Pembantaian Sadis.

Wanita cantik itu mengamuk dengan pedang terhunus nya, membabat siapa saja yang berada di dekat nya.

Sambil bertarung, dia berusaha melindungi sang suami yang sudah terluka parah itu.

"Meme!, lari lah selagi masih sempat, bawa putra putra kita, jangan hiraukan aku!" teriak pemuda itu Sabil terus mencoba melawan dengan sisa sisa tenaga nya.

"Tidak kakak!, kita hidup bersama, maka mati pun kita bersama, meskipun cuma dalam waktu yang singkat, aku sangat bahagia bersama mu suami ku, ayo kita berjuang bersama atau mati bersama!" teriak wanita cantik itu Sabil terus mengayunkan pedang nya.

Dentingan suara pedang beradu terdengar hingga ke tepi kali kecil itu.

"Kakak Jiang suara apa itu kak?" tanya sang adik yang baru berusia lima tahun itu kepada sang kakak yang berusia tujuh tahun itu.

"Diam lah dik, jangan banyak bicara, ayo kita pulang, tetapi jangan bicara ya!" kata sang kakak sambil berjongkok agar adik nya bisa naik ke punggung nya.

Perlahan, kedua bersaudara, adik Kaka itu berjalan menuju ke rumah mereka.

Setelah dekat rumah, sang kakak yang berjalan sambil menggendong adik nya di belakang itu mendengar suara umpatan dan cacian serta ribut nya pertarungan.

Dengan mengendap endap di balik sebongkah batu besar, kedua anak itu mengintip apa yang terjadi.

Betapa kagetnya kedua anak kecil itu, melihat kedua orang tua mereka sedang bertarung dengan tujuh orang laki laki tinggi besar berjubah merah semua nya.

Hampir saja sang adik berteriak, seandainya tidak buru buru mulut nya di bekap sang kakak.

Anak laki laki yang tertua itu teringat pesan sang ibu nya yang selalu dia ucapkan, "nak bila sesuatu terjadi dengan ayah dan ibu, berjanjilah kau akan selalu menjaga adik mu ya sayang, hidup rukun dengan adik mu, dia kerabat mu satu satu nya di Dunia ini nak, kau harus bisa menyelamatkan adik mu nak, jadilah tonggak tempat adik bersandar, jadilah benteng yang selalu menjaga nya dari bahaya serta jadilah selimut yang selalu menghangatkan nya, kau berjanji sayang?".

"Bu!, mengapa ibu selalu mengulang dan mengulang kata kata itu bu, meskipun tak ibu minta, Jiang akan selalu menjaga adik bu, Jiang berjanji, selama Jiang masih hidup, Jiang akan selalu menjaga adik!" jawab Fu Jiang Bi, sambil memeluk ibu nya.

Fu Cin Hai sang adik terdiam tidak bisa berkata kata lagi, pemandangan tubuh sang ayah yang sudah bermandikan darah itu, benar benar menggoncang jiwa kecil nya, hingga kaki tidak bisa dia gerakan lagi.

Meskipun sudah terluka parah, Fu Cai Ong tetap melawan dengan sisa sisa tenaga yang ada pada nya.

Quon Lian Eng sang istri masih terus mengayunkan pedang nya sambil berusaha melindungi sang suami nya.

Namun malang tak bisa di tolak dan untung tak bisa di raih, Fu Cai Ong yang sudah banyak kehilangan darah itu akhir nya jatuh ketanah dengan dengkul nya sebagai penahan, tenaga nya sudah sampai di titik akhir nya.

Quon Lian Eng merangkul tubuh sang suami nya itu, berusaha mengajak nya berdiri kembali.

"Adik Lian Eng!, maaf kan aku, aku tidak bisa lebih lama lagi bersama kau dan pura kita, ak!" kata kata Fu Cai Ong terhenti ketika sebuah pedang lawan menusuk dada nya hingga tembus.

Pemuda itu roboh didalam pelukan sang istri yang meraung menangisi sang suami nya itu.

Perlahan, di letakan nya tubuh sang suami nya itu, lalu diangkat nya pedang nya tinggi tinggi, dengan sekali lompat, diserang nya laki laki yang menyerang suami nya tadi.

Pertarungan tidak seimbang pun kembali terjadi, seorang wanita cantik, melawan tujuh orang laki laki.

Sekuat apa pun wanita itu bertahan, karena memang keadaan yang tidak seimbang, akhirnya satu tusukan pedang lawan, berhasil mengakhiri perlawanan nya, ketika dada nya tertembus pedang lawan.

Wanita cantik itu roboh diatas tubuh sang suami nya itu.

Sambil berlinangan air mata, wanita itu berbicara dengan sang suami nya yang juga sudah sekarat itu, "suami ku, ingat janji kita, hidup mu adalah hidup ku, dan mati mu adalah mati ku, siapapun tidak akan mampu memisahkan kita, meski Dewa sekalipun, aku selalu mencintaimu suami ku!".

Entah kebencian apakah yang ada di hati para laki laki itu, sehingga tubuh yang sudah tidak berdaya itupun masih saja mereka hujani dengan tusukan pedang hingga hampir tidak berbentuk lagi.

"Sudah!, sudah!, kudengar mereka memiliki putra, ayo cari dan bunuh juga putra nya, bila tidak, mereka akan menjadi batu sandungan di kemudian hari!" kata salah seorang dari mereka.

ketujuh orang laki laki paro baya itu segera berlari memasuki rumah, mencari keberadaan putra dari orang yang mereka bunuh.

Sementara itu, dari jarak yang tidak terlalu jauh di samping rumah berlindung di balik sebongkah batu besar, kedua kakak beradik itu terdiam kaku melihat kedua orang tua mereka yang tewas dengan sangat mengenaskan itu.

Mendengar orang orang itu sedang mencari mereka berdua, Jiang Bi segera menggendong sang adik di belakang nya, lalu berlari memasuki hutan lebat yang tidak jauh dari rumah mereka.

Sambil air mata nya berderai jatuh, anak kecil itu berlari di dalam hutan sambil menggendong sang adik tanpa tujuan, yang pasti, lari dari orang orang itu.

Entah sudah berapa lama dia berlari tanpa berhenti, luka di tubuh nya karena duri dan onak serta ranting, tidak lagi dia hiraukan.

Hingga saat hari menjelang senja, anak laki laki itu pun tersungkur jatuh di dekat sebuah goa kecil, tenaga nya kini benar benar sudah terkuras habis.

"Kakak Jiang!, bangun kak!, bangun kak!, Cin Hai takut kak!, ayo bangun kak!" suara sang adik mencoba membangunkan kakak nya sambil menggoyang goyang tubuh sang kakak.

Namun kakak nya terdiam tak lagi dapat membuka mata nya, entah pingsan, entah tewas.

Tangis anak kecil usia lima tahun itu kian menyayat hati, karena panggilan nya tidak juga dapat membangunkan sang kakak.

Hari mulai rintik pertanda sebentar lagi hujan turun.

Kini air mata anak kecil itu mengalir bersama air tetes air hujan yang mulai turun.

Dengan sekuat tenaga, ditarik nya tubuh sang kakak memasuki goa kecil yang cuma pas untuk tubuh mereka itu.

Setelah melewati perjuangan yang luar biasa berat nya, sedikit demi sedikit, tubuh sang kakak berhasil juga dia geser menuju kedalam goa.

Sambil berbaring di dalam goa, dipeluk nya tubuh sang kakak dengan erat nya, sedu sedan nya terus terdengar sepanjang malam yang gelap gulita itu, sambil sesekali mengguncang tubuh kakaknya serta memanggil nya.

Menjelang malam, dari kejauhan terdengar suara lolongan serigala seperti merintih lirih, membuat badan kecil itu menggigil ketakutan.

Bayang bayang bagai mana kedua orang tua nya di bantai dengan sadis kembali berputar di kepala nya.

"kak Jiang!, Cin Hai takut kak, bangun lah kak, aku takut sekali, mereka mengejar kita kak, tolong aku kak!" rintih nya terdengar pilu, badan nya menggigil ketakutan.

Dipeluk nya tubuh sang kakak dengan erat sekali, sambil wajah nya dia benamkan di dada kakak nya, air mata nya tak henti henti nya mengalir sepanjang malam itu.

Apalagi saat terdengar suara lolongan serigala itu kian mendekat saja, rasa takut nya pun semakin memuncak.

Rupanya serigala itu terlalu besar, hingga tidak muat untuk masuk kedalam lobang goa itu. Akhirnya serigala itu cuma mengendus endus di sekitar mulut goa yang sangat kecil itu.

Setelah sekian lama tidak berhasil masuk kedalam lobang goa yang sempit itu, akhir nya, serigala itupun berbaring di mulut goa.

...****************...

Terpopuler

Comments

RisingPhoenix

RisingPhoenix

Menarik ceritanya, cuma sayangnya di awal wanitanya disuruh kembali, tapi kok dibunuh ya?

2024-04-24

1

Fatimatuzzahra Fatimah

Fatimatuzzahra Fatimah

menarik

2024-05-14

0

ꪶꫝHIDAYAT

ꪶꫝHIDAYAT

Next Thor

2024-04-09

0

lihat semua
Episodes
1 Pertarungan di Tengah Hujan panas.
2 Pembantaian Sadis.
3 Kepedihan hati dua anak manusia.
4 Berusaha bangkit .
5 Bertahan untuk Hidup .
6 Bertarung dengan Serigala Hitam .
7 Serigala yang Terluka.
8 Terpisah.
9 Bertemu Orang Tua yang Baik Hati.
10 Pengemis Renta di Kaki Bukit.
11 Dantian nya Cacat.
12 Ilmu Hui Fung (Angin Berkelebat).
13 Di Tempa Dendam Kesumat.
14 Kenangan Terakhir Sin Kai Sian.
15 Kisah Dua Saudara.
16 Mencari Lembah Dewa Maut.
17 Dikira Pecundang, ternyata Terpandang.
18 Bertemu Si Tua Gila.
19 Jurus San I Koay Sian.
20 Lelaki Aneh, didalam Lembah.
21 Akhir Hidup Sin Tiauw Giam Lo Ong.
22 Pek Tiauw Kong hiap, (Pendekar Muda sang Rajawali putih).
23 Pertarungan Pertama .
24 Diperebutkan Tiga Dara Cantik.
25 Arogansi Penjaga Gerbang.
26 Akhir Sebuah Sikap Arogan.
27 Galau nya Hati Tiga Dara.
28 Pek I Kai Pang (Perkumpulan Pengemis Baju Putih).
29 Dara Cantik, tapi Pemarah.
30 Pengemis Buta.
31 Ramalan Bu Beng Sin Kai.
32 Bertemu Sahabat Lama
33 Tantangan Dara Sombong.
34 Mendapat Pelajaran Pahit.
35 Meniti Jejak Takdir.
36 Bertemu Kong Thai Sian Shin Liong.
37 Kejatuhan Bulan.
38 Kekaguman sang Dewi.
39 Siang Ti Kui (Sepasang Hantu Tanah).
40 Pertarungan Dimulai.
41 Tewas nya Siang Ti Kui.
42 Tokoh Tokoh Sakti Mulai Berdatangan.
43 Kemelut Thien Giok, Dimulai.
44 Po Siaw Toat Shin (Seruling Pusaka Perenggut Sukma).
45 Petaka Karena Keras Kepala.
46 Amukan Thien Giok.
47 Pengorbanan Seorang Anak Muda.
48 Kesedihan Dewi Li Hwa.
49 Akhir Petaka, Awal nya Duka.
50 Naga Laut Utara.
51 Di Istana Dewa Naga.
52 Jamuan Keluarga di Istana Dewa Naga.
53 Membujuk Putri Manja.
54 Perguruan Teratai Putih.
55 Terjebak rasa Congkak.
56 Tindakan yang Gagal
57 Misteri Tuan Penolong.
58 Ang Coa Sian Li.
59 Ang Coa Ong Ya.
60 Tuan muda Duan.
61 Ang Coa Chu Kiam.
62 Tiba di Kota Tao.
63 Benang merah mulai tersingkap.
64 Jejak di Tengah Rimba.
65 Perkampungan Didalam Tebing Batu.
66 Dinasti Quon.
67 Dendam Klan Duan.
68 Swan Niang di Culik.
69 Mendatangi Markas Klan Duan.
70 Pertarungan di Gerbang Klan Duan.
71 Ang Yu Ji Hwa dan Ban Tok Kiam.
72 Pertarungan.
73 Sang Patriak Klan Duan.
74 Sifat Jumawa Membawa Petaka .
75 Akhir Kisah Klan Duan.
76 Ma Bin Lo Mo.
77 Memprovokasi perasaan Cin Hai.
78 Akhir kisah Ma Bin Lo Mo.
79 Ilmu Jit Yang.
80 Muncul nya Tokoh Tokoh Tua.
81 Teror di Desa Makuo.
82 Hui Kui.
83 Ang Hui Kui
84 Xioyang Bo Ti.
85 Pertarungan di Gerbang Utara Kota Famoa.
86 Arogansi Klan Tuo.
87 Pasukan Keamanan Klan Tuo.
88 Kebejatan Klan Tuo.
89 Tok Ji Shin Cui.
90 Tok Ji Shin Cui.
91 Murka.
92 Pertarungan di Malam Hari.
93 Pengawal Dinasti Quon.
94 Tuan Muda Quon Fei Ruan.
95 Penyesalan Ban Jiu.
96 Gugur sebagai Ksatria terhormat.
97 Ada Api Dendam.
98 Hawa Sihir.
99 Pembunuh Bayaran.
100 Pemancing Tua yang Aneh.
101 Korban Ketamakan.
102 Siocia yang Angkuh.
103 Akibat terlalu Arogan.
104 Bertemu Lagi.
105 Dara Dara Cantik
106 Hukuman Jadi Selir
107 Serangan Suara Tawa.
108 Sumpah Langit.
109 Rasa nya Takut.
110 Empat Pria Aneh.
111 Nalina Lenyap.
112 Hukuman dari Kakek Uday Chan.
113 Bantuan Bu Beng Sin Kai.
114 Pertarungan di Kuil Tua.
115 Akhir Pertarungan di Kuil Tua.
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Pertarungan di Tengah Hujan panas.
2
Pembantaian Sadis.
3
Kepedihan hati dua anak manusia.
4
Berusaha bangkit .
5
Bertahan untuk Hidup .
6
Bertarung dengan Serigala Hitam .
7
Serigala yang Terluka.
8
Terpisah.
9
Bertemu Orang Tua yang Baik Hati.
10
Pengemis Renta di Kaki Bukit.
11
Dantian nya Cacat.
12
Ilmu Hui Fung (Angin Berkelebat).
13
Di Tempa Dendam Kesumat.
14
Kenangan Terakhir Sin Kai Sian.
15
Kisah Dua Saudara.
16
Mencari Lembah Dewa Maut.
17
Dikira Pecundang, ternyata Terpandang.
18
Bertemu Si Tua Gila.
19
Jurus San I Koay Sian.
20
Lelaki Aneh, didalam Lembah.
21
Akhir Hidup Sin Tiauw Giam Lo Ong.
22
Pek Tiauw Kong hiap, (Pendekar Muda sang Rajawali putih).
23
Pertarungan Pertama .
24
Diperebutkan Tiga Dara Cantik.
25
Arogansi Penjaga Gerbang.
26
Akhir Sebuah Sikap Arogan.
27
Galau nya Hati Tiga Dara.
28
Pek I Kai Pang (Perkumpulan Pengemis Baju Putih).
29
Dara Cantik, tapi Pemarah.
30
Pengemis Buta.
31
Ramalan Bu Beng Sin Kai.
32
Bertemu Sahabat Lama
33
Tantangan Dara Sombong.
34
Mendapat Pelajaran Pahit.
35
Meniti Jejak Takdir.
36
Bertemu Kong Thai Sian Shin Liong.
37
Kejatuhan Bulan.
38
Kekaguman sang Dewi.
39
Siang Ti Kui (Sepasang Hantu Tanah).
40
Pertarungan Dimulai.
41
Tewas nya Siang Ti Kui.
42
Tokoh Tokoh Sakti Mulai Berdatangan.
43
Kemelut Thien Giok, Dimulai.
44
Po Siaw Toat Shin (Seruling Pusaka Perenggut Sukma).
45
Petaka Karena Keras Kepala.
46
Amukan Thien Giok.
47
Pengorbanan Seorang Anak Muda.
48
Kesedihan Dewi Li Hwa.
49
Akhir Petaka, Awal nya Duka.
50
Naga Laut Utara.
51
Di Istana Dewa Naga.
52
Jamuan Keluarga di Istana Dewa Naga.
53
Membujuk Putri Manja.
54
Perguruan Teratai Putih.
55
Terjebak rasa Congkak.
56
Tindakan yang Gagal
57
Misteri Tuan Penolong.
58
Ang Coa Sian Li.
59
Ang Coa Ong Ya.
60
Tuan muda Duan.
61
Ang Coa Chu Kiam.
62
Tiba di Kota Tao.
63
Benang merah mulai tersingkap.
64
Jejak di Tengah Rimba.
65
Perkampungan Didalam Tebing Batu.
66
Dinasti Quon.
67
Dendam Klan Duan.
68
Swan Niang di Culik.
69
Mendatangi Markas Klan Duan.
70
Pertarungan di Gerbang Klan Duan.
71
Ang Yu Ji Hwa dan Ban Tok Kiam.
72
Pertarungan.
73
Sang Patriak Klan Duan.
74
Sifat Jumawa Membawa Petaka .
75
Akhir Kisah Klan Duan.
76
Ma Bin Lo Mo.
77
Memprovokasi perasaan Cin Hai.
78
Akhir kisah Ma Bin Lo Mo.
79
Ilmu Jit Yang.
80
Muncul nya Tokoh Tokoh Tua.
81
Teror di Desa Makuo.
82
Hui Kui.
83
Ang Hui Kui
84
Xioyang Bo Ti.
85
Pertarungan di Gerbang Utara Kota Famoa.
86
Arogansi Klan Tuo.
87
Pasukan Keamanan Klan Tuo.
88
Kebejatan Klan Tuo.
89
Tok Ji Shin Cui.
90
Tok Ji Shin Cui.
91
Murka.
92
Pertarungan di Malam Hari.
93
Pengawal Dinasti Quon.
94
Tuan Muda Quon Fei Ruan.
95
Penyesalan Ban Jiu.
96
Gugur sebagai Ksatria terhormat.
97
Ada Api Dendam.
98
Hawa Sihir.
99
Pembunuh Bayaran.
100
Pemancing Tua yang Aneh.
101
Korban Ketamakan.
102
Siocia yang Angkuh.
103
Akibat terlalu Arogan.
104
Bertemu Lagi.
105
Dara Dara Cantik
106
Hukuman Jadi Selir
107
Serangan Suara Tawa.
108
Sumpah Langit.
109
Rasa nya Takut.
110
Empat Pria Aneh.
111
Nalina Lenyap.
112
Hukuman dari Kakek Uday Chan.
113
Bantuan Bu Beng Sin Kai.
114
Pertarungan di Kuil Tua.
115
Akhir Pertarungan di Kuil Tua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!