benih kebencian
Resya berjalan menyusuri jalan beraspal, jarak rumahnya dari rumah glan tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu 10 menit saja jika jalan kaki.
hatinya terasa dipenuhi kobaran api, buliran air mata jatuh membasahi pipinya. Wajar saja karna ini pertama kalinya dia jatuh cinta, dia selalu menutup hatinya untuk orang lain, dan saat sekarang dia mulai membuka hatinya untuk Glan, pria itu selalu saja berpaling darinya. Bahkan tak pernah meliriknya sekalipun, atau mininal memberi perhatian sedikit saja untuknya, Memang bodoh, tapi itulah perasaan cinta
"semua ini karna Melody, kalau saja dia tidak kembali pada kehidupan Glan, dia pasti akan membuka hatinya untuku, Menyebalkan" geramnya.
"Resya!" seseorang memanggilnya dari arah belakang
Refleks, Resya berhenti dan membalikan badan, melihat orang yang menanggilnya itu. Tak jauh dari arahnya, seorang pria berbadan tegap dengan kulit cokelat terbakar matahari sedang menyeringai melambaikan tangan kearahnya.
Resya mengerutkan alisnya mengingat siapa pria itu, setelah beberapa saat diapun mengenalinya, dia adalah Satria, mantan kekasihnya yang ia tinggalkan 2 tahun lalu, yah karna dia tidak mencintainya
"apa kabar?" tanyanya begitu sampai dihadapan Resya.
"sedang apa kau di sini? jangan mengganggu kehidupanku lagi" ucapnya dengan ketus
"aku masih mencintaimu, kembalilah padaku" senyumnya
"menjijikan!" cibirnya lalu berlari meninggalkan Satria.
Satria memicingkan kepalanya dan tersenyum jahat. "kau tidak akan bisa lepas dariku" ucapnya lalu melenggang pergi.
Hari sudah mulai gelap, Melody segera pamit pulang, baru saja Glan akan mengantarkannya namun dia menolak karna rumahnya tidak terlalu jauh.
"Melody!" panggil Glan sebelum Melody jauh darinya.
"iya?" Melody langsung membalikan tubuh dan menatapnya.
"aku minta nomor ponselmu" ucapnya sambil memperlihatkan ponsel hitam yang digenggamnya.
"oh baiklah" senyumnya langsung mengambil ponselnya dan mengetikan deretan nomor ponselnya di ponsel Glan, setelah itu dia berikan kembali
"terima kasih"
"bisa minta yang lain selain terimakasih?"
"apa?"
"sebuah ciuman"
Tanpa menunggu, Pria itu langsung melangkah mendekat dan memberi kecupan singkat di pipinya. Membuat Melody langsung terpaku, tak menyangka jika dia akan menciumnya di situ.
"terimakasih" cengirnya tampak bodoh lalu dia pergi tanpa pamit karna terlalu gugup.
"ekhm, aku senang melihatmu bahagia" ujar sang kakak sambil merangkul bahu adiknya.
Glan tersenyum tipis dan menatap Gray yang senyumnya hilang seketika
"kenapa?" tanya Glan
"tentang Resya, aku jadi merasa bersalah padanya, dia begitu mencintaimu..." ucapnya
Sesaat, Glan diam bergeming. Bagaimanapun Gray menghadirkan Resya untuk kebahagiaannya.Memang seharusnya dia tidak bertanggung jawab karna Resya mencintainya. Tapi mungkin, kalau dibicarakan baik baik, dia pasti akan mengerti.
"serahkan saja dia padaku" ucapnya lalu masuk kedalam dan pergi kekamarnya.Mengambil ponsel dan menghubungi Resya.
"hallo!" ucap suara lembut itu begitu mengangkat sambungan telponnya.
"apa kita bisa bertemu malam ini?" tanyanya tembak langsung.
Hening!
tak ada suara dari telponnya, Sejenak Glan melihat ke layar ponselnya,
tapi sambungan telponnya tidak mati.
"hallo!"
"ah iiya iya bisa, dimana kita akan bertemu?" tanya suara itu begitu terbata bata, mendengar dari suaranya dia sangatlah senang.
"di bukit"
"baiklah"
Tuuut!
Resya yang menutup sambungan telponnya, jantungnya mulai berdetak kencang, matanya berkaca kaca , baru kali ini Glan menghubunginya duluan dan dia mengajaknya bertemu. Resya segera membersihkan diri dan bersiap siap.
Sampai waktu menunjukan puku 19:45. Glan sudah menunggu kedatangan Resya diatas bukit. Namun lima belas menit berlalu dia tak kunjung datang juga. Glan mengalihkan pandangannya ke langit dan melihat indahnya kerlap kerlip bintang
"maaf sudah membuatmu menunggu lama" ucap Resya saat sudah tiba disampingnya
Glan melirik dan terpukau melihat penampilannya, Sangat cantik dan Elegan, seperti seorang putri kerajaan.
"kau mau bicara apa?" tanya Resya tak lepas dari senyumnya
"terima kasih!" Glan memegang bahu Resya dan menatapnya lekat lekat
"untuk apa?"
"semuanya"
Lagi lagi Resya tersenyum, Malam ini pria berambut hitam pekat itu terlihat begitu romantis, dengan wajah datar seperti itu pun dia tetaplah terlihat tampan.
"aku mencintaimu" dua kata itu tiba tiba terlontar dari mulutnya, Resya sudah tak bisa menyembunyikan perasaannya lagi.
"apa kau bisa melakukan satu hal saja untukku?" tanya Glan penuh harap
"apapaun itu, akan kulakukan" ucapnya penuh percaya diri.
"berhenti mencintaiku, aku tidak bisa membalas perasaanmu"
DEGH!
Seperti ada sebilah pisau yang menusuk hatinya, Resya diam mematung dan menatap Glan dengan tatapan yang menyedihkan, jauh dari dugaannya dia kira Glan akan memberinya kesempatan untuk menetap dihatinya, tapi tidak, dia terlalu berharap lebih, kenapa dia bisa berfikir seperti itu? bodoh memang.
"selama ini, aku selalu bersabar menghadapi sikapmu, tapi kenapa? kenapa kau tidak pernah memberiku sedikitpun perhatianmu padaku? , apakah gadis bernama Melody itu begitu berarti bagimu? apa kau tidak ingat kalau dia yang membuatmu menderita? selama ini kau tidak pernah melihat orang orang yang menyayangimu, coba lihat kakakmu? dia sangat memohon padaku agar bisa membuatmu bahagia, dia sangat mempercayaiku, tapi kau? bahkan kau sama sekali tidak peduli semua itu" Resya mengeluarkan semua unek uneknya
"maaf" hanya itu kata yang terucap dari mulutnya, Memang benar, selama ini Glan tidak pernah peduli apapun, hanya kegelapan yang dia lihat
"maaf saja tidak cukup" Resya mengerucutkan bibirnya kesal
"lalu?"
"jadikan aku sahabatmu, seperti layaknya seorang sahabat" senyumnya.
"baiklah"
satu sahabat lagi, mungkin itu tidak masalah.
Bruk!
Resya mendekap Glan dan menyembunyikan wajahnya ditengkuknya.
********
pukul 06 10 pagi.
Drrrt
Drrrt
Drrt
getaran ponsel diatas nakas membangunkan tidur nyenyak Glan, dengan mata yang masih tertutup dia meraba raba mengambil ponselnya dan mengangkat sambungan telpon dari Resya.
"hm" sahutnya dengan suara serak khas bangun tidur.
"ayo kita berangkat bersama hari ini, ayahku membelikan mobil baru" ucapnya begitu antusias.
"hmm, aku menunggumu" ucapnya malas, semalam dia bicara penuh emosi, tapi hari ini begitu baik. memang aneh, tapi entahlah, Glan tidak pernah memahami keunikan seorang wanita.
Glan langsung menutup sambungan telponnya,
dan mengetik pesan untuk Melody dia lupa menghubunginya semalam.
Glan: selamat pagi, Melody ini aku!
Setelah beberapa saat dia mendapat balasan.
Melody: Aku siapa?
Glan: Alga
Melody: Alga siapa?
Glan: Alga milikmu, hanya milikmu
Melody: 😂, katakan itu di sekolah
Glan tersenyum dan segera bergegas,
sementara Gray sudah menyiapkan sarapan diatas meja, meskipun rumah ini cukup besar, tapi tak ada seorangpun pembantu mereka hidup mandiri dan saling membantu satu sama lain soal membereskan rumah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Surabaya Honda
Wonderful 🙏☺️
2023-11-11
0
Badatul Alba
maaf ya saudaraku tp kan bkn salah melodi yah kacuan kacian klo dia di salah kan usia 1,6 bln yatim piatu 7 th kakak meninggal,trus di urus paman ibliis tu gmn doong😭
2022-05-27
1
Elmiah
tap
tapi aku Kecewa melody dak gadis lagi kasian gran nya
tali
2022-05-19
4