BAB 4 : PANIC ATTACK?

...HAPPY READING!!...

"Sebelumnya Ayah dan pak Hasan, sudah pernah membicarakan hal ini, ini tentang tanggal pernikahan kalian," ujar Prama memandang serius Farez dan Mora.

"Kalian kan, sama-sama kelas 3 sekolah akhir sekarang, dan sebentar lagi kalian ujian tengah semester bukan?" tanya Prama memastikan.

"Iya Yah," sahut Farez.

Dalam diam perasaan Mora sudah mulai tak enak. Namun ia berusaha menepis pikiran buruk nya, ia tidak boleh suudzan.

Prama tersenyum tipis. "Ayah dan pak Hasan sepakat akan menggelar pernikahan kalian setelah kalian ujian tengah semester," putus Prama.

Duar.

"Bukan begitu pak Hasan?"

Abi tersenyum seraya mengangguk pelan. "Ya, benar. Kalian setuju kan?" Abi bertanya pada kedua anak muda itu.

"Abi?" Mora menatap Abi nya dengan sorot penuh pertanyaan.

"Yah, apa ini ga terlalu cepet? Masalahnya ujian tengah semester tinggal satu minggu lagi," protes Farez. Jelas ia protes, menurut dirinya itu terlalu cepat. Jika menggelar akad setelah ujian tengah semester, yang artinya minggu setelah ini mereka menikah.

Tidak. Farez tidak mau.

"Memang kenapa Farez? Lebih cepat lebih baik kan?" ucap Kinara.

"Tapi Bunda, ini terlalu cepat. Kenapa gak nunggu lulus aja sekalian?"

"Iya Abi, lagipula umur kami belum genap sembilan belas tahun," timpal Mora menyetujui ucapan Farez. Ia juga tidak ingin terlalu cepat.

Abi, Prama, Kinara dan Umi memandang kedua anak remaja yang beranjak dewasa itu. Dipikirkan mereka, ucapan kedua nya ada benarnya, namun jika ditunda lebih lama, itu juga tidak baik.

Abi menghela nafas panjang. "Nak Farez, Mora. Kami tau yang terbaik untuk kalian, berdoa dan yakin sama Allah."

"Abi.. Mora masih sekolah disini. Gimana bisa?" pertanyaan Mora yang sedari tadi ia pendam akhirnya tersampaikan.

"Kamu bisa pindah ke sekolah yang sama dengan Farez," sahut Prama.

"Udah kelas akhir, bisa?" tanya Farez.

Prama tersenyum aneh. "Tentu bisa, apa yang tidak bisa Ayah lakukan?"

"Sudah jelas kan? Jadi akad nikah nya dua minggu lagi. Yang dihadiri beberapa kerabat dekat. Dan akad nya nanti dilakukan di sini, baru setelah itu kamu bisa ikut dengan suami mu Mora." Kata Abi memperjelas.

"Semua nya sudah Ayah urus, mulai dari perpindahan sekolah Mora, dan resepsi pernikahan kalian. Kalian tinggal terima jadi saja," sambung Prama.

"Farez, you okay?" tanya Kinara pada anak nya. Ia melihat wajah Farez yang tak bersemangat. " I'm okay Bun," jawab nya yang terdengar tidak iklhas. Kinara memahami itu, mungkin saat ini, besok lusa dan seterusnya Farez akan bersikap seperti ini, namun ia yakin lama-kelamaan sikap Farez akan berubah, hanya tentang waktu saja.

"Bunda tau, masalah kalian. Ini tentang kalian yang asing satu sama lain kan? Maka dari itu Ayah dan Bunda mangajak mu kesini, sekalian ta'aruf sama Mora," kata Kinara pada putra nya.

"Ah iya, benar. Apa kalian tidak ingin jalan-jalan?" tanya Prama.

"Apa boleh pak Hasan?" tanya Prama meminta izin.

"Boleh saja, tapi jangan berdua. Bukan mahram nya, lebih baik ditemani dengan Della juga," kata Abi menyarankan.

"Bagaimana Farez, Mora?" tanya Kinara.

"Mora terserah aja Bunda," jawab Mora kikuk. Ia ingin menolak, namun tidak enak rasanya. Ini pertama kalinya ia jalan bersama lelaki walau tidak berdua saja.

"Farez g—"

"Farez kamu mau kan?" Kinara memandang putra nya seraya mengedipkan sebelah matanya agar putranya itu mau. Ia tau pasti Farez ingin menolak.

Farez menghela nafas berat. Jika Kinara sudah begini, ia tidak bisa menolak lagi. "Iya Bunda."

"Kalau gitu biar Umi panggil kan Della dulu," ucap Umi lalu pamit dari sana untuk menghampiri Della yang berada dikamarnya.

"Pakai mobil Ayah Farez, keliling daerah bandung. Jarang kan kamu kesini?"

"Kalau nyasar gimana?"

"Guna maps kamu apa?" Prama memandang gemas kearah putranya itu.

Oh iya. Farez merutuki dirinya sendiri.

Tak selang lama, Umi datang bersama Della. "Della, temani teteh mu ya," pesan Umi.

"Siap Umi!" Jawab Della semangat. Jelas, karna jarang ia bisa keluar dari area pondok. Jika keluar pun itu hanya untuk membeli beberapa peralatan sekolah. Dan itu jarang. Maka dari itu Della sangat bersemangat sekarang.

"Farez tolong jaga putri Abi ya," pesan Abi.

"Iya Abi," jawab Farez lalu ia keluar dari ndalem tanpa mengucapkan salam, dan tanpa menyalami orang tua nya disana.

"Astaga anak itu, maaf anak itu memang susah diatur," ucap Kinara tidak enak.

"Tidak apa, kedepannya pasti dia paham," jawab Umi.

"Yaudah Abi, aku pergi ya. Assalamualaikum," ucap Mora berpamitan setelah menyalami satu-satu punggung tangan orang tua nya dan calon mertua nya, diikuti Della.

"Hati-hati nak, waalaikumsalam."

***

Dimobil, tak ada percakapan. Hening, hanya suara derum mobil yang terdengar. Della dan Mora duduk di kursi belakang, sementara didepan ada Farez yang menyetir.

"Kak! Mampir ke indooktober dulu boleh gak? Aku pengen beli cemilan," pinta Della.

"Dimana?"

"Didepan kak, 100 meter-an dari sini," jawab Della. Farez mengangguk paham, didepan ia sudah melihat indooktober yang dimaksud, ia pun memarkirkan tepat di depannya.

"Teteh ikut ya Del," pinta Mora pada Della.

"Della bentaran doang kok teh."

"Yaudah, jangan lama," kata Mora. Setelah itu Della keluar dari mobil. Mora sebenarnya tidak ingin ditinggal berdua di mobil hanya dengan Farez. Namun mendengar ucapan Della yang kata nya tidak akan lama, Mora pun mempercayai nya.

Farez diam sembari memandang sekitarnya, sementara Mora hanya menunduk sedari tadi. Entahlah, sudah lima menit Della tidak kunjung keluar. Lama sekali gadis itu?

Itu membuat Mora gelisah. Keringat dingin mulai bercucuran dari keningnya. Tangannya seketika dingin dan basah, sekujur tubuhnya kaku. Nafasnya tidak teratur, rasa pusing menyerang kepalanya, di balik cadar yang ia kenakan, ia terus beristighfar.

Panic attack nya kambuh.

Farez merasakan perbedaan dari gadis dibelakangnya. Ia melirik Mora lewat spion atas, telihat Mora yang terus menggenggam kedua tangannya, dan Farez jelas melihat tubuh gadis itu bergetar.

Ia masih memerhatikan Mora lewat spion dan bertanya. "Lo kenapa?"

Mora tak menjawab.

Farez menoleh kebelakang tepat pada gadis itu. "Hey? Lo sakit?" Farez menatap panik kearah Mora.

Disaat itu, Della masuk kedalam mobil membuat Farez bernafas lega. "Ayo kak jalan!"

"Kakak lo kenapa?"

Della lantas menoleh pada Mora. Ia memperhatikan wajah Mora yang dipenuhi keringat. Ia menggenggam tangan Mora. "Teh? Kambuh lagi?" tanya Della panik seketika.

Kambuh? Dia sakit? Batin Farez bertanya.

Mora mengangguk pelan.

Della buru-buru mengambil air mineral dari plastik belanjaan nya untuk diberikan kepada Mora. Untung nya ia ingat untuk membeli air tadi.

"Minum dulu teh," Della memberikan air itu pada Mora, dengan sedotan plastik agar Mora lebih mudah meminum nya.

Mora meminum air itu perlahan. Pikiran nya saat ini dipenuhi rasa gelisah, khawatir, cemas, takut, semua nya menjadi satu.

"Kakak lo sakit?" akhrinya pertanyaan itu keluar dari mulut Farez.

"Panic attack kak," jawab Della.

"Biasanya kalau kambuh gini butuh waktu beberapa menit buat kambali normal," lanjut Della menjelaskan.

Farez sempat terkejut mendengar ungkapan Della. Gadis itu mengidap panic attack? Diluar dugaannya.

Selang beberapa menit, nafas Mora kembali normal. Sudah tak banyak keringat dikening Mora, tangan nya sudah tidak sedingin tadi.

"Teh? Udah enakan?"

"Alhamdulillah Del," ucap syukur Mora. Della pun turut berucap syukur mendengar nya.

Farez memandangi wajah Mora dengan intens, jika dilihat lebih dekat walau tertutup cadar, dimata nya Mora terlihat cantik.

Mora mengangkat pandangan nya, otomatis mata mereka bertemu seperkian detik sebelum Mora mengalihkan pandangan nya.

"Astaghfirullahaladzim.." kata Mora spontan.

"Kenapa setiap lo liat gue, lo selalu buang muka? Seburuk itu gue dimata lo?" tanya Farez pada Mora.

"Zina mata, dosa. Karna kita bukan mahram," jawab Mora.

"Bahkan cuma buat natap mata lo doang?"

"Itu tetap zina, dan zina itu dosa."

Farez menghela nafas pelan. Ia melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul lima sore. Ia melirik dua gadis dibelakang nya lewat kaca spion yang berada di atas.

"Pulang sekarang?" tanyanya.

"Ayo kak," jawab Della.

***

Episodes
1 PROLOG ~
2 BAB 1 : BINGUNG
3 BAB 2 : MENUJU KEPUTUSAN
4 BAB 3 : KEPUTUSAN
5 BAB 4 : PANIC ATTACK?
6 BAB 5 : KERIBUTAN
7 BAB 6 : TENTANG MEREKA
8 BAB 7 : PTS
9 BAB 8 : WEDDING DRESS
10 BAB 9 : GEBY
11 BAB 10 : SAH
12 BAB 11 : BERUSAHA MENERIMA
13 BAB 12 : KEHIDUPAN BARU
14 BAB 13 : KEADAAN YANG BERBEDA
15 BAB 14 : MANTAN?
16 BAB 15 : TILTE REMOVED
17 BAB 16 : BELANJA VERSI MORA
18 BAB 17 : PELAJARAN PAGI BAGI FAREZ
19 BAB 18 : BERANGKAT BARENG
20 BAB 19 : BERITA GILA
21 BAB 20 : WHO?
22 BAB 21 : DIA?
23 BAB 22 : PERHATIAN KECIL
24 BAB 23 : SATU KELOMPOK
25 BAB 24 : SOMETHING (?)
26 BAB 25 : TENTANG KEHIDUPAN GISA
27 BAB 26 : MINGGU VIBES
28 BAB 27 : ABOUT EX
29 BAB 28 : GUE SUAMI LO
30 BAB 29 : KARNA KELOMPOK
31 BAB 30 : BUTTERFLY
32 BAB 31 : AA'
33 BAB 32 : LUPA
34 BAB 33 : CEMBURU?
35 BAB 34 : GELISAH
36 BAB 35 : DAMAI
37 BAB 36 : DANGEROUS BOY
38 BAB 37 : TITLE REMOVE
39 BAB 38 : EVENT SEKOLAH
40 BAB 39 : PASAR MALAM
41 BAB 40 : PERJALANAN
42 BAB 41 : BANDUNG
43 BAB 42 : GUS
44 BAB 43 : KELUH KESAH
45 BAB 44 : DANAU
46 BAB 45 : CINCIN
47 BAB 46 : HARUS MULAI TERBIASA
48 BAB 47 : SAKIT DAN BERKUNJUNG
49 BAB 48 : PARFUM
50 BAB 49 : SAKITNYA DATANG BULAN
51 BAB 50 : NENEK LAMPIR
52 BAB 51 : BALAPAN
53 BAB 52 : BENCI TAPI SAYANG
54 BAB 53 : PRETTY
55 BAB 54 : PESTA
56 BAB 55 : MENJADI MASALAH
57 BAB 56 : PENJELASAN YANG TERJADI
58 BAB 57 : RUMIT
59 BAB 58 : TITIK TERANG
60 BAB 59 : DIA DAN LUKANYA
61 BAB 60 : MASALAH PEMBALUT
62 BAB 61 : TENTANG UN
63 BAB 62 : UJIAN NASIONAL D-1
64 BAB 63 : SAYANG KATANYA
65 BAB 64 : LEMBARAN BARU
66 BAB 65 : KEKHAWATIRAN NYA
67 BAB 66 : TIKET LIBURAN
68 BAB 67 : BACK TO BANDUNG
69 BAB 68 : SUNSET BERSAMA MU
70 BAB 69 : BALI
71 BAB 70 : GET TO YOU
72 BAB 71 : HUJAN DAN SAKIT
73 BAB 72 : TUNA
74 BAB 73 : PROMNIGHT
75 BAB 74 : SAVIRA
76 BAB 75 : OSPEK
77 BAB 76 : MASALAH PAKAIAN
78 BAB 77 : A LITTLE EDUCATION
79 BAB 78 : TERLALU ABU-ABU
80 BAB 79 : OFFICIAL
81 BAB 80 : PROYEK BESAR
82 BAB 81 : KEMANA?
83 BAB 82 : HARI KELAHIRANNYA
84 BAB 83 : CEWEK GALAK
85 BAB 84 : PERESMIAN
86 BAB 85 : ZAWJATI
87 BAB 86 : BAHAGIA YANG SEDERHANA
88 BAB 87 : FLASHBACK
89 BAB 88 : TETANGGA BARU
90 BAB 89 : PENDEKATAN
91 CASTING (FACE CLAIM)
92 BAB 90 : PERDEBATAN KECIL
93 BAB 91 : RASA HANGAT DAN NYAMAN
94 BAB 92 : RAPAT PENTING KESEPAKATAN
95 BAB 93 : INSTA STORY
96 BAB 94 : KENCAN
97 BAB 95 : SAAT BERSAMA
Episodes

Updated 97 Episodes

1
PROLOG ~
2
BAB 1 : BINGUNG
3
BAB 2 : MENUJU KEPUTUSAN
4
BAB 3 : KEPUTUSAN
5
BAB 4 : PANIC ATTACK?
6
BAB 5 : KERIBUTAN
7
BAB 6 : TENTANG MEREKA
8
BAB 7 : PTS
9
BAB 8 : WEDDING DRESS
10
BAB 9 : GEBY
11
BAB 10 : SAH
12
BAB 11 : BERUSAHA MENERIMA
13
BAB 12 : KEHIDUPAN BARU
14
BAB 13 : KEADAAN YANG BERBEDA
15
BAB 14 : MANTAN?
16
BAB 15 : TILTE REMOVED
17
BAB 16 : BELANJA VERSI MORA
18
BAB 17 : PELAJARAN PAGI BAGI FAREZ
19
BAB 18 : BERANGKAT BARENG
20
BAB 19 : BERITA GILA
21
BAB 20 : WHO?
22
BAB 21 : DIA?
23
BAB 22 : PERHATIAN KECIL
24
BAB 23 : SATU KELOMPOK
25
BAB 24 : SOMETHING (?)
26
BAB 25 : TENTANG KEHIDUPAN GISA
27
BAB 26 : MINGGU VIBES
28
BAB 27 : ABOUT EX
29
BAB 28 : GUE SUAMI LO
30
BAB 29 : KARNA KELOMPOK
31
BAB 30 : BUTTERFLY
32
BAB 31 : AA'
33
BAB 32 : LUPA
34
BAB 33 : CEMBURU?
35
BAB 34 : GELISAH
36
BAB 35 : DAMAI
37
BAB 36 : DANGEROUS BOY
38
BAB 37 : TITLE REMOVE
39
BAB 38 : EVENT SEKOLAH
40
BAB 39 : PASAR MALAM
41
BAB 40 : PERJALANAN
42
BAB 41 : BANDUNG
43
BAB 42 : GUS
44
BAB 43 : KELUH KESAH
45
BAB 44 : DANAU
46
BAB 45 : CINCIN
47
BAB 46 : HARUS MULAI TERBIASA
48
BAB 47 : SAKIT DAN BERKUNJUNG
49
BAB 48 : PARFUM
50
BAB 49 : SAKITNYA DATANG BULAN
51
BAB 50 : NENEK LAMPIR
52
BAB 51 : BALAPAN
53
BAB 52 : BENCI TAPI SAYANG
54
BAB 53 : PRETTY
55
BAB 54 : PESTA
56
BAB 55 : MENJADI MASALAH
57
BAB 56 : PENJELASAN YANG TERJADI
58
BAB 57 : RUMIT
59
BAB 58 : TITIK TERANG
60
BAB 59 : DIA DAN LUKANYA
61
BAB 60 : MASALAH PEMBALUT
62
BAB 61 : TENTANG UN
63
BAB 62 : UJIAN NASIONAL D-1
64
BAB 63 : SAYANG KATANYA
65
BAB 64 : LEMBARAN BARU
66
BAB 65 : KEKHAWATIRAN NYA
67
BAB 66 : TIKET LIBURAN
68
BAB 67 : BACK TO BANDUNG
69
BAB 68 : SUNSET BERSAMA MU
70
BAB 69 : BALI
71
BAB 70 : GET TO YOU
72
BAB 71 : HUJAN DAN SAKIT
73
BAB 72 : TUNA
74
BAB 73 : PROMNIGHT
75
BAB 74 : SAVIRA
76
BAB 75 : OSPEK
77
BAB 76 : MASALAH PAKAIAN
78
BAB 77 : A LITTLE EDUCATION
79
BAB 78 : TERLALU ABU-ABU
80
BAB 79 : OFFICIAL
81
BAB 80 : PROYEK BESAR
82
BAB 81 : KEMANA?
83
BAB 82 : HARI KELAHIRANNYA
84
BAB 83 : CEWEK GALAK
85
BAB 84 : PERESMIAN
86
BAB 85 : ZAWJATI
87
BAB 86 : BAHAGIA YANG SEDERHANA
88
BAB 87 : FLASHBACK
89
BAB 88 : TETANGGA BARU
90
BAB 89 : PENDEKATAN
91
CASTING (FACE CLAIM)
92
BAB 90 : PERDEBATAN KECIL
93
BAB 91 : RASA HANGAT DAN NYAMAN
94
BAB 92 : RAPAT PENTING KESEPAKATAN
95
BAB 93 : INSTA STORY
96
BAB 94 : KENCAN
97
BAB 95 : SAAT BERSAMA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!