Berusaha bangkit .

Setelah beberapa saat di dalam dekapan sang kakak, akhirnya Cin Hai pun berangsur angsur mulai tenang kembali.

Jiang Bi melepaskan pelukan nya, setelah merasa tubuh sang adik sudah benar benar tenang kembali.

Cin Hai menyerahkan sebuah pisau sepanjang satu jengkal setengah pada Jiang Bi.

Jiang Bi baru tersadar jika pisau yang sering mereka gunakan bila berjalan agak jauh dari rumah, masih ada pada sang adik nya itu .

Pisau dengan sarung kulit rusa itu pemberian dari ibu mereka, yang berpesan agar mereka selalu membawa senjata bila keluar agak jauh dari rumah.

Begitu pun ketika mereka mandi ke kali kemarin, mereka membawa pisau itu juga, hingga tanpa sadar, ketika masih melarikan diri kemarin, pisau itu masih tergantung di pinggang sang adik.

Selama masih kecil, Jiang Bi selalu diajar kan kedua orang tua nya untuk bertahan hidup di hutan.

"Ingat lah nak, selagi masih ada hutan, manusia tidak akan kelaparan, hutan adalah ibu kedua umat manusia, maka nya perlakukan hutan dengan sepantas nya!" nasihat itulah yang selalu di ulang ulang Fu Cai Ong untuk sang putra.

Jiang Bi bangkit berdiri, menatap kesekeliling goa itu, meskipun mulut goa sangat kecil, namun di ujung goa itu ada sebuah lobang lagi yang tegak lurus kearah atas.

Nampak cahaya matahari masuk lewat lobang besar yang sangat tinggi itu.

Tanpa sadar, ternyata saat Jiang Bi berlari tanpa arah, hingga dia memasuki sebuah lembah yang cukup besar dengan sekeliling nya gunung gunung yang tinggi menjulang ke angkasa.

Jiang Bi menyambut pisau kecil yang di sodorkan sang adik, lalu mengikatkan di pinggang nya, dan membimbing tangan sang adik untuk keluar dari ruangan goa itu.

Sebelum keluar, terlebih dahulu Jiang Bi menengok ke kiri dan ke kanan, kalau kalau serigala yang di ceritakan sang adik, masih ada di sana.

Setelah merasa yakin aman, barulah dia keluar dari goa itu.

Sekarang Jiang Bi merasa betapa pelajaran yang di berikan sang ayah saat mereka berpetualang berburu binatang di hutan dahulu, sangat berguna sekali.

Sekitar dua puluh langkah dari mulut goa itu, ternyata ada sebuah kali kecil selebar dua depa, dengan air yang dangkal setinggi betis, dan sangat jernih.

Mata Jiang Bi berseri seri setelah melihat di dasar kali itu, sangat banyak batu berwarna hitam mengkilap, yang sering di cari oleh Ayah nya bila mereka berburu di hutan.

Batu itu oleh ayah nya, di namakan batu api, yang mana bila dua buah batu itu di pukulkan, akan menimbulkan percikan api.

Jiang Bi segera melepaskan pakaian nya dan pakaian sang adik untuk selanjut nya, ber cebur di kali kecil itu.

Sambil mandi, Jiang Bi melihat didalam kali kecil itu sangat banyak ikan besar besar sedang berenang di sekitaran tubuh mereka.

Setelah selesai mandi, dia membantu sang adik mengenakan pakaian nya.

Kedua anak manusia ini ternyata di berikan Tuhan satu kelebihan pada mereka berupa daya ingat yang luar biasa serta kecerdasan diatas kecerdasan orang lain.

Meskipun cuma dengan sekali melihat, mereka bisa merekam semua nya secara lengkap di otak mereka, serta mampu memahami dengan cepat dan baik.

Jiang Bi menatap kesekitarnya, melihat apa saja yang alam sediakan untuk mereka hidup.

Dia ingat perkataan sang ayah, bahwa Tuhan tidak menyia nyiakan mahluk nya, paling paling, kita yang malas berpikir.

Disekitar tempat itu, ternyata banyak terdapat pohon bambu tunggal yang tumbuh.

Bambu tunggal, adalah sejenis bambu Betung, namun tidak berumpun seperti bambu umumnya, tetapi tumbuh satu satu seperti pohon kayu.

Sebatang bambu tua berwarna ke kuning Kuningan terlihat roboh melintang di punggung gunung.

Dengan cekatan, di potong nya bambu itu hampir satu depa nya, lalu dia belah belah.

Salah satu dari bilah bambu sebesar pergelangan tangan nya itu, dia raut menjadi sebuah busur panah.

Dengan batang rotan, di buat nya tali senar atau dawai panah nya.

Selanjut nya, dia membuat beberapa pucuk anak panah nya dari bilah bambu yang dia belah tadi.

Untuk sayap atau ekor anak panah nya, dia menggunakan daun palm kipas yang banyak terdapat di sekitar tempat itu.

Perlahan, dengan mengendap endap, Jiang Bi memasuki semak semak di sekitaran pohon siong besar.

Dia memberi isyarat agar sang adik berhenti ditempat nya, tidak mengikuti langkah nya.

Cin Hai berhenti di dekat batu di pinggir kali kecil itu.

Di sebelah semak semak itu, dia melihat seekor kelinci gemuk sedang memakan dedaunan segar.

"Plas!".

Anak panah melesat dari busur buatan Jiang Bi, menembus perut kelinci gemuk itu.

Jiang Bi berlari kearah kelinci itu dengan perasaan yang sangat gembira sekali.

"Adik lihatlah!, kita makan enak hari ini adik!" seru nya sambil menenteng bangkai seekor kelinci gemuk.

Fu Cin Hai berteriak kegirangan, bersorak sambil bertepuk tangan.

Melihat kegembiraan di wajah adik nya itu, betapa hati Jiang Bi merasa terenyuh, pelupuk mata nya terasa berat dengan air mata yang hampir saja membanjiri pipi nya.

Namun dengan sekuat daya, ditahan air mata itu agar tidak keluar.

Setelah mencabut anak panah nya, dia meletakan bangkai kelinci itu di tepi sungai, "adik!, jaga kelinci kita ya!, kakak mau mengumpulkan kayu kering untuk kita memasak nya!" ......

Dengan Patuh nya, Cin Hai duduk diatas batu di samping bangkai kelinci mereka.

Setelah mengumpulkan beberapa kayu kering dan rebung bambu kecil seperti yang sering ayah nya lakukan dahulu bersama nya bila lagi berada di hutan, Jiang Bi pun segera kembali ketempat sang adik nya berada.

Dengan menggunakan batu api dan lumut kering, Jiang Bi berusaha membuat api.

Untung segala nya telah diajarkan oleh ayah nya dahulu sehingga kini dia tidak canggung lagi.

Setelah api menyala, dia meletakan rebung rebung nya diatas api, sementara dia membersihkan perut kelinci itu.

Setelah selesai, dia membuat tonggak kecil di kanan dan kiri api, selanjut nya kelinci itu di tusuk nya, lalu di letakan diatas tonggak tadi, tepat melintang diatas api.

"Adik jaga kelinci kita ya, kakak mau mencari sesuatu!" ucap nya.

"Jangan lama lama ya kak!" pinta Cin Hai pada sang kakak nya itu.

Jiang Bi cuma menganggukkan kepala nya saja.

Sebelum pergi, Jiang Bi terlebih dahulu memeluk tubuh sang adik.

Setelah beberapa saat kemudian, Jiang Bi tiba kembali di dekat api unggun mereka , dengan membawa beberapa pelepah palm yang kering, serta dua batang bambu.

Pelepah pelepah palm itu dia bakar di tempat lain, setelah menjadi abu, kemudian abu itu dimasukan nya kedalam batang bambu yang dia bawa tadi, serta di isi nya dengan air.

Lalu batang batang bambu itu dia letakan di dekat api panggangan kelinci tadi.

Rebung rebung bambu yang dia bakar tadi, dia bawa ke sungai, untuk di kupas dan di letakan diatas daun palm hutan.

Sambil memutar mutar panggang kelinci nya, Jiang Bi tidak lupa melihat bumbung batang bambu yang berisi air abu tadi.

Setelah mendidih beberapa waktu, air di dalam batang bambu itu dia biarkan hingga abu nya benar benar mengendap, lalu air nya dia tampung didalam batang bambu yang satu nya lagi, lalu di panaskan kembali di dekat api hingga mengering dan menyisakan sejenis garam yang sering disebut ayah nya sebagai garam abu.

Setelah panggang kelinci itu matang, Jiang Bi meletakan daging kelinci diatas daun palm.

Jiang Bi mengiris sekerat daging kelinci lalu memberikan nya kepada sang adik.

"Ini makan lah dik!".

Cin Hai menerima sekerat daging yang diberikan sang kakak, selanjut nya menaburkan sedikit garam abu, lalu memasukan kedalam mulut nya.

"Hm, enak kak!" ucap nya, sambil memasukan rebung kedalam mulut nya.

Melihat wajah ceria sang adik , hati Jiang Bi merasa terharu, di cium nya pipi gembul putih kemerahan yang menggembung karena penuh dengan daging kelinci bercampur rebung bakar itu.

...****************...

Terpopuler

Comments

Andi Tole

Andi Tole

di baca dulu bang, biar faham

2024-04-19

0

ꪶꫝHIDAYAT

ꪶꫝHIDAYAT

Pelepah Palm dibakar abunya direbus pada batang bambu kemudian endapan abu itu jadi garam ?
Apakah memang benar endapan abu itu jadi asin ?

2024-04-09

0

herry bjb

herry bjb

kok ada garam...si bocil lari dari rmh gak bawa garam

2024-03-25

0

lihat semua
Episodes
1 Pertarungan di Tengah Hujan panas.
2 Pembantaian Sadis.
3 Kepedihan hati dua anak manusia.
4 Berusaha bangkit .
5 Bertahan untuk Hidup .
6 Bertarung dengan Serigala Hitam .
7 Serigala yang Terluka.
8 Terpisah.
9 Bertemu Orang Tua yang Baik Hati.
10 Pengemis Renta di Kaki Bukit.
11 Dantian nya Cacat.
12 Ilmu Hui Fung (Angin Berkelebat).
13 Di Tempa Dendam Kesumat.
14 Kenangan Terakhir Sin Kai Sian.
15 Kisah Dua Saudara.
16 Mencari Lembah Dewa Maut.
17 Dikira Pecundang, ternyata Terpandang.
18 Bertemu Si Tua Gila.
19 Jurus San I Koay Sian.
20 Lelaki Aneh, didalam Lembah.
21 Akhir Hidup Sin Tiauw Giam Lo Ong.
22 Pek Tiauw Kong hiap, (Pendekar Muda sang Rajawali putih).
23 Pertarungan Pertama .
24 Diperebutkan Tiga Dara Cantik.
25 Arogansi Penjaga Gerbang.
26 Akhir Sebuah Sikap Arogan.
27 Galau nya Hati Tiga Dara.
28 Pek I Kai Pang (Perkumpulan Pengemis Baju Putih).
29 Dara Cantik, tapi Pemarah.
30 Pengemis Buta.
31 Ramalan Bu Beng Sin Kai.
32 Bertemu Sahabat Lama
33 Tantangan Dara Sombong.
34 Mendapat Pelajaran Pahit.
35 Meniti Jejak Takdir.
36 Bertemu Kong Thai Sian Shin Liong.
37 Kejatuhan Bulan.
38 Kekaguman sang Dewi.
39 Siang Ti Kui (Sepasang Hantu Tanah).
40 Pertarungan Dimulai.
41 Tewas nya Siang Ti Kui.
42 Tokoh Tokoh Sakti Mulai Berdatangan.
43 Kemelut Thien Giok, Dimulai.
44 Po Siaw Toat Shin (Seruling Pusaka Perenggut Sukma).
45 Petaka Karena Keras Kepala.
46 Amukan Thien Giok.
47 Pengorbanan Seorang Anak Muda.
48 Kesedihan Dewi Li Hwa.
49 Akhir Petaka, Awal nya Duka.
50 Naga Laut Utara.
51 Di Istana Dewa Naga.
52 Jamuan Keluarga di Istana Dewa Naga.
53 Membujuk Putri Manja.
54 Perguruan Teratai Putih.
55 Terjebak rasa Congkak.
56 Tindakan yang Gagal
57 Misteri Tuan Penolong.
58 Ang Coa Sian Li.
59 Ang Coa Ong Ya.
60 Tuan muda Duan.
61 Ang Coa Chu Kiam.
62 Tiba di Kota Tao.
63 Benang merah mulai tersingkap.
64 Jejak di Tengah Rimba.
65 Perkampungan Didalam Tebing Batu.
66 Dinasti Quon.
67 Dendam Klan Duan.
68 Swan Niang di Culik.
69 Mendatangi Markas Klan Duan.
70 Pertarungan di Gerbang Klan Duan.
71 Ang Yu Ji Hwa dan Ban Tok Kiam.
72 Pertarungan.
73 Sang Patriak Klan Duan.
74 Sifat Jumawa Membawa Petaka .
75 Akhir Kisah Klan Duan.
76 Ma Bin Lo Mo.
77 Memprovokasi perasaan Cin Hai.
78 Akhir kisah Ma Bin Lo Mo.
79 Ilmu Jit Yang.
80 Muncul nya Tokoh Tokoh Tua.
81 Teror di Desa Makuo.
82 Hui Kui.
83 Ang Hui Kui
84 Xioyang Bo Ti.
85 Pertarungan di Gerbang Utara Kota Famoa.
86 Arogansi Klan Tuo.
87 Pasukan Keamanan Klan Tuo.
88 Kebejatan Klan Tuo.
89 Tok Ji Shin Cui.
90 Tok Ji Shin Cui.
91 Murka.
92 Pertarungan di Malam Hari.
93 Pengawal Dinasti Quon.
94 Tuan Muda Quon Fei Ruan.
95 Penyesalan Ban Jiu.
96 Gugur sebagai Ksatria terhormat.
97 Ada Api Dendam.
98 Hawa Sihir.
99 Pembunuh Bayaran.
100 Pemancing Tua yang Aneh.
101 Korban Ketamakan.
102 Siocia yang Angkuh.
103 Akibat terlalu Arogan.
104 Bertemu Lagi.
105 Dara Dara Cantik
106 Hukuman Jadi Selir
107 Serangan Suara Tawa.
108 Sumpah Langit.
109 Rasa nya Takut.
110 Empat Pria Aneh.
111 Nalina Lenyap.
112 Hukuman dari Kakek Uday Chan.
113 Bantuan Bu Beng Sin Kai.
114 Pertarungan di Kuil Tua.
115 Akhir Pertarungan di Kuil Tua.
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Pertarungan di Tengah Hujan panas.
2
Pembantaian Sadis.
3
Kepedihan hati dua anak manusia.
4
Berusaha bangkit .
5
Bertahan untuk Hidup .
6
Bertarung dengan Serigala Hitam .
7
Serigala yang Terluka.
8
Terpisah.
9
Bertemu Orang Tua yang Baik Hati.
10
Pengemis Renta di Kaki Bukit.
11
Dantian nya Cacat.
12
Ilmu Hui Fung (Angin Berkelebat).
13
Di Tempa Dendam Kesumat.
14
Kenangan Terakhir Sin Kai Sian.
15
Kisah Dua Saudara.
16
Mencari Lembah Dewa Maut.
17
Dikira Pecundang, ternyata Terpandang.
18
Bertemu Si Tua Gila.
19
Jurus San I Koay Sian.
20
Lelaki Aneh, didalam Lembah.
21
Akhir Hidup Sin Tiauw Giam Lo Ong.
22
Pek Tiauw Kong hiap, (Pendekar Muda sang Rajawali putih).
23
Pertarungan Pertama .
24
Diperebutkan Tiga Dara Cantik.
25
Arogansi Penjaga Gerbang.
26
Akhir Sebuah Sikap Arogan.
27
Galau nya Hati Tiga Dara.
28
Pek I Kai Pang (Perkumpulan Pengemis Baju Putih).
29
Dara Cantik, tapi Pemarah.
30
Pengemis Buta.
31
Ramalan Bu Beng Sin Kai.
32
Bertemu Sahabat Lama
33
Tantangan Dara Sombong.
34
Mendapat Pelajaran Pahit.
35
Meniti Jejak Takdir.
36
Bertemu Kong Thai Sian Shin Liong.
37
Kejatuhan Bulan.
38
Kekaguman sang Dewi.
39
Siang Ti Kui (Sepasang Hantu Tanah).
40
Pertarungan Dimulai.
41
Tewas nya Siang Ti Kui.
42
Tokoh Tokoh Sakti Mulai Berdatangan.
43
Kemelut Thien Giok, Dimulai.
44
Po Siaw Toat Shin (Seruling Pusaka Perenggut Sukma).
45
Petaka Karena Keras Kepala.
46
Amukan Thien Giok.
47
Pengorbanan Seorang Anak Muda.
48
Kesedihan Dewi Li Hwa.
49
Akhir Petaka, Awal nya Duka.
50
Naga Laut Utara.
51
Di Istana Dewa Naga.
52
Jamuan Keluarga di Istana Dewa Naga.
53
Membujuk Putri Manja.
54
Perguruan Teratai Putih.
55
Terjebak rasa Congkak.
56
Tindakan yang Gagal
57
Misteri Tuan Penolong.
58
Ang Coa Sian Li.
59
Ang Coa Ong Ya.
60
Tuan muda Duan.
61
Ang Coa Chu Kiam.
62
Tiba di Kota Tao.
63
Benang merah mulai tersingkap.
64
Jejak di Tengah Rimba.
65
Perkampungan Didalam Tebing Batu.
66
Dinasti Quon.
67
Dendam Klan Duan.
68
Swan Niang di Culik.
69
Mendatangi Markas Klan Duan.
70
Pertarungan di Gerbang Klan Duan.
71
Ang Yu Ji Hwa dan Ban Tok Kiam.
72
Pertarungan.
73
Sang Patriak Klan Duan.
74
Sifat Jumawa Membawa Petaka .
75
Akhir Kisah Klan Duan.
76
Ma Bin Lo Mo.
77
Memprovokasi perasaan Cin Hai.
78
Akhir kisah Ma Bin Lo Mo.
79
Ilmu Jit Yang.
80
Muncul nya Tokoh Tokoh Tua.
81
Teror di Desa Makuo.
82
Hui Kui.
83
Ang Hui Kui
84
Xioyang Bo Ti.
85
Pertarungan di Gerbang Utara Kota Famoa.
86
Arogansi Klan Tuo.
87
Pasukan Keamanan Klan Tuo.
88
Kebejatan Klan Tuo.
89
Tok Ji Shin Cui.
90
Tok Ji Shin Cui.
91
Murka.
92
Pertarungan di Malam Hari.
93
Pengawal Dinasti Quon.
94
Tuan Muda Quon Fei Ruan.
95
Penyesalan Ban Jiu.
96
Gugur sebagai Ksatria terhormat.
97
Ada Api Dendam.
98
Hawa Sihir.
99
Pembunuh Bayaran.
100
Pemancing Tua yang Aneh.
101
Korban Ketamakan.
102
Siocia yang Angkuh.
103
Akibat terlalu Arogan.
104
Bertemu Lagi.
105
Dara Dara Cantik
106
Hukuman Jadi Selir
107
Serangan Suara Tawa.
108
Sumpah Langit.
109
Rasa nya Takut.
110
Empat Pria Aneh.
111
Nalina Lenyap.
112
Hukuman dari Kakek Uday Chan.
113
Bantuan Bu Beng Sin Kai.
114
Pertarungan di Kuil Tua.
115
Akhir Pertarungan di Kuil Tua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!