Malam ini, Melody duduk dibalik jendela menikmati hembusan angin malam yang sejuk, berkali kali dia melihat layar ponselnya berharap Glan akan memberinya kabar, namun sudah dua jam menunggu, masih tak ada kabar. Melody ingin sekali mengirim pesan untuknya. Namun dia kembali mengurungkan niatnya setelah apa yang terjadi siang tadi
BRAK!
tiba tiba saja seorang pria menggebrak pintu kamarnya dengan kasar. Melody segera menoleh dan kembali tak acuh setelah melihat seorang pria berambut putih seputih salju dengan bola mata biru laut itu masuk ke kamarnya.
"apa begini caramu menghargai tamu?, sudah dua jam aku menunggu, tapi kau malah mengabaikanku!" ucapnya dengan wajah yabg sudah merah padam.
Melody kembali melirik dan tersenyum miring
"apa begini caramu bertamu?"
Pria itu terdiam dan menatap Nelody dengan tajam. Yah, dia adalah Aldrich, Pria yang dikenalkan pamannya kemarin malam
"ayo kita kencan!" ajaknya sambil menarik lengan Melody, memang tidak kasar, tapi terasa sakit seperti orang yang tidak berperasaan.
"aku tidak mau!, aku sedang menunggu pacarku!" teriaknya sambil menghempaskan tangan Aldrich
"pacar siapa? aku lah satu satunya pacarmu, ayo cepat!" ucapnya lalu memanggul Melody.
"dasar pria jelek!, makhluk hina!, tidak tahu diri!, turunkan aku!!!" teriaknya sambil memberobtak dan menukuli punggul Aldrich.
"paman aku membawa gadisku!" teriaknya dari luar saat dia melempar Melody kedalam mobil
"iya, lakukan apapun sesuka hatimu!" sahut Sandy dari ambang pintu.
"aku tidak mau!, aku mau turun!, Alga toloongg!!" teriaknya sambil memukul mukul kaca mobil.
Seolah tak mendengar, Aril melajukan mobilnya dengan kecepatan standar.
"apa kau mau menyentuhku lagi?" tabyanya setelah suasana hening beberapa saat.
"tidak, maaf aku sudah berbuat kasar" senyumnya sambil mengelus rambut Melody. "Ayo kita makan di restoran bintang lima!" lanjutnya
Melody mengerutkan Alisnya tidak mengerti, Mahasiswa itu benar benar aneh, malam itu Aldrich terlihat begitu bringas dan menyeramkan. dan saat permainan diatas ranjang itu berlangsung, dia terus membisikan nama seorang gadis di telinganya.
"sudah sampai!" ucapnya membuat Melody sedikit terkejut. Lalu dia turun dan membukakan pintu mobil untuk Melody.
"mau pesan apa?" tanya Aldrich yang saat ini sedang membolak balikan buku menu makanan.
Melody agak bingung ditanyai seperti itu, dia sama sekali belum pernah berkunjung ke tempat semewah ini, meskipun dulu tinggal dikota, tapi dia tidak pernah kemana mana selain ke sekolah dan tentunya ke hotel hanya sekedar untuk melayani om om cabul lalu segera pulang. memang terdengar membosankan.
"Melody!" tegur Aldrich membuat Melody kembali tersadar.
"ah, mmm apa saja!" jawabnya tak bisa menyembunyikan kikuknya.
Aldrich hanya mengangguk dan segera pesan beberapa menu makanan, lalu dia menyerahkan kembali buku menu pada seorang Waitress yang sedari tadi ada disampingnya.
tak berapa lama, pesanan segera datang dan disajikan oleh seorang Waitress tadi.
"selamat menikmati!" senyumnya lalu melenggang pergi.
Sambil memandangi hidangan dihadapannya, Melody menelan ludahnya berkali kali. dia jadi agak canggung, lalu melirik ke sekitarnya dan melihat cara orang lain makan. Begitu tenang dan anggun. Orang kaya benar benar berbeda.
"ayo makan!" Sahut Aldrich sambil tersenyum kearahnya.
"bagaimana caranya makan ditenpat seperti ini? aku tidak pernah datang ke tempat semewah ini" ucapnya polos.
Aldrich tersenyum dan mencubit pipinya pelan. "makan seperti biasa saja!"
Melody hanya mengangguk pelan dan mulai mengambil garpu dan pisau, menusuk daging dan memotongnya dengan pisau, dan dengan sangat perlahan dia mulai melahapnya
lagi lagi Aldrich tersenyum, senyuman yang penuh rasa haru. tingkah Melody yang seperti itu benar benar mengingatkannya pada seseorang.
"waah ternyata enak sekali!" serunya tak bisa menyembunyikan prasaannya.
Melihat ada sedikit saus di sudut bibir Melody, Aldrich segera menyusutnya dengan jari telunjuk, lalu ia menjilatnya dengan penuh rasa cinta. "tidak perlu makan terburu buru!" senyumnya
"hah?!" Melody membulatkan pandangannya. Dia yakin wajahnya pasti sudah memerah seperti kepiting.
"dia menjilatinya, apa itu normal?" batinnya
...****************...
Pagi ini, Glan baru bisa mengirim pesan pada Melody. semalam dia dijaga ketat oleh Gray dan Resya. tidak boleh inilah, tidak boleh itulah, harus beginilah, harus begitula. Banyak sekali alasan Resya agar dia tidak bisa menghubungi Melody.
Glan: Selamat pagi
beberapa saat kemudian, Melody membaca pesannya namun tak dibalas.
"kau jangan dulu sekolah hari ini!" ucap Resya sambil menguguhkan segelas susu hangat padanya.
"aku tidak apa apa!" sahutnya masih fokus ke layar ponselnya. lalu menelpon Melody sampai berkali kali, Namun dia tidak mengangkatnya. membuat Glan berdecak kesal.
Resya tersenyum melihat kekesalannya sepertinya gadis itu sangat penurut dan terlalu merespon lebih ucapan orang lain.
"pergilah!, aku mau bersiap siap" titahnya
Resya menghela nafas berat lalu keluar, sambil sambil melihat layar ponselnya, sebuah notif pesan masuk dari nomor tidak dikenal
(nomor tidak dikenal)
aku mencintaimu😘
Resya mengerutkan alisnya tidak mengerti, lalu dia menghentikan langkahnya untuk membalas pesan tersebut
Resya: siapa kau?
Tak berapa lama dia menbalasnya lagi
(nomor tidak dikenal)
pacarmu😙
Resya memutar bola matanya malas, mungkin orang iseng saja, namun fikirannya mulai mengarah pada Satria.
"Selamat pagi!, terima kasih sudah menjaga adikku, kau sangat baik dan perhatian!" sapa Gray yang sibuk memasang dasinya di dekat sofa.
"tidak masalah, seharusnya Alexa datang kesini semalam, diakan orang yang paling dekat dengan Glan" ucap Resya mulai menpengaruhi fikiran Gray.
"benar juga ya, ah mungkin dia sedang sibuk!" ucapnya santai lalu dia segera menapaki anak tangga menuju kamar Glan, untuk melihat keadaan adiknya.
"adik, kau sudah baikan?" tanyanya begitu ia membuka pintu kamar.
Glan yang sedang mengancingkan seragamnya itu hanya mengangguk pelan.
Bruk!
"Syukurlah!"
Gray memeluknya dengan erat, dekapan hangat sang kakak yang penuh kasih sayang, namun terkadang, Glan malah merasa jijik dengan perlakuan kakaknya ini. Dia langsung saja mendorongnya.
"aku pergi!" tegasnya cepat cepat berlari. Dia mulai curiga kalau kakaknya itu Gay, tidak aneh karna di usianya yang sudah 28 tahun itu dia masih lajang dan fokus pada karirnya. dan juga dia tidak pernah tertarik pada gadis manapun, yah kecuali Melody. kasih sayang berlebihannya itu, benar benar membuatnya risih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Surabaya Honda
Next Thor,, interesting 👍
2023-11-12
0
Anonymous
lanjut tor
2022-06-23
2
Badatul Alba
cocok klo reysa dg satria sama" gila over protective milik orang 😢
2022-05-27
1