergetar bukan karena dingin, tapi karena takut. Takut ditolak. Takut menatap mata pria yang akan menentukan masa depannya. Takut kehilangan segalanya.

Tapi lebih dari itu, ia takut pada dirinya sendiri—pada kemungkinan bahwa ia harus mengemis pada seseorang yang bahkan tidak mengenalnya.

"Baiklah, Nathan Erlangga," gumamnya sambil menatap gedung tinggi di kejauhan yang lampunya masih menyala terang—Erlangga Corp. "Kita lihat besok."

Malam itu, Alara tidak bisa tidur. Setiap kali memejamkan mata, ia membayangkan berbagai skenario pertemuan besok. Semuanya berakhir buruk dalam imajinasinya.

Keesokan Pagi, Lobby Erlangga Corp

Alara berdiri di depan pintu kaca raksasa gedung Erlangga Corp. Gedung pencakar langit 40 lantai itu menjulang megah, seolah mengintimidasi setiap orang yang melihatnya.

Ia merapikan blazer biru dongkernya untuk kesekian kali. Rok pensil hitam dan heels 5 cm yang ia kenakan membuatnya terlihat profesional, tapi dalam hati, ia merasa seperti gadis kecil yang akan menghadapi monster.

"Nona Alara Davina?" Seorang wanita berseragam rapi menghampiri—asisten Nathan.

"Ya, saya."

"Ikut saya."

Tidak ada senyuman. Tidak ada basa-basi. Alara mengikutinya masuk lift yang meluncur cepat ke lantai 28. Setiap detik terasa seperti hitungan mundur menuju eksekusi.

Ting!

Pintu lift terbuka. Lorong panjang dengan karpet mewah terbentang. Di ujung, sebuah pintu besar dengan papan nama: NATHAN ERLANGGA - CEO

Asisten itu mengetuk pintu tiga kali.

"Masuk."

Suara berat dari dalam. Tegas. Dingin.

Pintu terbuka.

Dan untuk pertama kalinya, Alara Davina bertatapan dengan Nathan Erlangga—pria yang akan mengubah hidupnya selamanya.

1
Nunung Nurasiah
kok lemah banget ya ci alara...
Dri Andri: belum saat nya jadi kuat
makasih dah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!