Matahari sudah tergelincir, hal yang paling dibenci Melody saat menejlang malam. Tapi dia juga tidak munafik untuk mengatakan kalau pekerjaannya begitu menyenangkan. Tidak, dia bukanlah wanita penggoda, tapi karna sebuah keterpaksaan yang menjadi biasa.
"Alexa, malam ini kamu tidak jadi pergi, dia membatalkan jadwalnya karna ada urusan penting" jelas Sandy.
"syukurlah" Melody menghembuskan nafasnya lega. "o ya paman, mengenai hutang paman itu, apakah paman sudah melunasinya?" tanyanya penasaran.
Sandy diam terpaku, lalu dia menggelang pelan. "belum nak, masih ada beberapa yang belum paman lunasi"
"kalau begitu, aku tidak akan berhenti, aku hanya akan berhenti setelah hutang paman tinggal sedikit. Setelah aku lulus sekolah, aku akan bekerja paman, dan akan melunasi sisa hutang paman. Bisakah paman percaya padaku? aku hanya perlu bertahan sebentar lagi kan?" tanyanya penuh harap. Dia sudah membulatkan tekadnya itu barusan.
Tak bisa dipungkiri, mata Sandy basah saat itu juga. Dia menangis? tidak, Melody tidak yakin itu. Namun dia memang terlihat menangis.
"kenapa kau mau melakukan itu?"
bukannya dari awal dia yang memaksanya ya? Lantas kenapa dia menanyakan hal bodoh itu padanya?
"semua orang memiliki kebiasaan buruk paman, kau memiliki banyak hutang karna judi dan minumanmu. Apakah aku bisa mencegahmu untuk menghentikannya? itu tidak mungkin terjadi tanpa keinginanmu untuk berubah. Orang bilang, seseorang bisa berubah itu dimulai dari hatinya" Melody menjeda kalimatnya dan menatap Sandy, memikirkan cara yang tepat untuk menyampaikan perasaannya supaya tidak menyinggung perasaan pamannya itu.
"dan aku sudah mulai menyadarinya" Melody melanjutkan "kau mau mengurusku karna aku bisa berguna diusiaku yang sekarang, yaitu menjadi penghasilanmu yang cuma cuma. Tapi, aku juga dapat melihat kalau ada sedikit cinta darimu, kau menyekolahkanku, memperlakukanku dengan baik, dan memberiku pendidikan yang layak dan karna itulah aku akan selalu bersamamu. Apapun yang terjadi, aku akan tetap bersamamu, menyayangimu selamanya" Melody mengakhiri penjelasannya dan melihat reaksi Sandy .
Namun pria itu diam terpaku, bahkan tak berkedip sekalipun, lidahnya seakan kelu, fikirannya kosong dan hatinya terasa sesak. Namun secepat kilat dia bisa menguasai perasaannya dan tersenyum lalu mengusap puncak rambut Melody.
"anak baik"
yah, hanya itu, hanya itu yang selalu dia katakan. Tak ada yang berubah, mau siraman qalbu seperti apa lagi duda pria berusia 35 tahun itu?
TOK! TOK! TOK!
Momen mereka harus terhenti karna seseorang datang.
"Nak, aku tidak akan tidur disini malam ini, ada pesta dirumah teman temanku!" sekali lagi Sandy mengacak puncak rambutnya pelan dan berjalan beriringan menuju pintu.
"selamat malam paman!" sapa Glan begitu pintu terbuka.
"malam nak, jaga keponakanku baik baik!" senyum Sandy langsung melenggang pergi.
"paman jadi terasa hangat" batin Melody menatap kepergiannya.
"ayo!" tiba tiba cekalan tangan Glan cukup mengejutkannya.
"mau kemana malam malam begini?"
"makan malam!"
tidak lagi, dia tidak suka tempat mewah. tapi, apakah Glan akan mengajaknya ke tempat mewah?
Tring!
mendadak seperti ada bola lampu diatas kepalanya, dia ingat kalau kemarin ada pengumuman bahwa akan ada pameran didaerahnya. Biasanya, itu diadakan setahun sekali dalam jangka pendek.
"aku mau ke pameran!" ucapnya saat mereka sudah ada didalam mobil.
"dimana?"
"5 km dari sini!"
"tapi aku lapar"
"ada banyak makanan disana, ayo jalan!" titahnya sudah seperti memerintahkan supir pribadi.
mobilpun melaju dengan kecepatan Standar. Melody merogoh ponselnya dan mengetik pesan untuk dikirimkan pada seseorang. Setelah itu dia tersenyum melihat layar ponselnya.
SRET!
tiba tiba, Glan mengambil ponselnya dan memasukannya ke dalam tas kecil yang dibawanya.
"Alga aku belum selesai!" ucapnya.
"jangan main ponsel saat berdua denganku!" tegasnya terdengar tidak suka.
"tapikan aku belum mengirimkan pesan terakhirku padanya!"
"aku tidak suka kau berkirim pesan dengan Aril, dia musuhku" jawabnya masih fokus menyetir.
"ish siapa yang berkirim pesan dengan Aril?" ucapnya mulai kesal.
"oh jadi dengan siapa lagi? Aldrich?" tanyanya dengan nada yang begitu tak enak didengar.
kali ini Melody tak meladeninya, sepanjang perjalanan mereka hanya diam sampai tiba dipameran. Dan sudah terparkir mobil van hitam milik Resya.
"Resyaa!" teriak Melody saat melihatnya tengah mencari seseorang.
"Alexa!" sahutnya langsung berlari menghampiri mereka.
"kenapa kau bisa disini?" tanya Glan merasa pupus harapan bisa berduaan dengan Melody.
"aku yang menyuruhnya datang" senyumnya
"hem" sahutnya malas.
"ayo kita kesana!" Melody menarik tangan mereka untuk membeli gelang gelang cantik disana. Banyak sekali orang berkerumun mencari gelang couple yang sedang digemari banyak orang. dan kebetulan gelang itu tinggal sepasang lagi, dan tentunya yang berhasil Melody ambil.
"siapa yang akan memakainya?" tanya Resya
"tentu saja kau!" Melody memasang gelang itu dipergelangan tangan Resya. Lalu dia sematkan juga dipergelangan tangan Glan.
"penjual gelang itu bilang, saat kalian memasang gelang ini, maka hubungan kalian akan abadi" senyumnya agak dipaksakan. Karna jujur saja hatinya sedikit sakit.
"lepas saja gelang yang ini!" Melody bermaksud melepas gelang masa kecilnya itu, namun ditahan oleh Glan.
"jangan, ini hal berharga buatku" tolaknya tetap memasang gelang itu.
"baiklah, tapi kalian harus berjanji, jangan pernah hilangkan gelang ini ya!" senyumnya sambil menyatukan tangan mereka.
Resya tersenyum tipis saat onyx hitam Glan menatap bola mata cokelat miliknya. Semoga persahabatan mereka akan tetap seperti itu.
"terima kasih Alexa, aku akan menjaganya dengan baik" senyumnya begitu tulus. Membuat Melody juga tersenyum bahagia.
Setelah itu, mereka menikmati apapun yang ada disana. Sampai akhirnya mereka duduk dibangku taman sambil menikmati es krim. Namun Resya menyadari kalau ada yang sedang memperhatikan mereka dari kejauhan.
Seorang pria berbadan tinggi dengan pakaian serba hitam yang memperhatikan mereka dari kejauhan.
"aku permisi dulu sebentar!" ujar Resya beranjak pergi untuk menemui pria yang sangat dikenalinya dan selalu mengganggunya beberapa minggu terakhir ini.
"akhir akhir ini, kau jadi akrab dengan Resya, kenapa?" tanyanya.
Melody terdiam sejenak, lalu tersenyum. "tidak apa apa, mau coba es krim punyaku? rasanya manis" ucapnya sambil menyodorkan es krim vanila miliknya.
"jawab dulu pertanyaanku? atau jangan jangan kau menyembunyikan sesuatu dariku?" tanyanya mulai curiga.
"tidak Alga, kita kan sudah berjanji untuk selalu berteman dekat" jawabnya seadanya.
Glan hanya mengangguk pelan, namun dalam hatinya dia masih meragukan pernyataan Melody. karna dia seperti sedang menjodohkannya dengan Resya.
"Alga aku mau itu!" tunjuknya begitu melihat segunung kembang gula yang sedang dibuat penjual bertopi putih itu.
"beli saja!"
"belikan!" senyumnya sambil memasang mata kucing yang menggemaskan.
Alga bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya bermaksud agar dia ikut juga.
"tidak mau, kau saja sendiri!"
Glan menghembuskan nafasnya kasar, lalu pergi sendiri, setelah itu dia kembali dan memberikan kembang gula yang dimintanya.
"waaah terima kasih!" Melody berjingkrak senang dan spontan langsung memeluknya.
"hem!"
diapun langsung menikmatinya dengan lahap, membuat Glan gemas melihat cara makannya yang imut itu.
"Melody?!"
"hem?" jawabnya
Glan membelai rambut Melody dan bersiap mendaratkan bibirnya diatas bibir Melody. Namun tiba tiba Melody menyuapkan kembang gula kemulut Glan sampai dia terbatuk batuk karna tidak menyukainya.
"jangan berbuat mesum ditempat umum Alga!"
"tadi kau juga memeluku!"
"hanya peluk saja tidak apa apa!"
"hem" jawabnya malas. dan memilih untuk memainkan rambutnya sambil terus memperhatikan gadisnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
martina melati
knp paman gk mau ker spt jd driver, ato ojol (ojek online), knp hrs tgng pd ponakn yg djdkn penghibur pria...
2024-05-26
0
Nilaaa🍒
20 like mendarat kakak
semangat selalu
salam dari This is Our Love
2021-08-09
1
ennita
5 like mendarat.. semangat Thor
2021-08-05
0