NovelToon NovelToon
Falling In Love Again After Divorce

Falling In Love Again After Divorce

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Cerai / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Sean Montgomery Anak tunggal dan pewaris satu-satunya dari pasangan Florence Montgomery dan mendiang James Montgomery yang terpaksa menikahi Ariana atas perintah ayahnya. Tiga tahun membina rumah tangga tidak juga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Sean ditambah Florence yang semakin menunjukkan ketidak sukaannya pada Ariana setelah kematian suaminya. Kehadiran sosok Clarissa dalam keluarga Montgomery semakin menguatkan tekat Florence untuk menyingkirkan Ariana yang dianggap tidak setara dan tidak layak menjadi anggota keluarga Montgomery. Bagaimana Ariana akan menemukan dirinya kembali setelah Sean sudah bulat menceraikannya? Di tengah badai itu Ariana menemukan dirinya sedang mengandung, namun bayi dalam kandungannya juga tidak membuat Sean menahannya untuk tidak pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mungkinkah Ada Cahaya Baru?

Pagi ini langit tampak jernih. Cahaya matahari memantul lembut di kaca rumah milik Ariana. Suara ayam tetangga sesekali memecah kesunyian.

Pukul 08.10 Wib, pagar Ariana diketuk kembali.

Tok… tok… tok.

“Mbak Arianaa…,” suara kecil itu memanggil dengan nada ceria. “Aku bawa bunga!”

Ariana membuka pintu dan mendapati Risa berdiri sambil menenteng dua plastic putih, satu berisi tanah yang masih lembap dan satu lagi berisi bibit kecil dengan daun-daun ungu kehijauan. Anak itu sudah berani membuka gerbang sendiri.

“Yang ini lavender, yang satu lagi Ibu sudah pernah bilang tapi aku lupa namanya, tapi daunnya warna ungu juga!” katanya bangga.

Ariana menahan senyum, ia melirik tangan mungil Risa kotor oleh tanah dan ujung sepatunya basah oleh embun pagi.

“Risa…, ibumu tahu kamu bawa ini ke sini?” tanyanya lembut. “Aku nggak mau kamu dimarahi karena bantuin aku.”

Risa mengangkat alis. “Ibu tahu kok. Aku bilang ma uke tempat Mbak Ariana. Ibu bilang tidak apa-apa Mbak.” Seru Risa.

Ariana menghela napas lega, ia tidak mau di cap tetangga baru yang merepotkan apalagi dituduh memanfaatkan anak kecil.

“Mbak lega kalau begitu… Masuk yuk.” Ariana membuka pintu memberikan space untuk Risa bisa masuk.

“Nggak Mbak, kita harus segera menanam bunganya sekarang. Nanti keburu siang, tanahnya kering.”

Ariana mengangguk lalu mengambil sandal ke dalam rumah. Di bawah jendela depan rumah, masih ada kotak kayu panjang yang sempat ia bersihkan kemarin sore. Sangat cocok dibuat sebagai tempat pot-pot kecil ini.

Risa langsung jongkok dan mulai mengaduk-aduk tanah.

“Mbak… punya air di dalam kan… Risa pinjem gayung ya?”

“Mau mandi?” ledek Ariana.

Risa cemberut, “Nggak lucu, akum au siram bunganya biar tumbuh cepat mbak.” jawab Risa cepat.

“Begitu ya, maaf maaf.” Ariana terkekeh pelan diikuti tawa Risa.

Ariana mengambil gayung dan ember kecil dari dalam. Mereka mulai mencampur tanah, menata potongan bata kecil untuk drainase dan memindahkan bibit bunga ke tanah baru.

“Kamu sering bantu tanam di rumah ini dulu?” tanya Ariana.

“Ibu yang suka bunga, tapi sekarang rumahnya sudah dibikin garasi motor untuk Abang.”

Ariana mengangguk mengerti. “Kamu punya Abang?”

“Punya… satu.” Risa mengangkat jari telunjuknya yang sudah dipenuhi tanah menunjukkan angka satu.

Satu jam berlalu, pot-pot kecil yang sudah ditanami bibit bunga tertata rapi di atas kayu. Daun-daunnya sengaja diposisikan menghadap ke arah cahaya. Risa tampak bangga melihat hasil pekerjaan tangannya bak baru memenangkan lomba.

“Nanti sore jangan lupa disiram ya Mbak.”

Ariana mengangguk sambil mengelap keringat di dahi. Tubuhnya terasa lebih berat dari biasanya. Ada rasa letih yang menggumpal di pundak dan belakang pinggang.

“Capek ya Mbak?” tanya Risa sambil memiringkan kepala.

“Sedikit, tapi Mbak senang.”

“Aku juga senang,” jawab Risa tanpa ditanya.

Ariana menatap bunga-bunga kecil itu. Warnanya belum keluar tapi bentuknya sudah hidup… seperti dirinya.

“Mbak…”

“Ya?”

“Aku boleh sering-sering datang kesini nggak?”

“Boleh, tapi jangan bolos sekolah ya.”

“Asyik…” Risa tersenyum lebar. Ariana mengusap rambutnya lembut dengan punggung tangannya yang tidak kotor. Setelah semua bunga ditanam dan tanah dirapikan, Risa mencuci tangan dengan air sisa di ember kecil. Ia berdiri sambil menepuk-nepuk lutut celananya yang kotor oleh tanah. Ariana mengelap peluh dari pelipisnya lalu masuk ke dalam dan kembali dengan menggenggam sebuah lipatan kecil yang ia selipkan ke telapak tangan Risa.

“Untuk kamu” katanya singkat.

Risa membuka mulut ingin menolak.

“Tapi aku nggak jualan bunga…”

Ariana menyentuh kepala Risa lembut.

“Ini bukan untuk bayar, ini untuk kamu karna membuat rumah Mbak jadi tersenyum hari ini.”

“Tapi aku senang ngasih bunganya Mbak… Ibu akan marah jika aku menerimanya.”

“Mbak juga senang Risa, lebih senang lagi kalau kamu menggunakannya beli es krim dan beli peralatan sekolah.”

Risa menggenggam uang itu erat, matanya berbinar.

“Aku belinya dua. Satu buat Mbak juga ya?”

Ariana tersenyum, terharu karna dirinya terlihat di depan Risa, tidak dilupakan.

“Itu terdengar bagus, tapi janji uangnya jangan jatuhin di jalan ya...”

“Siap Mbak!” jawab Risa sambil memberi hormat kecil lalu berlari ke arah pagar.

Ariana menatap punggung kecil itu menjauh, lalu pandangannya kembali ke pot bunga di depan rumah. Ia lelah… karena hari ini ia merasa lebih hidup.

***

Hari ke sepuluh di rumah kecil itu, Ariana bangun sedikit lebih lambat dari biasanya. Ia menyandarkan punggung ke bantal sambil memegangi pelipis. Ada sedikit rasa berdenyut di belakang kepala. Tak lama setelah itu perutnya terasa diaduk, Ariana mual. Ia segera ke kamar mandi mencegah jangan sampai ada muntahan yang membasahi tempat tidurnya. Tidak ada yang keluar, hanya ludah bening yang berulang kali keluar tanpa disertai apa-apa. Ini cukup membuat tenggorokannya terasa aneh, ini belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Ariana duduk di ranjang membiarkan kakinya menyentuh lantai dingin.

“Mungkin kecapekan,” gumamnya sambil berdiri perlahan.

Tapi langkahnya goyah, pandangannya tiba-tiba saja berputar. Ia langsung duduk kembali di tepi ranjang, meremas pinggiran selimut untuk kembali memusatkan pikiran.

Selama tiga tahun di rumah Montgomery, Ariana nyaris tak pernah melakukan semuanya sendiri. Tidak menyapu, tidak mencuci, bahkan tidak berhak memilih pakaian untuk dikenakan tubuhnya sendiri. Mungkin itu yang membuat tubuhnya agak kaget.

Ariana berjalan ke dapur. Pagi ini ia ingin sarapan telur ceplok tanpa campuran apa-apa. Ketika tangannya membuka tutup kulkas aromanya membuat perutnya terasa penuh. Sensasi yang tadi terulang kembali Ariana buru-buru menutup botol lalu berlari ke kamar mandi.

“Kenapa rasanya kayak… bau selokan busuk?” desisnya sambil memegang perut.

Perutnya memang tidak sakit tapi terasa ada yang lain. Entahlah, mungkin masuk angin.

Ariana menghela napas, duduk di kursi dekat jendela untuk mendapatkan angin segar. Barangkali perutnya mau diajak bekerja sama. Angin pagi membawa bau dari warung tetangga, ini bau nasi goreng. Biasanya Ariana suka namun kali ini, ia menutup hidung tidak tahan dengan aromanya.

Ariana menoleh ke atas meja, tempat kalender kecil berdiri tegak disana.

Matanya menyipit, tanpa sada jemarinya tergerak menghitung hari, mengulanginya lagi lalu berhenti. Ariana mengambil kalender itu tergesa, menghitungnya sekali lagi.

Ariana langsung meletakkan kalender itu sembarangan. Wanita itu mengganti baju dengan terburu-buru lalu mengikat rambutnya satu bagian ke belakang. Wanita yang sebentar lagi sah menyandang gelar janda itun meraih tas kecilnya tanpa suara. Tidak lupa Ariana memasukkan dompet, ponsel dan kunci lalu keluar rumah. Ada yang harus ia pastikan sesegera mungkin. Tuhan… tolong kabulkan doaku sekali saja.

1
Anonymous
so iye lu sean
Asriani Rini
Jangan jabgan keoindahan org. Tua Risa ulanh Resa sengaja ingin menjauhkan mereka dari Arians
annis
loooohhh... kok bersambung thoor.. 🙁
annis
ya Allah.. ya Allah... 🥺
Ratih Tupperware Denpasar
semangat ariana, smg bayinya sehat2
Mundri Astuti
si sean bener" ya
Ratih Tupperware Denpasar
sekarang kamu meeasa terhina, sebelum2nya tindakanmu ke ariana apa ga menghina dia? nikmati aja kesombonganmu sean, sdh bagus papamu memcafikan istri yg baik malah kamu sia2kan... hanya krn ariana miskin dan ga dipoles mau up kamu merndahkannya... dasar bod 0h kamu
Purnama Pasedu
ariana bersama Sean,aman dari teror Clarisa dan nyonya
hartiva lattang
sean semangat utk mempertahankan ariana. buktikan klo qm berubah
Ratih Tupperware Denpasar
menyesal ya kamu sean? walaupun terlambat jaglah calon anakmu jangan sampe ibumu dan clarisa menyakitanya lagi
Atika Sari
sejauh ini masih bisa dibikin greget,tokoh cewknya ga menye2,klo bsa bkin sean bersaing sma pak letnan,biar seru
Ulla Hullasoh
semangat Thorrr
Ulla Hullasoh
semangat Arianaaaaa
Ulla Hullasoh
Ariana pantas bahagia dengan irang yg lbh segalanya dari sean
Ulla Hullasoh
kasian Ariana
hartiva lattang
kak buat ariana dan sean balikan yaaa. memulai rt lahi bersama
tp sebelumx buat Sean setengah mati mengejar kembali ariana
Purnama Pasedu
meneror ariana tahu
Ratih Tupperware Denpasar
sean memang pria b0d0h bin tolong ini pasti turunan dari mak nya
Anonymous
ayo ka up lagi seru nih cerinta nya
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary Of El Dorado
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!