"Ambil saja suamiku, tapi bukan salahku merebut suamimu!"
Adara yang mengetahui pengkhianatan Galang—suaminya dan Sheila—sahabatnya, memilih diam, membiarkan keduanya seolah-olah aman dalam pengkhianatan itu.
Tapi, Adara bukan diam karena tak mampu. Namun, dia sudah merencanakan balas dendam yang melibatkan, Darren—suami Sheila, saat keduanya bekerjasama untuk membalas pengkhianatan diantara mereka, Darren mulai jatuh dalam pesona Adara, tapi Darren menyadari bahwa Adara tidak datang untuk bermain-main.
"Apa yang bisa aku berikan untuk membantumu?" —Darren
"Berikan saja tubuhmu itu, kepadaku!" —Adara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Satu
Adara yang baru saja dari luar kota ingin membuat kejutan pada suaminya. Dari bandara, wanita itu langsung menuju ke kantor sang suami, Galang.
Tak lupa Adara membawa makan siang. Kebetulan jam masih menunjukkan pukul dua belas siang. Dia yakin jika sang suami belum makan.
Dengan menggunakan taksi dia menuju kantor suaminya. Sebenarnya itu merupakan perusahaan milik keluarga Adara. Namun, wanita itu mempercayakan pada sang suami untuk mengelolanya. Dia percaya jika pria itu tak akan mengkhianati.
Sampai di kantor, dia langsung menuju ke ruang kerja suaminya. Saat menginjak lantai di mana ruang kerja itu berada, semua karyawan memandangnya. Adara merasa sedikit aneh.
Sekretaris Galang lalu menghadang jalan Adara, membuat wanita itu heran. Dia lalu memandangi wajah karyawan itu dengan dahi berkerut dan penuh tanda tanya.
"Kenapa menghalangi langkahku?" tanya Adara.
"Maaf, Bu. Bapak sedang tak bisa di ganggu," ucap sekretaris yang bernama Melli itu.
"Kenapa ...?" Lagi-lagi Adara bertanya. Apa lagi dia melihat wajah sang sekretaris yang agak gugup.
"Ada tamu. Bapak sedang bicara dengan tamu di dalam," jawab Melli dengan gugup.
"Kalau begitu aku tunggu di sini saja. Sebentar lagi jam makan siang. Tak mungkin mereka akan tetap meeting'kan?" tanya Adara.
"Itu ... itu ... saya tak tau, Bu!"
"Kamu ini ... seperti baru jadi sekretaris aja. Mana mungkin jam makan siang meeting dilanjutkan juga. Bisa mati kelaparan dong," ucap Adara.
Adara lalu berjalan mendekati ruangan suaminya. Melli tak bisa lagi mencegah. Wanita itu lalu duduk di depan ruangan Galang. Saat akan membuka gawainya, dia mendengar suara tawa dari dalam. Setelah itu terdengar suara sedikit desa'han.
Merasa mendengar suara aneh, Adara berdiri dan mendekati pintu. Dia menempelkan telinga di pintu tersebut. Jelas sekali suara-suara tak biasa itu.
Adara lalu berjalan mendekati sekretaris suaminya. Melli tampak pucat dan ketakutan. Wanita itu lalu duduk berhadapan.
"Katakan dengan jujur, siapa yang berada di dalam sana? Atau kau mau aku pecat? Kau tau'kan kalau perusahaan ini milikku. Aku yang menentukan siapa saja karyawan yang berhak dipertahankan atau di pecat!" seru Adara.
"Maaf, Bu. Jangan pecat saya!" ujar Melli dengan wajah memohon.
"Tergantung keterangan yang akan kau berikan. Jika itu masuk akal aku tak akan memecat'mu. Justru aku akan menambah gajimu jika kau bisa bekerja sama denganku!"
Melli lalu menarik napas dalam. Dia tampak ragu untuk mengatakan sesuatu. Adara menatap wanita itu dengan sikap intimidasi agar dia merasa tertekan hingga akhirnya mengakui apa yang suaminya lakukan.
"Sepertinya kau lebih memilih di pecat. Baiklah. Aku akan katakan pada bagian personalia," ucap Adara.
"Jangan, Bu. Saya tulang punggung keluarga. Baiklah, akan saya katakan."
Akhirnya Melli mengatakan apa yang selama ini Galang lakukan dibelakang Adara. Wanita itu tampak geram. Selama satu tahun ini ternyata dia telah ditipu. Akan dia balas semua perbuatan suaminya.
Melli mengatakan suaminya mulai berselingkuh sejak satu tahun lalu dengan sahabatnya, Sheila. Adara tak menyangka jika sahabatnya itu tega mengkhianatinya.
Sheila bekerja di perusahaan ini sejak dua tahun lalu atas rekomendasi darinya. Wanita itu diterima. Sheila bukannya kekurangan uang. Suaminya seorang aktor ternama. Dia yang merasa kesepian karena sering ditinggali ingin mencari kesibukan dengan bekerja.
Melli mengatakan jika mereka sering bepergian hingga ke luar kota. Pantas suaminya sering beralasan ada meeting di kota lain. Ternyata dia bersama Sheila.
Adara ingin tahu seberapa banyak uang perusahaan digunakan suaminya untuk kebutuhannya bersama sang gundik.
"Kalau begitu, aku ingin lakukan audit data keuangan. Kamu katakan dengan staf keuangan aku butuh data pengeluaran perusahaan satu tahun ini!" seru Adara.
"Baik, Bu. Akan saya sampaikan dengan kepala bagian keuangan jika Ibu ingin bicara," ucap Melli.
"Jangan sampai suami saya tau," ucap Adara.
"Baik, Bu. Akan saya sampaikan semuanya nanti."
Adara lalu mengatakan pada sekretaris Galang itu jika dia ingin masuk ke ruang kerja sang suami dan mau memergoki sahabat dan suaminya bermesraan.
Adara berjalan menuju ruang kerja suaminya dengan langkah pelan. Dia langsung membuka pintu tanpa mengetuk. Terlihat Sheila sedang berada di pangkuan suaminya.
Melihat kehadiran Adara, keduanya sangat terkejut. Sheila langsung turun dari pangkuan Galang. Berharap tak ada pertanyaan kenapa dia sampai berada dipangkuan pria itu.
"Kenapa kamu bisa berada di ruangan ini, Sheila?" tanya Adara pura-pura bodoh dan tak paham.
"Aku ... aku tadi mengantarkan laporan keuangan, ya laporan," ucap Sheila dengan gugup.
"Sejak kapan kamu yang mengantarkan langsung laporan ini?" tanya Adara lagi.
"Aku hanya membantu ...," jawab Sheila lagi.
Galang yang awalnya diam karena sangat terkejut, akhirnya bangun dari duduknya. Dia mendekati sang istri lalu memeluknya. Adara yang merasa jijik spontan mendorong. Hal itu membuat pria itu terkejut.
"Kenapa, Sayang? Aku kangen, kenapa kamu mendorong tubuhku?" tanya Galang.
Adara tersenyum dan menjawab, "Aku baru datang dari luar kota, Mas. Takut bau, belum mandi," jawab Adara.
"Aku kira kenapa?" tanya Galang.
Adara lalu menatap Sheila. Tampak dua kancing atas bajunya terbuka. Membuat Adara jijik. Dia mengepalkan tangannya menahan emosi.
"Sheila, kamu itu kalau kerja sebaiknya berpakaian rapi. Sangat tidak pantas kamu begitu. Seperti ja'lang saja," ujar Adara.
Sheila langsung melihat bajunya. Dia lalu memakaikan kancing tersebut. Wajahnya terlihat gugup dan takut.
"Maaf, tadi aku dari kamar mandi. Lupa mengancingkan lagi," jawab Sheila dengan gugup.
"Oh gitu. Lain kali jangan begitu. Seperti wanita penggoda saja kamu. Apa lagi tadi aku lihat kamu sangat dekat dengan Galang. Seperti Galang sedang memangku kamu. Aku harap kalian bisa jaga jarak. Jangan ada gosip nantinya."
Sheila memandangi Galang berharap pria itu membelanya. Namun, sepertinya Galang tak memiliki jawaban.
"Maaf, Adara. Aku tak mungkin mengkhianati kamu," balas Sheila.
"Aku harap juga begitu. Oh ya Galang, aku bawa nasi buat makan siang kita. Tapi maaf, Sheila, aku hanya beli dua. Tak ada untukmu."
"Tak apa Dara. Aku bisa makan di kantin. Kalau begitu aku pamit," ujar Sheila.
Sheila langsung berjalan meninggalkan ruangan. Tapi baru beberapa langkah, terdengar suara Adara yang sedikit menyindir.
"Aku bisa memaafkan semua kesalahanmu, Mas. Apa pun itu, tapi aku tak akan pernah memaafkan suatu pengkhianat!" seru Adara.
"Sayang, aku tak mungkin mengkhianati kamu. Aku sangat mencintaimu. Tak ada wanita mana pun yang membuat aku tertarik selain kamu," balas Galang.
Sheila yang mendengar ucapan Galang itu merasa sedikit cemburu. Dia tampak mengepalkan tangannya saat meninggalkan ruangan.
**
Hei ... Hei, mama datang dengan novel baru lagi. Mama mohon dukungannya dengan tap love dan like serta komentarnya setiap habis membaca. Jangan skip dan menumpuk bab ya! Terima kasih. Lope-lope sekebon jeruk 😍😍😍
Good Andara jangan mau di injak 2 sama nenek gombel Sheila
kl mau pngsan,slakan aja....drpd mkin malu....😝😝😝