Kenangan Terakhir Sin Kai Sian.

Tanpa terasa, tiga musim berlalu kembali dengan begitu cepat, kini usia Cin Hai sudah genap sepuluh tahun.

Wajah nya kini terlihat sangat tampan dengan kulit putih bersih dan tubuh kekar berotot.

Kini kegiatan mengambil air di sungai, atas saran dari Yin Mei putri sang Patriak, sudah menjadi kegiatan rutin Cin Hai, tidak lagi bergantian dengan murid murid perguruan yang lain nya l.

Entah karena apa, semakin lama, kebencian Yin Mei kepada Cin Hai semakin menjadi jadi saja, apa lagi kini Cin Hai sudah semakin akrab dengan Me Hwa yang kini sudah menjadi dara cantik berusia tiga belas tahun itu, kebencian Yin Mei kian besar kepada nya.

Ditambah lagi dengan bantuan dari kakak sepupu nya Sin Wen dan Mei Li, kebencian nya seperti mendapat angin segar.

Kakek Guan dan nenek Mou Ni bukan nya tidak tahu, tetapi mereka juga tidak berdaya menghadapi semua ini.

Seluruh teori pelajaran silat jurus Sin Houw Liong Cam (Harimau sakti membunuh naga) yang di ajarkan oleh kakek Guan dan nenek Mou Ni, sudah dia kuasai di luar kepala, tinggal pematangan nya lagi dengan cara selalu latihan terus menerus.

Begitu juga dengan jurus Sin Kai Thien Tin (pengemis sakti menggoncang langit ) dari kakek Sin Kai Sian, sudah dia kuasai keseluruhan nya, tinggal pemantapan nya saja lagi.

Begitupun dengan ilmu meringankan tubuh Hui Fung, sudah hampir mencapai tingkat ke delapan.

Dalam tiga tahun itu pula, tingkat kultivasi Cin Hai melesat, tiga tingkat, menerobos ke ranah Alam Ksatria tingkat menengah, tanpa siapa pun mengetahui nya.

Ini semua terjadi tentu saja atas bimbingan dan bantuan kakek Sin Kai Sian sendiri, yang tanpa rasa lelah, membimbing Cin Hai.

Kini di usia sekarang ini, Cin Hai sering pergi ke hutan selama berhari hari lama nya.

Hal itu dia lakukan, Disamping menghindari murid murid perguruan Sin Houw yang mulai banyak yang tidak senang kepada nya terutama pihak laki laki. karena banyak nya murid murid perempuan yang mengidolakan Cin Hai karena ketampanan dan bentuk tubuh nya yang luar biasa itu, juga untuk berlatih silat dan berkultivasi di tengah hutan yang jauh dari keramaian.

Tidak jarang juga Cin Hai pergi kehutan hingga berhari hari bersama kedua sahabat nya itu.

Di pondok mereka yang berada di tengah hutan itulah Cin Hai menginap.

Diam diam dia sering memberi petunjuk tentang kelemahan kelemahan dari jurus silat yang di mainkan kedua sahabat nya itu, serta memberikan petunjuk bagai mana cara menutupi kelemahan dari jurus itu, agar tidak ada celah yang dapat di manfaatkan pihak lawan.

Dengan mengetahui titik titik kelemahan jurus mereka itu, bila nanti mereka Berti dengan lawan dengan jurus yang sama, mereka tahu letak kelemahan lurus lawan nya.

Yi Feng dan Ma Qiau memang sudah tahu dengan kejeniusan otak Cin Hai itu, jadi mereka tidak terlalu heran bila sahabat mereka itu bisa tahu letak titik titik lemah dari jurus itu.

Dengan menutupi celah dari jurus jurus mereka, kini Yi Feng dan Ma Qiau sebenar nya menjadi tokoh remaja yang cukup pilih tanding juga.

Pada suatu hari, seperti biasa nya, setelah selesai mengambil air di sungai untuk memenuhi gentong gentong air di seluruh perguruan Sin Houw, Cin Hai segera mengunjungi kakek tua Sin Kai Sian di pondok nya.

Saat itu kakek tua itu sedang duduk di depan pintu pondok nya itu.

Wajah kakek Sin Kai Sian nampak berseri seri saat melihat Cin Hai datang.

"Ayo ayo masuk nak, kakek sedari tadi menantikan kamu" ujar kakek Sin Kai Sian sambil mempersilahkan Cin Hai naik kedalam pondok nya itu.

Cin Hai segera mengeluarkan bekal yang dia bawa untuk kakek Sin Kai Sian.

"Nak!, ini kali terakhir kau mengantarkan bekal untuk ku, setelah ini kau jangan datang kesini lagi nak!" ujar kakek Sin Kai Sian sambil mengunyah makanan yang di berikan oleh Cin Hai.

Terperanjat Cin Hai mendengar perkataan dari kakek tua renta yang baik hati itu, "memang nya setelah ini, kakek mau kemana kek?" tanya nya lugu.

"He he he he, tentu saja meneruskan pengembaraan kakek nak, menyusuri alam semesta yang tak bersisi ini!" jawab kakek Sin Kai Sian terkekeh tertawa.

"Apakah Cin Hai boleh ikut kek?" tanya Cin Hai lagi.

"He he he he, tentu saja tidak boleh nak, tugas dan tanggung jawab mu masih banyak, ini terimalah cincin ruang kelas satu ini nak sebagai warisan dari kakek, mulai sekarang kau resmi sebagai murid satu satu nya dan penerus dari Sin Kai Sian, kau bisa mengaktifkan cincin itu dengan meneteskan darah mu, aku sudah mengajarkan semua pengetahuan ku pada mu, ilmu silat, teori berkultivasi, ilmu tabir gaib , ilmu Formasi sudah ku turun kan semua, tinggal kau berjalan lah di jalan kebenaran nak, para Dewa akan menjaga mu, sekarang terimalah pemberian terakhir dari ku ini nak, kau duduklah dengan sempurna, buka semua titik Meridian mu, dan salurkan apa yang kuberikan ini kedalam Dantian mu, tidak usah kau lawan!" ucap kakek tua renta itu menyuruh Cin Hai duduk sempurna membelakangi diri nya.

Setelah Cin Hai duduk sempurna, kakek Sin Kai Sian segera menempelkan kedua telapak tangan nya ke punggung Cin Hai.

Cin Hai merasa ada arus qi murni yang mengalir dari telapak tangan kakek Sin Kai Sian memasuki tubuh nya.

Mula mula arus itu terasa kecil saja, namun semakin lama, arus itu semakin membesar memasuki setiap titik Meridian nya, memenuhi Dantian nya.

Arus energi qi murni itu terus mengalir memasuki tubuh Cin Hai, sehingga tubuh anak itu bergetar hebat sekali.

tetapi beruntung, dengan latihan beban membawa ember setiap hari, menjadikan daya tahan tubuh nya sangat kuat sekali.

Seandainya bukan diri nya yang menerima energi sebesar itu, sudah bisa dipastikan jika tubuh orang itu akan meledak dahsyat, karena Dantian nya pecah.

Setelah beberapa saat lama nya, energi qi murni yang mengalir kedalam tubuh Cin Hai semakin melemah, dan akhirnya berhenti sama sekali, bersamaan dengan ambruk nya tubuh Sin Kai Sian di belakang Cin Hai.

Cin Hai membalikan tubuh nya, dilihat nya tubuh Kakek tua Sin Kai Sian tinggal tulang belulang berbalut kulit saja lagi yang tersisa.

"Kakek!, kakek!" suara Cin Hai memecah kesunyian hutan.

Tiba tiba dari dalam tubuh kakek tua renta itu l, memancar cahaya putih ke biru biruan.

Cahaya putih itu menggumpal dan memadat, membentuk tubuh seorang pemuda tampan berusia sekitar dua puluh lima tahunan berpakaian serba putih.

"Cin Hai murid ku, tugas terakhir ku telah selesai ku tunaikan, inilah wujud asli ku sekarang nak, akulah Sin Kai Sian yang sejati, aku sengaja menutupi kultivasi mu agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari, aku akan meneruskan pengembaraan ku, sewaktu waktu, aku akan datang menjenguk mu, pergilah ke Utara, carilah lembah Dewa Maut, ada sesuatu yang menanti mu di sana nak, berjalan lah dengan takdir mu sendiri, tebarkan kebaikan di muka Bumi ini, perangi lah semua kejahatan , perbanyak lah berbuat kebajikan!" ucap pemuda tampan perwujudan dari Sin Kai Sian sekarang ini.

Setelah itu, pemuda perwujudan dari cahaya itu pecah seperti kunang kunang, lalu menghilang dari pandangan mata.

Bersamaan dengan sirna nya tubuh sang Suhu, pondok yang tadi ada, perlahan ikut sirna menjadi sebatang pohon Ara besar.

Lama Cin Hai berdiri terpaku ditempat nya, tidak mengerti apa yang harus dia lakukan.

Dia meyakini jika sang Suhu sekarang sudah menjadi seorang Dewa.

...****************...

Terpopuler

Comments

Roni Sakroni

Roni Sakroni

ternyata dewa yang telah menyamar

2024-05-16

0

ꪶꫝHIDAYAT

ꪶꫝHIDAYAT

Mantap dan keren Thor

2024-04-11

0

Sutarwi Ahmad

Sutarwi Ahmad

mantap Thor hayo lanjut.......smangat.

2024-03-31

2

lihat semua
Episodes
1 Pertarungan di Tengah Hujan panas.
2 Pembantaian Sadis.
3 Kepedihan hati dua anak manusia.
4 Berusaha bangkit .
5 Bertahan untuk Hidup .
6 Bertarung dengan Serigala Hitam .
7 Serigala yang Terluka.
8 Terpisah.
9 Bertemu Orang Tua yang Baik Hati.
10 Pengemis Renta di Kaki Bukit.
11 Dantian nya Cacat.
12 Ilmu Hui Fung (Angin Berkelebat).
13 Di Tempa Dendam Kesumat.
14 Kenangan Terakhir Sin Kai Sian.
15 Kisah Dua Saudara.
16 Mencari Lembah Dewa Maut.
17 Dikira Pecundang, ternyata Terpandang.
18 Bertemu Si Tua Gila.
19 Jurus San I Koay Sian.
20 Lelaki Aneh, didalam Lembah.
21 Akhir Hidup Sin Tiauw Giam Lo Ong.
22 Pek Tiauw Kong hiap, (Pendekar Muda sang Rajawali putih).
23 Pertarungan Pertama .
24 Diperebutkan Tiga Dara Cantik.
25 Arogansi Penjaga Gerbang.
26 Akhir Sebuah Sikap Arogan.
27 Galau nya Hati Tiga Dara.
28 Pek I Kai Pang (Perkumpulan Pengemis Baju Putih).
29 Dara Cantik, tapi Pemarah.
30 Pengemis Buta.
31 Ramalan Bu Beng Sin Kai.
32 Bertemu Sahabat Lama
33 Tantangan Dara Sombong.
34 Mendapat Pelajaran Pahit.
35 Meniti Jejak Takdir.
36 Bertemu Kong Thai Sian Shin Liong.
37 Kejatuhan Bulan.
38 Kekaguman sang Dewi.
39 Siang Ti Kui (Sepasang Hantu Tanah).
40 Pertarungan Dimulai.
41 Tewas nya Siang Ti Kui.
42 Tokoh Tokoh Sakti Mulai Berdatangan.
43 Kemelut Thien Giok, Dimulai.
44 Po Siaw Toat Shin (Seruling Pusaka Perenggut Sukma).
45 Petaka Karena Keras Kepala.
46 Amukan Thien Giok.
47 Pengorbanan Seorang Anak Muda.
48 Kesedihan Dewi Li Hwa.
49 Akhir Petaka, Awal nya Duka.
50 Naga Laut Utara.
51 Di Istana Dewa Naga.
52 Jamuan Keluarga di Istana Dewa Naga.
53 Membujuk Putri Manja.
54 Perguruan Teratai Putih.
55 Terjebak rasa Congkak.
56 Tindakan yang Gagal
57 Misteri Tuan Penolong.
58 Ang Coa Sian Li.
59 Ang Coa Ong Ya.
60 Tuan muda Duan.
61 Ang Coa Chu Kiam.
62 Tiba di Kota Tao.
63 Benang merah mulai tersingkap.
64 Jejak di Tengah Rimba.
65 Perkampungan Didalam Tebing Batu.
66 Dinasti Quon.
67 Dendam Klan Duan.
68 Swan Niang di Culik.
69 Mendatangi Markas Klan Duan.
70 Pertarungan di Gerbang Klan Duan.
71 Ang Yu Ji Hwa dan Ban Tok Kiam.
72 Pertarungan.
73 Sang Patriak Klan Duan.
74 Sifat Jumawa Membawa Petaka .
75 Akhir Kisah Klan Duan.
76 Ma Bin Lo Mo.
77 Memprovokasi perasaan Cin Hai.
78 Akhir kisah Ma Bin Lo Mo.
79 Ilmu Jit Yang.
80 Muncul nya Tokoh Tokoh Tua.
81 Teror di Desa Makuo.
82 Hui Kui.
83 Ang Hui Kui
84 Xioyang Bo Ti.
85 Pertarungan di Gerbang Utara Kota Famoa.
86 Arogansi Klan Tuo.
87 Pasukan Keamanan Klan Tuo.
88 Kebejatan Klan Tuo.
89 Tok Ji Shin Cui.
90 Tok Ji Shin Cui.
91 Murka.
92 Pertarungan di Malam Hari.
93 Pengawal Dinasti Quon.
94 Tuan Muda Quon Fei Ruan.
95 Penyesalan Ban Jiu.
96 Gugur sebagai Ksatria terhormat.
97 Ada Api Dendam.
98 Hawa Sihir.
99 Pembunuh Bayaran.
100 Pemancing Tua yang Aneh.
101 Korban Ketamakan.
102 Siocia yang Angkuh.
103 Akibat terlalu Arogan.
104 Bertemu Lagi.
105 Dara Dara Cantik
106 Hukuman Jadi Selir
107 Serangan Suara Tawa.
108 Sumpah Langit.
109 Rasa nya Takut.
110 Empat Pria Aneh.
111 Nalina Lenyap.
112 Hukuman dari Kakek Uday Chan.
113 Bantuan Bu Beng Sin Kai.
114 Pertarungan di Kuil Tua.
115 Akhir Pertarungan di Kuil Tua.
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Pertarungan di Tengah Hujan panas.
2
Pembantaian Sadis.
3
Kepedihan hati dua anak manusia.
4
Berusaha bangkit .
5
Bertahan untuk Hidup .
6
Bertarung dengan Serigala Hitam .
7
Serigala yang Terluka.
8
Terpisah.
9
Bertemu Orang Tua yang Baik Hati.
10
Pengemis Renta di Kaki Bukit.
11
Dantian nya Cacat.
12
Ilmu Hui Fung (Angin Berkelebat).
13
Di Tempa Dendam Kesumat.
14
Kenangan Terakhir Sin Kai Sian.
15
Kisah Dua Saudara.
16
Mencari Lembah Dewa Maut.
17
Dikira Pecundang, ternyata Terpandang.
18
Bertemu Si Tua Gila.
19
Jurus San I Koay Sian.
20
Lelaki Aneh, didalam Lembah.
21
Akhir Hidup Sin Tiauw Giam Lo Ong.
22
Pek Tiauw Kong hiap, (Pendekar Muda sang Rajawali putih).
23
Pertarungan Pertama .
24
Diperebutkan Tiga Dara Cantik.
25
Arogansi Penjaga Gerbang.
26
Akhir Sebuah Sikap Arogan.
27
Galau nya Hati Tiga Dara.
28
Pek I Kai Pang (Perkumpulan Pengemis Baju Putih).
29
Dara Cantik, tapi Pemarah.
30
Pengemis Buta.
31
Ramalan Bu Beng Sin Kai.
32
Bertemu Sahabat Lama
33
Tantangan Dara Sombong.
34
Mendapat Pelajaran Pahit.
35
Meniti Jejak Takdir.
36
Bertemu Kong Thai Sian Shin Liong.
37
Kejatuhan Bulan.
38
Kekaguman sang Dewi.
39
Siang Ti Kui (Sepasang Hantu Tanah).
40
Pertarungan Dimulai.
41
Tewas nya Siang Ti Kui.
42
Tokoh Tokoh Sakti Mulai Berdatangan.
43
Kemelut Thien Giok, Dimulai.
44
Po Siaw Toat Shin (Seruling Pusaka Perenggut Sukma).
45
Petaka Karena Keras Kepala.
46
Amukan Thien Giok.
47
Pengorbanan Seorang Anak Muda.
48
Kesedihan Dewi Li Hwa.
49
Akhir Petaka, Awal nya Duka.
50
Naga Laut Utara.
51
Di Istana Dewa Naga.
52
Jamuan Keluarga di Istana Dewa Naga.
53
Membujuk Putri Manja.
54
Perguruan Teratai Putih.
55
Terjebak rasa Congkak.
56
Tindakan yang Gagal
57
Misteri Tuan Penolong.
58
Ang Coa Sian Li.
59
Ang Coa Ong Ya.
60
Tuan muda Duan.
61
Ang Coa Chu Kiam.
62
Tiba di Kota Tao.
63
Benang merah mulai tersingkap.
64
Jejak di Tengah Rimba.
65
Perkampungan Didalam Tebing Batu.
66
Dinasti Quon.
67
Dendam Klan Duan.
68
Swan Niang di Culik.
69
Mendatangi Markas Klan Duan.
70
Pertarungan di Gerbang Klan Duan.
71
Ang Yu Ji Hwa dan Ban Tok Kiam.
72
Pertarungan.
73
Sang Patriak Klan Duan.
74
Sifat Jumawa Membawa Petaka .
75
Akhir Kisah Klan Duan.
76
Ma Bin Lo Mo.
77
Memprovokasi perasaan Cin Hai.
78
Akhir kisah Ma Bin Lo Mo.
79
Ilmu Jit Yang.
80
Muncul nya Tokoh Tokoh Tua.
81
Teror di Desa Makuo.
82
Hui Kui.
83
Ang Hui Kui
84
Xioyang Bo Ti.
85
Pertarungan di Gerbang Utara Kota Famoa.
86
Arogansi Klan Tuo.
87
Pasukan Keamanan Klan Tuo.
88
Kebejatan Klan Tuo.
89
Tok Ji Shin Cui.
90
Tok Ji Shin Cui.
91
Murka.
92
Pertarungan di Malam Hari.
93
Pengawal Dinasti Quon.
94
Tuan Muda Quon Fei Ruan.
95
Penyesalan Ban Jiu.
96
Gugur sebagai Ksatria terhormat.
97
Ada Api Dendam.
98
Hawa Sihir.
99
Pembunuh Bayaran.
100
Pemancing Tua yang Aneh.
101
Korban Ketamakan.
102
Siocia yang Angkuh.
103
Akibat terlalu Arogan.
104
Bertemu Lagi.
105
Dara Dara Cantik
106
Hukuman Jadi Selir
107
Serangan Suara Tawa.
108
Sumpah Langit.
109
Rasa nya Takut.
110
Empat Pria Aneh.
111
Nalina Lenyap.
112
Hukuman dari Kakek Uday Chan.
113
Bantuan Bu Beng Sin Kai.
114
Pertarungan di Kuil Tua.
115
Akhir Pertarungan di Kuil Tua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!