BAB 11 : BERUSAHA MENERIMA

...HAPPY READING!!...

Didepan kamar, Farez tanpa sadar masih menggenggam tangan Mora, ketika sadar ia sontak melepas tautan tangannya. "Sorry," ucapnya.

"I-iya," jawab Mora dengan kikuk.

"Masuk duluan," Farez membuka pintu tersebut dan mempersilahkan Mora masuk. Mora tak menolak, ia pun melangkah masuk kedalam, kamar ini cukup besar untuk mereka.

Mora memilih duduk di sofa yang ada disana sembari membuka heels di kakinya yang sangat menyiksa. Saat ia membuka kaos kakinya dan benar saja tumpuan belakang kakinya memerah.

Farez sebelumnya masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri. Jadi Mora saat ini dengan berani membuka cadarnya, ia sebenarnya belum siap untuk memperlihatkan aurat nya pada Farez yang padahal suaminya sendiri.

Namun Mora masih membutuhkan waktu untuk itu.

Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka, membuat Mora dengan cepat memasang kembali cadarnya. Farez keluar dengan keadaan segar karna baru saja habis mandi. Cowok itu mendekat kearah Mora membuat jantung gadis itu berdetak tak karuan.

"Lo gak mau mandi?" tanya Farez dengan suara serak nya.

Mora mengalihkan pandangannya kearah lain, dalam hatinya ia terus beristighfar. "Aku bisa mandi nanti," ucap Mora.

"Gue disini lo ngomong sama siapa?" ucap Farez karna Mora terus mengalihkan pandangannya tanpa mau menatap dirinya.

Karna Mora tak merespon, Farez berjongkok tepat di hadapan Mora. Cowok itu memegang dagu Mora dengan berani nya lalu menolehkan kepala Mora menghadap dirinya.

Mora tersentak kaget ketika tangan Farez menyentuh dagu nya, mata nya membulat sempurna. "Gue disini, lo kenapa? Takut dosa liat gue?" ujar Farez.

"Gak gitu, maksudnya —"

"Gue suami lo Ra, udah gak dosa kan?" potong Farez lagi.

Mora menggeleng.

Farez menaikkan sebelah alisnya. "So? Lo kenapa gak mau liat gue?"

"Gak kebiasa, nanti dicoba buat biasain, maaf," cicit Mora pelan. Fsrez menghela nafas pelan lalu melepas tangannya. Ia melirik kaki Mora yang terlihat memerah. "Kaki lo kenapa?"

"Kena heels," sahut Mora.

"Sakit?"

"Eng— awh!" ringis Mora spontan ketika Farez menekan memar nya.

"Engga sakit?" ejek Farez. Ia pun berdiri meninggalkan Mora disana. Farez keluar kamar entah pergi kemana, Mora tak tau.

Gadis itu menunduk seraya mengeluarkan nafas beratnya. "Gimana hamba bisa jalanin ini ya Allah," ujar Mora pelan.

Lalu kata-kata Umi kembali terngiang di kepala nya.

"Allah selalu punya rencana yang indah untuk hamba nya, asal kita mau berusaha."

Itu lah yang dikatakan Umi padanya. Tekad Mora kembali pulih. "Gak boleh ngeluh, kan belum dicoba," monolog Mora. Gadis itu tersenyum dibalik cadar nya.

Mora menoleh kearah pintu kamar saat mendengar suara langkah kaki. Ternyata itu Della adiknya, ditangan gadis itu ada kotak p3k yang tak tau untuk apa.

"Della? Kok ada disini?" tanya Mora heran.

"Loh, kak Farez teh yang samperin Della dibawah tadi. Kata nya kaki teh Mora luka kan, jadi dia minta tolong Della buat obatin kaki teteh," ujar Della menjelaskan.

Mora tertegun mendengar tuturan Della. Ia tidak mengira cowok itu akan memanggil Della untuk mengobati nya. Mora mengangkat sedikit senyum di wajahnya, ternyata dia peduli.

Della mulai mengambil kapas dari dalam kotak obat yang ia bawa, meneteskan betadine ke kapas lalu mulai mengobati memar di kaki Mora.

"Della heran sama kak Farez, padahal udah jadi suami teteh kok masih suruh Della yang obati. Padahal kan dia bisa obatin teh Mora," cerocos Della.

"Oh jadi kamu gak iklhas?" tanya Mora tersinggung.

"Gak gitu teh, maksud aku ya kenapa gak dia aja gitu, gak perhatian banget jadi suami," cetus Della lagi.

"Gak boleh gitu Del, dia kayak gini aja teteh udah seneng," sahut Mora.

Della memandang Mora dengan jenaka. "Teteh udah suka ya sama kak Farez? Ayo ngaku!" tudung Della.

"Ih apasi Del, udah cepet obatinnya gausah banyak omong," ucap Mora mengelak.

"Ya iyaa."

Beberapa menit kemudian Della telah selesai mengobati kaki Mora. Lalu ia berpamitan keluar dari kamar, untuk kembali ke bawah.

Mora melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul delapan malam. Suara langkah kaki kembali terdengar, Farez datang dengan sepiring nasi ditangan nya.

Mora melihat Farez yang menaruh piring berisi makanan diatas meja didepannya.

"Dari Bunda buat lo," kata nya. Setelah mengatakan itu Farez kembali keluar dari kamar, namun di saat ia berada di ambang pintu suara Mora menginterupsi langkahnya.

"Kamu mau kemana?" tanya Mora.

"Gue tau lo gak bisa buka cadar lo kalau ada gue," cetus Farez. Mora tertegun mendengar itu, ada rasa bersalah didalam dirinya.

"Maaf," ucap Mora menjawab. Tanpa mau menoleh Farez kembali melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

***

Hari semakin larut, dan acara telah benar-benar selesai. Yang tadi nya para orangtua masih berbincang dengan para tamu, kini sudah tidak karna para tamu sudah pulang. Tinggal Kinara Prama, Umi dan Abi saja di sana, sementara Della memilih masuk kekamar.

"Akhirnya acara sudah selesai," ucap Abi.

"Iya, sekarang kita sudah manjadi besan ya," tawa Prama.

Kinara melirik jam weker ditangannya. "Sudah larut, sedang apa anak kita sekarang," celetuk Kinara.

"Sedang istirahat seperti nya, mereka pasti lelah," sahut Umi.

"Benar. Pak Hasan, Bu Ningrum bisa tinggal disini dulu. Sudah larut sekali," ujar Prama.

"Saya pikir juga begitu, Della juga sepertinya sudah tertidur diatas," jawab Abi.

"Yasudah kalau begitu, Pak Hasan Bu Ningrum kami tinggal dulu ke atas ya," pamit Kinara lalu pergi bersama Prama.

Umi mendudukkan bokongnya pada salah satu kursi yang tersedia disana. "Gak kerasa ya Bi, anak kita sekarang sudah besar dan sudah menjadi milik orang lain," celetuk Umi.

Abi menghela nafas panjang. "Ikhlas Umi, kita bisa berkunjung kesini kalau kita rindu sama Mora, mau gimana lagi. Mora sudah bukan sepenuhnya milik kita, dia sudah jadi seorang istri."

"Kita doakan saja, semoga anak kita selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan di sini," sambung Abi.

"Amiin."

***

Satu jam sudah Farez berada di balkon gedung. Ia melihat ramai nya kota Jakarta dari atas sana. Sedari tadi ia terus bergelut dengan isi kepalanya yang tak kunjung usai.

Getar ponsel mengalihkan antensi nya pada ponsel yang ia genggam. Notifikasi dari kontak bernama 'Bunda' membuatnya cepat melihat pesan itu.

...Bunda...

Farez, dimana kamu?

Bunda lihat cuma istrimu dikamar sendiri, cepat kembali!

Jangan tinggalkan istri mu seperti itu.

Istri?

Hati nya merasa geli mendengar kata 'istrimu', tangan Farez bergerak mengetik balasan pada Kinara lalu ia berjalan kembali menuju kamar.

Tiba didepan kamar, perasaan gundah gulana dihatinya membuat dirinya ragu untuk mengetuk pintu itu. Dilihat nya sudah pukul sembilan malam tepat. Sudah cukup larut, ia pikir Mora sudah tertidur.

Akhirnya ia memutuskan untuk membuka langsung pintu itu tanpa mengetuk nya. Saat terbuka, ia tak melihat keberadaan gadis itu didalam.

Kemana dia?

Farez menutup kembali pintu kamar, dan berjalan masuk. Belum genap empat langkah pintu kamar mandi menginterupsi langkahnya.

Mora keluar dengan gamis rumahan dan jilbab bergo hitam yang baru saja diantar oleh Kinara pada nya. Namun ada yang berbeda kali ini, sehingga Farez terkejut melihatnya.

Mora melepas cadarnya.

Mora menatap netra hitam legam milik Farez, dalam hati nya ia sudah panas dingin. Ini pertama kali nya ia melepas cadar nya selain pada keluarganya.

Farez melangkah mendekati Mora. Mata nya terus tertuju pada Mora. Kecantikan yang Mora miliki membuat nya sungguh terpesona seperkian menit.

Tepat didepan Mora, Farez memandang lebih jelas wajah Mora yang terpampang nyata didepannya. Ia baru saja melihat wajah Mora tanpa cadar, sangat cantik.

Farez memang sudah terbiasa melihat gadis cantik diluaran sana, namun kali ini terasa begitu berbeda.

"Lo..?"

Mora tersenyum kearah Farez, itu semakin membuat Farez tak karuan melihatnya.

"Aku bakal biasain buat ga pake cadar di depan kamu, karna kamu udah jadi suami aku. Dosa bagi aku kalau terus-terusan pakai cadar tanpa melepas nya didepan kamu," kata Mora.

Mora sudah memikirkan hal ini sebelumnya, dan ia yakin dengan keputusan yang ia ambil.

Farez terkekeh kecil, ia mengusap wajah nya gusar. Bisa gila lama-lama jika begini. Ia melirik jam dinding menunjukkan pukul setengah sepuluh.

Ia kembali memandang dalam wajah Mora. Ia tidak bisa berpaling dari wajah Mora, ia seakan terhipnotis dengannya.

"Jangan liat kayak gitu, ada yang salah?" Mora mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Cantik."

"Masyallah," sahut Mora.

"Gak tidur?" tanya Farez.

"Ini mau tidur."

"Kalau lo gak bisa seranjang, gue bisa tidur di—"

"Kamu mikir apa? Aku gak papa kok. Ayo tidur," ajak Mora.

***

"Umi Abi beneran mau pulang?" ujar Mora sedih.

"Iya nak, kami gak bisa lama-lama disini. Kalau Umi dan Abi disini terus siapa yang ngurus pondok nanti?" kata Umi.

"Nanti Mora gak bisa ketemu lagi," cicit Mora.

"Nanti kamu ajak Farez dong main ke bandung," jawab Umi lagi. "Udah, kok cengeng sih. Udah gede kok," lanjut Umi mengejek.

"Masa kami terus disini, kan gak mungkin. Lagian adik mu juga harus sekolah kan," sahut Abi mencoba memberi pengertian.

Umi beralih menatap Farez. "Nak, tolong jaga Mora ya. Jangan bikin dia sedih, kalau ada masalah tolong selesaikan dengan cara baik-baik," pesan Umi pada menantu nya.

"Iya Umi," jawab Farez.

"Yahhh teteh tinggal," ejek Della sengaja.

"Della, jangan gitu sama teteh mu," tegur Abi.

"Mora, kalau pun Umi dan Abi jauh dari kamu, kamu jangan lupa ada Allah yang selalu dekat sama kamu. Jangan tinggalkan sholat, perbanyak tahajud, jadi istri yang berbakti sama suami," pesan Umi.

"Umi mu benar nak, paling penting kamu harus turuti semua kata suami mu kecuali itu hal yang membawa dosa," sahut Abi.

"Iya Abi, Umi," jawab Mora pelan.

"Prama, Kinara kami pulang dulu. Kami titip anak kami, tolong jaga dia," pesan Abi pada Kinara dan Prama.

"Pasti, Pak Hasan tenang saja," sahut Prama.

"Ya sudah, kami pamit. Mora Abi Umi dan Della pulang dulu ya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab mereka.

Sepeninggal mobil Abi, Kinara mengusap pelan bahu Mora. "Masih ada Bunda nak, ayo siap-siap kita pulang kerumah sekarang," kata Bunda.

***

sampai ketmu lusa lagii 🥳🥳

Episodes
1 PROLOG ~
2 BAB 1 : BINGUNG
3 BAB 2 : MENUJU KEPUTUSAN
4 BAB 3 : KEPUTUSAN
5 BAB 4 : PANIC ATTACK?
6 BAB 5 : KERIBUTAN
7 BAB 6 : TENTANG MEREKA
8 BAB 7 : PTS
9 BAB 8 : WEDDING DRESS
10 BAB 9 : GEBY
11 BAB 10 : SAH
12 BAB 11 : BERUSAHA MENERIMA
13 BAB 12 : KEHIDUPAN BARU
14 BAB 13 : KEADAAN YANG BERBEDA
15 BAB 14 : MANTAN?
16 BAB 15 : TILTE REMOVED
17 BAB 16 : BELANJA VERSI MORA
18 BAB 17 : PELAJARAN PAGI BAGI FAREZ
19 BAB 18 : BERANGKAT BARENG
20 BAB 19 : BERITA GILA
21 BAB 20 : WHO?
22 BAB 21 : DIA?
23 BAB 22 : PERHATIAN KECIL
24 BAB 23 : SATU KELOMPOK
25 BAB 24 : SOMETHING (?)
26 BAB 25 : TENTANG KEHIDUPAN GISA
27 BAB 26 : MINGGU VIBES
28 BAB 27 : ABOUT EX
29 BAB 28 : GUE SUAMI LO
30 BAB 29 : KARNA KELOMPOK
31 BAB 30 : BUTTERFLY
32 BAB 31 : AA'
33 BAB 32 : LUPA
34 BAB 33 : CEMBURU?
35 BAB 34 : GELISAH
36 BAB 35 : DAMAI
37 BAB 36 : DANGEROUS BOY
38 BAB 37 : TITLE REMOVE
39 BAB 38 : EVENT SEKOLAH
40 BAB 39 : PASAR MALAM
41 BAB 40 : PERJALANAN
42 BAB 41 : BANDUNG
43 BAB 42 : GUS
44 BAB 43 : KELUH KESAH
45 BAB 44 : DANAU
46 BAB 45 : CINCIN
47 BAB 46 : HARUS MULAI TERBIASA
48 BAB 47 : SAKIT DAN BERKUNJUNG
49 BAB 48 : PARFUM
50 BAB 49 : SAKITNYA DATANG BULAN
51 BAB 50 : NENEK LAMPIR
52 BAB 51 : BALAPAN
53 BAB 52 : BENCI TAPI SAYANG
54 BAB 53 : PRETTY
55 BAB 54 : PESTA
56 BAB 55 : MENJADI MASALAH
57 BAB 56 : PENJELASAN YANG TERJADI
58 BAB 57 : RUMIT
59 BAB 58 : TITIK TERANG
60 BAB 59 : DIA DAN LUKANYA
61 BAB 60 : MASALAH PEMBALUT
62 BAB 61 : TENTANG UN
63 BAB 62 : UJIAN NASIONAL D-1
64 BAB 63 : SAYANG KATANYA
65 BAB 64 : LEMBARAN BARU
66 BAB 65 : KEKHAWATIRAN NYA
67 BAB 66 : TIKET LIBURAN
68 BAB 67 : BACK TO BANDUNG
69 BAB 68 : SUNSET BERSAMA MU
70 BAB 69 : BALI
71 BAB 70 : GET TO YOU
72 BAB 71 : HUJAN DAN SAKIT
73 BAB 72 : TUNA
74 BAB 73 : PROMNIGHT
75 BAB 74 : SAVIRA
76 BAB 75 : OSPEK
77 BAB 76 : MASALAH PAKAIAN
78 BAB 77 : A LITTLE EDUCATION
79 BAB 78 : TERLALU ABU-ABU
80 BAB 79 : OFFICIAL
81 BAB 80 : PROYEK BESAR
82 BAB 81 : KEMANA?
83 BAB 82 : HARI KELAHIRANNYA
84 BAB 83 : CEWEK GALAK
85 BAB 84 : PERESMIAN
86 BAB 85 : ZAWJATI
87 BAB 86 : BAHAGIA YANG SEDERHANA
88 BAB 87 : FLASHBACK
89 BAB 88 : TETANGGA BARU
90 BAB 89 : PENDEKATAN
91 CASTING (FACE CLAIM)
92 BAB 90 : PERDEBATAN KECIL
93 BAB 91 : RASA HANGAT DAN NYAMAN
94 BAB 92 : RAPAT PENTING KESEPAKATAN
95 BAB 93 : INSTA STORY
96 BAB 94 : KENCAN
97 update
Episodes

Updated 97 Episodes

1
PROLOG ~
2
BAB 1 : BINGUNG
3
BAB 2 : MENUJU KEPUTUSAN
4
BAB 3 : KEPUTUSAN
5
BAB 4 : PANIC ATTACK?
6
BAB 5 : KERIBUTAN
7
BAB 6 : TENTANG MEREKA
8
BAB 7 : PTS
9
BAB 8 : WEDDING DRESS
10
BAB 9 : GEBY
11
BAB 10 : SAH
12
BAB 11 : BERUSAHA MENERIMA
13
BAB 12 : KEHIDUPAN BARU
14
BAB 13 : KEADAAN YANG BERBEDA
15
BAB 14 : MANTAN?
16
BAB 15 : TILTE REMOVED
17
BAB 16 : BELANJA VERSI MORA
18
BAB 17 : PELAJARAN PAGI BAGI FAREZ
19
BAB 18 : BERANGKAT BARENG
20
BAB 19 : BERITA GILA
21
BAB 20 : WHO?
22
BAB 21 : DIA?
23
BAB 22 : PERHATIAN KECIL
24
BAB 23 : SATU KELOMPOK
25
BAB 24 : SOMETHING (?)
26
BAB 25 : TENTANG KEHIDUPAN GISA
27
BAB 26 : MINGGU VIBES
28
BAB 27 : ABOUT EX
29
BAB 28 : GUE SUAMI LO
30
BAB 29 : KARNA KELOMPOK
31
BAB 30 : BUTTERFLY
32
BAB 31 : AA'
33
BAB 32 : LUPA
34
BAB 33 : CEMBURU?
35
BAB 34 : GELISAH
36
BAB 35 : DAMAI
37
BAB 36 : DANGEROUS BOY
38
BAB 37 : TITLE REMOVE
39
BAB 38 : EVENT SEKOLAH
40
BAB 39 : PASAR MALAM
41
BAB 40 : PERJALANAN
42
BAB 41 : BANDUNG
43
BAB 42 : GUS
44
BAB 43 : KELUH KESAH
45
BAB 44 : DANAU
46
BAB 45 : CINCIN
47
BAB 46 : HARUS MULAI TERBIASA
48
BAB 47 : SAKIT DAN BERKUNJUNG
49
BAB 48 : PARFUM
50
BAB 49 : SAKITNYA DATANG BULAN
51
BAB 50 : NENEK LAMPIR
52
BAB 51 : BALAPAN
53
BAB 52 : BENCI TAPI SAYANG
54
BAB 53 : PRETTY
55
BAB 54 : PESTA
56
BAB 55 : MENJADI MASALAH
57
BAB 56 : PENJELASAN YANG TERJADI
58
BAB 57 : RUMIT
59
BAB 58 : TITIK TERANG
60
BAB 59 : DIA DAN LUKANYA
61
BAB 60 : MASALAH PEMBALUT
62
BAB 61 : TENTANG UN
63
BAB 62 : UJIAN NASIONAL D-1
64
BAB 63 : SAYANG KATANYA
65
BAB 64 : LEMBARAN BARU
66
BAB 65 : KEKHAWATIRAN NYA
67
BAB 66 : TIKET LIBURAN
68
BAB 67 : BACK TO BANDUNG
69
BAB 68 : SUNSET BERSAMA MU
70
BAB 69 : BALI
71
BAB 70 : GET TO YOU
72
BAB 71 : HUJAN DAN SAKIT
73
BAB 72 : TUNA
74
BAB 73 : PROMNIGHT
75
BAB 74 : SAVIRA
76
BAB 75 : OSPEK
77
BAB 76 : MASALAH PAKAIAN
78
BAB 77 : A LITTLE EDUCATION
79
BAB 78 : TERLALU ABU-ABU
80
BAB 79 : OFFICIAL
81
BAB 80 : PROYEK BESAR
82
BAB 81 : KEMANA?
83
BAB 82 : HARI KELAHIRANNYA
84
BAB 83 : CEWEK GALAK
85
BAB 84 : PERESMIAN
86
BAB 85 : ZAWJATI
87
BAB 86 : BAHAGIA YANG SEDERHANA
88
BAB 87 : FLASHBACK
89
BAB 88 : TETANGGA BARU
90
BAB 89 : PENDEKATAN
91
CASTING (FACE CLAIM)
92
BAB 90 : PERDEBATAN KECIL
93
BAB 91 : RASA HANGAT DAN NYAMAN
94
BAB 92 : RAPAT PENTING KESEPAKATAN
95
BAB 93 : INSTA STORY
96
BAB 94 : KENCAN
97
update

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!