3 jam berlalu, mereka membolos pelajaran terakhir untuk mengerjakan tugas. Sementara Melody masih tertidur pulas dipelukan Glan. Dia sangat lelah karna semalam hanya tidur sebentar.
Kriing! Kriing! Kriing!
bel terakhir sudah berbunyi , membuat Melody terbangun dan mengerjapkan matanya berkali kali.
"pelajaran sudah selesai, dan kami sudah menyelesaikan setengah tugas kelompok, sisanya kita lanjutkan besok!" sahut Aril sambil membereskan bukunya. Terlihat wajahnya sangat kusut karna otaknya berfikir keras.
Melody menggaruk tengkuknya dan menggeliat, "hoaaam, tapi aku tidak membantu apa apa!" ucapnya sambil menguap.
"tidak apa apa, cepat sana cuci muka!" senyumnya sambil mengacak puncak rambutnya pelan.
"kalian jangan pergi! aku akan segera kembali!" ucapnya lalu beranjak pergi menuju toilet.
"aaah mengantuk sekali!" dengusnya merasa kesal karna dia terus menguap. Matanya sangat berat dan tubuhnya menjadi lemas sekali. Namun begitu melihat Angelica yang sudah berdiri dihadapannya, matanya langsung melotot dan hampir meloncat keluar, dia memutar badannya dan cepat cepat pergi. Namun sebelum itu, Angelica berhasil mencengkram tangannya dengan kuat.
"tunggu!"
Melody diam mematung, dia sama sekali tidak ingin melirik ke belakang dan merasakan tangan dingin Angelica yang terasa merambat ke seluruh tubuhnya. Seketika bulu kuduk meremang karnanya, mengingat pagi tadi tatapan Angelica sangat tajam seperti akan membunuhnya.
"ayo ikut denganku!" Angelica menuntunnya sampai tiba didepan pintu gudang barang rusak, yang jaub dari pantauan guru dan murid, dan tidak diawasasi kamera pengawas.
"ki-kita mau a-apa disini?" tanya Melody terbata-bata
Angelica mengangkat tangannya dan mencekik Melody.
"uhuk, uhuk..le...paskan" wajahnya mulai memerah dan ia kesulitan bernafas. Membuat gadis itu meronta ronta namun cengkramannya semakin kuat.
"Rupanga kau sudah berani menantangku ya? baru dua minggu lalu aku memperingatkanmu jangan dekati Aril, tapi selama itu justru kau malah lebih dekat dengannya!" ucapnya dengan sorot mata tajam lalu dia membuka pintu gudang dan mendorong Melody dengan kasar.
"selamat bersenang senang!" ucapnya lalu mengunci pintu dan pergi.
"heey buka pintunya!, disini gelap sekali, aku takuut!" teriaknya beriiringan dengan gedoran pintu yang keras.
"ada kami disini!" ujar seseorang dari arah belakanh.
Sontak, Melody langsung melirik dan melihat dua orang siswa sudah menyeringai dengan tatapan mesum. Sudah pasti mereka akan melakukan hal yang macam macam. Namun ini diluar kendali Sandy Melody bisa melakukan apapun sesuai keputusannya sekarang.
Sementara diruang perpustakaan, Aril mulai gusar menghadapi sikap Glan. Dia tidak punya topik lain untuk membuatnya bicara. Dia terlalu pendiam, tentu saja karna dia hanya akan cerewet pada Melody dan kakaknya.
"kenapa Alexa lama sekali?" gumamnya mulai khawatir.
"aku pergi!" ucapnya langsung beranjak pergi
"kau akan mencari Alexa kan? aku ikut!" sahutnya langsung membuntuti Glan.
Merekapun segera pergi ke toilet, namun tidak menemukan Melody disana. kemudian mereka beralih ke kelas, ke ruang guru, kelapangan dan ketempat lainnya. namun tetap tidak ketemu
Glan mulai panik dan khawatir. Tidak mungkin kalau Melody pulang begitu saja.
"mungkin dia ada urusan penting, jadi pulang terburu buru!" sahut Aril
Praank!
samar samar terdengar sebuah barang pecah. Mereka langsung mencari sumber suara dan akhirnya tiba digudang.
"Alexa!"
"Melody!"
ucap mereka hampir bersamaan saat melihat Melody turun dari jendela yang dipecahkannya dengan tangan penuh darah.
Melihat itu, Aril segera mendobrak pintu dan mendapati dua siswa yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai.
"ada yang menyuruh mereka!" ucap Melody
"ini tidak bisa di biarkan, mereka harus dihukum, siapa orang yang menyuruh mereka?" seru Aril penuh emosi .
Melody hanya menggelang pelan. dia sangat kelelahan menghadapi Kedua siswa itu dengan memukuli mereka menggunakan besi yang kebetulan ada disana.
"aku mau pulang!" rengeknya sambil menarik kerah baju Glan.
tanpa bicara, Glan langsung membopongnya dan pergi melewati Aril begitu saja. Membuat pria itu merasa bodoh dengan memandangi keduanya.
Resya yang melihat hal itu dari kejauhan menghentakan kakinya dengan kesal, dia terus menggerutu pada Angelica yang hanya bersikap tenang.
"hanya begitu saja? kau malah membuat Alexa semakin dekat dengan Glan!"
"tenang dulu, ini baru permulaan, sekarang akan ada jarak antara Melody dan Aril!" senyumnya lalu pergi.
disisi lain, Glan menyetir mobilnya dengan kecepatan standar. Sesekali dia mengelus puncak rambut Melody yang terus meringis kesakitan. "bertahanlah, sebentar lagi kita akan sampai dirumah sakit!"
"Aku mau pulang, bukan kerumah sakit!" dengusnya.
"tapi tanganmu terluka!"
"tidak apa apa ini sudah biasa terjadi!" Melody segera membekap mulutnya sendiri . Dia lupa kalau Glan sama sekali tidak tahu apa apa tentang dirinya dimasa lalu.
"maksudmu?"
"aah bukan apa apa kok!" cengirnya kekanak kanakan.
"kalau kau menganggapku sebagai sahabatmu, bagi masalahmu padaku, jangan memendamnya sendiri!" kini nada suaranya mulai meninggi.
"aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir!"
"justru itu, saat kau tak ingin membuatku khawatir kau malah membuatku semakin khawatir!"
"tapi-"
"sudah jangan bicara lagi!" tegasnya.
Melody hanya diam dan menundukan kepala, baru kali ini Glan terlihat marah karna kekhawatirannya.
Sampai tiba di rumah besar Glan, tak ada percakapan diantara mereka. padahal Melody meminta untuk mengantarkannya pulang, bukan malah membawannya kerumah besar Keluarga Algalasta ini. Membuatnya kesal saja.
"apa kau marah padaku?" tanyanya sambil memperhatikan wajah Glan yang serius memerban lukanya.
Hening!
Glan sama sekali tidak meresponnya.
"Alga aku sedang bicara padamu!"
Dia masih diam tak acuh.
"Alga!!!" sentaknya sambil menghempaskan tangan Glan dengan kasar.
Dia masih tetap terdiam dengan tatapan mata yang tajam. Membuat nyali gadis itu menciut dan menundukan kepalanya dalam.
"maaf, suaraku terlalu keras!"
tanpa sepatah katapun, Glan kembali menarik lengan Melody dan melanjutkan memerban lengannya.
entah kenapa, saat sedang marah dia menjadi bisu.
Namun Melody tak henti gentinya mengoceh untuk membuat dia mau bicara.
"dengar!" akhirnya suara berat itu terdengar lirih.
"bisakah kau tidak berhubungan dengan lelaki manapun? cukup aku saja!"
tidak melakukan hubungan dengan lelaki manapun? kenapa pertanyaan itu amat menyakitkan hatinya? Melody menundukan kepalanya dalam dan mulai menangis. Membuat Glan semakin khawatir dan mendekap Melody kedalam dekapan hangatnya.
"aku tidak pernah ingin melakukan hubungan apapun dengan banyak lelaki. Aku...aku...aku sama sekali tidak pernah menginginkannya, tapi kenapa semua ini selalu terjadi padaku? hiks...hiks..." tangisnya semakin menjadi jadi. Dia menarik narik kerah baju Glan, dan sesekali memukuli dada bidangnya. Menggigit bahunya dan mencakar lengannya seperti kucing liar, setelah itu dia kembali memeluknya dengan erat. Memang aneh, tapi begitulah dia melampiaskan kekesalannya.
Glan yang menjadi korbannyapun hanya diam, . Dia hanya bisa memberikan sentuhan lembut untuk menenangkannya.
"sudah berhenti!" Glan mengelus rambutnya penuh sayang. Membuat gadis musim semi itu berhenti menangis dan menatapnya.
"maafkan aku!" ucapnya dengan suara sangau karna tangis.
Glan terkekeh pelan, Lalu dia mencubit pipinya pelan, dan menggesekan hidungnya pada hidung Kecil Melody. "dasar kucing liar!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Aqiyu
kalau Melody minum pil KB berati dia dan client ga pake pengaman dong bisa jadi kena penyakit nanti si Melody
dan Alga belum tahu kehidupan Melody yang sekarang.ihh malah ngeri tapi kasihan sama Melody
2022-06-13
2
Maria Suharti
kasihan melodi
jln hidupnya.pamannya ky binatang SJ
smgga dapat karmanya
2022-04-22
1
Tri
kasihan juga ini melody...hidunpnya terlunta lunta
2022-03-07
0