"Melody!" Gray melambaikan tangan didepan wajahnya. sehingga membuyarkan lamunannya.
"ah apa?" tanyanya terbata bata.
"jadi daritadi kau tidak mendengarkanku?"
Melody nyengir kuda dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "ehehe, maaf aku melamun tadi!"
"huh dasar, padahal aku sudah bicara panjang lebar" Gray mengerucutkan bibirnya kesal.
"maaf kakak, aku tidak dengar!" Melody memeluknya agar Gray tidak marah lagi. "oh ya, dimana Alga?" lanjutnya baru menyadari tidak ada keberadaan Glan disekitarnya.
"dia kusuruh pergi karna aku ingin bicara 4 mata saja denganmu!"
Melody mendongakan wajahnya dan melepas pelukannya, terlihat dari raut wajahnya, Gray begitu serius.
"a apa?" tanyanya jadi gugup.
"Dengar...." ucapnya sambil memegang pundak Melody "hati adikku itu rapuh, dia selalu berlebihan memikirkan orang lain, dia juga tidak suka jika ada masalah mendekat pada orang yang dicintainya, karna itu...." Gray menjeda ucapannya dan menatap Melody seperti sebuah permohonan. "apakah kau bisa menjaga perasaannya? menjaga hatinya dan membuat dia bahagia? kumohon Melody...warna dalam dirinya kembali berkat dirimu" jelasnya.
Hening!
Melody tak segera menjawab, dan hanya menggerak gerakkan bola mata indahnya menatap Gray. Bagaimana ini? apa yang harus dilakukannya? ini benar benar masalah!
"apa kau bisa berjanji padaku?!" tanyanya lagi.
"aku...aku...."Melody tak tahu harus bagaimama, ingin sekali bicara jujur padanya, tapi pasti itu malah akan menambah masalahnya.
"ah tapi aku percaya padamu, kalau kau tidak akan menyakitinya, karna itu, aku tidak akan meragukanmu untuk menyerahkan Glan sepenuhnya padamu!" dia kembali menarik Melody kedalam pelukannya.
"Ekhm!" Dehem orang yang sedari tadi dibicarakan mereka.
"hem, sepertinya ada bau bau orang cemburu!" seringai Gray jahil.
"kakak lepaskan!"
"kenapa? apa kau merasa bersalah padanya?"
Melody menggigit dagunya sampai pria itu refleks langsung menjauh. "gadis nakal!" seringainya
"Lari!" Melody menarik tangan Glan dan menuntunya lari menjauhi kakaknya itu.
"heeey berhenti!" teriaknya ikut mengejar.
"hahaha, tangkap aku kalau bisa!"
Melihat wajahnya yang secerah mentari itu, Glan tersenyum menatapnya. Dia benar benar terlihat menggemaskan.
...****************...
Hari sudah menjelang sore, mereka segera pulang setelah menikmati indahnya senja.
"kakak berhenti disini saja!" teriak Melody saat mobil mereka melewati sebuah toko boneka dan sudah ada Aldrich yang menatapnya dengan seringai nakalnya itu.
"kenapa?" tanya Gray namun segera memarkirkan mobilnya.
"ada hal penting yang harus aku lakukan!"
"keperluan apa? biar aku menunggu saja!"
" ah tidak perlu, terima kasih untuk hari ini, aku menyayangi kalian, muah!" setelah mencium pipi Glan dengan singkat, Melody segera turun dari mobil.
"ish, kenapa aku tidak dicium!" decaknya kesal.
Setelah kepergian mobil itu sudah hilang dari pandangan, Melody berlari menghampiri Aldrich yang kini memeluk boneka beruang yang ukurannya cukup besar.
"maaf aku sudah meninggalkanmu !" ucapnya.
Aldrich tersenyum miring lalu memberikan boneka itu pada Melody. "sepertinya hidupmu itu rumit ya!"
"hah?" tanyanya tidak mengerti
"kenapa kau tidak bicara jujur saja pada mereka?" tanyanya seakan akan dia tau segalanya.
"itu akan menyakiti perasaan mereka, termasuk perasaan Alga!" jawabnya lalu melangkahkan kakinya.
"lalu, mau sampai kapan kau menyembunyikan kebenaran itu?" tanya Aldrich sambil menyamakan langkah kakinya dengan Melody.
"aku tidak tahu, tapi Resya yang sudah mengetahui itu memberiku kesempatan untuk menjauhi Alga!"
"kau percaya padanya? "
"aku harus percaya, karna kedua gadis itu belum memberitahu siapapun sampai saat ini, bukankah mereka terlalu baik untuk memberiku kesempatan?" tanyanya lebih kedapa diri sendiri.
"tapi ujung ujungnya, mereka pasti akan mengetahui semuanya. Kau tahu? terkadang lebih baik menjelaskan kebenaran yang menyakitkan, daripada kebohongan demi kebahagiaan orang lain!" ucapnya langsung saja berlari meninggalkan Melody yang menghentikan langkahnya dan merenungi ucapan Aldrich barusan.
Pri itu memang aneh, datang dan pergi seenaknya saja. Waktu itu dia berani menyetubuhinya, sekarang dia menceramahinya seakan dirinya berharga untuk pria itu. Aneh memang, tapi memang begitulah kenyataannya.
"ish pusing pusing pusing!, semua ini gara gara paman, mengapa dia harus membuatku jadi gila begini, kakak tolong jemput adikmu agar cepat menemuimu disana!" Melody jadi ngedumel kesal. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya dia terus menggerutu dan sesekali menggigit telinga boneka itu sampai jahitannya putus.
"Alexa!" lagi lagi seorang pria memanggilnya.
"aku tidak dengar apapun dan fokus kedepan!" Melody pura pura tidak dengar dan terus melangkahkan kakinya.
"Alexa berhenti!"
Terpaksa, diapun berhenti dan berbalik.
BRUK!
Tiba tiba saja, sosok Pria yang ternyata Aril itu mendekapnya sampai membuat Melody mundur beberapa langkah. Untung saja ada boneka besar yang menjadi penghalang, sehingga mereka tak berpelukan secara langsung dan hanya saling bergesekan hidung saja.
"a apa?" tanyanya gugup.
HAP!
Aril menggigit hidung kecilnya pelan. "Mulai sekarang, apapun yang terjadi, aku akan selalu bersamamu dan melindungimu!" ucapnya membuat Melody mengedipkan matanya berkali kali karna wajah Aril terlalu dekat.
"a a apa maksudmu?"
Ariltak menjawab dan kembali meninggalkannya.
"Aaaaahhh!!! apa apaan semua ini!!!!" teriak Melody sudah tak tahan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Aisyah Zahra
hemmm
2024-03-02
0
Surabaya Honda
Interesting Thor 😊🙏
2023-11-17
0
Lia ajalah 💋
kocak... tidak diduga duga...bikin marathon pikiran 😤😤
2021-12-15
0