...Kantor Grandia Group...
...Ruang Kerja Eric...
...Sore Hari...
Setelah istirahat makan siang dan menghadiri beberapa acara yang telah ada di jadwalnya, Eric kembali ke ruang kerjanya.
Di dalam ruangan yang hanya diisi oleh Eric seorang ini, terdengar suara ketukan yang jarang terjadi. Bahkan mungkin saja tidak pernah.
Itu karena Lisa yang berada di ruangan di depan ruangan Eric, sama sekali tak pernah mengetuk pintu karena memang sudah sangat terbiasa.
Oleh karena itu menerima ketukan....
"Silahkan masuk." Ucap Eric sambil mempersiapkan dirinya.
"Permisi." Ucap seseorang dengan suara dan logat yang cukup fasih itu. Meski begitu, suaranya sedikit asing di telinga Eric.
Dari balik pintu geser itu, terlihat sosok wanita berambut panjang berwarna hitam yang diikat dengan rapi.
Dengan pakaian ala kantoran yaitu setelan jas hitam dan juga rok hitam, wanita dengan mata yang agak sedikit sipit itu pun melangkahkan kakinya memasuki ruangan Eric.
Di balik wanita itu, terlihat sosok Lisa yang berdiri dengan tenang sambil terus memperhatikan dan mengetikkan sesuatu di tabletnya.
Sebelum Eric bisa mengungkapkan satu pun kalimat pertanyaan, wanita itu telah berbicara terlebih dahulu sambil sedikit membungkukkan badannya.
"Perkenalkan. Namaku adalah Akemi. Aku telah meninggalkan nama keluargaku. Kehadiranku disini adalah untuk membalas seluruh kebaikanmu." Ucap wanita itu.
"Akemi.... Akemi.... Scarlet?!" Teriak Eric setelah menyadarinya.
Wanita itu adalah Scarlet. Sosok seorang pemain yang pernah merepotkan Eric dengan skill [Imitator] miliknya dan memberikan berbagai tuduhan kepada Eric.
Tapi pada kenyataannya, Akemi atau dengan nama pemain yaitu Scarlet melakukannya karena dua hal. Yaitu tekanan ekonomi dari ayahnya yang kejam, serta untuk melepaskan stressnya dari kekejaman ayahnya.
Dan orang itu sekarang berada di hadapan Eric untuk membalas kebaikannya?
"Itu benar. Aku sungguh minta maaf atas perlakuanku dulu kepadamu." Ucap Akemi sambil kembali membungkukkan badannya.
"Aaah soal itu? Bukankah sudah kukatakan melalui orang-orangku untuk melupakannya? Aku juga telah memberikan uang yang cukup untuk membuat dirimu hidup tenang dengan adikmu kan? Lalu kenapa kemari?" Tanya Eric kebingungan.
Di tengah hal itu, Lisa pun melangkah maju dan memberikan tablet yang sejak tadi diotak atik olehnya.
"Akemi telah menjalani rehabilitasi dan perawatan terhadap seluruh luka yang dideritanya akibat ulah ayahnya. Termasuk juga menjalani studinya untuk mempelajari bahasa indonesia dan berbagai hal lainnya." Jelas Lisa.
"Aah.... Jadi begitu. Syukurlah kau sudah sehat dan selamat dari ayah gila mu itu. Jadi sekarang kau dalam kondisi baik? Lalu bagaimana adikmu?" Tanya Eric kepada Akemi.
"Kondisiku tak pernah sebaik ini sebelumnya. Sedangkan adikku saat ini sedang tinggal di rumah bersama beberapa orang pengasuh yang dikenalkan oleh Nona Lisa kepadaku. Dia sangat senang dengan rumah barunya." Balas Akemi sambil terus menundukkan kepalanya, tak berani untuk menatap mata Eric.
"Syukurlah. Kalau begitu nikmatilah sisa hidup normal kalian dengan bahagia di...."
"Tidak. Aku ingin bekerja dibawahmu, Tuan Eric." Ucap Akemi memotong perkataan Eric.
Lisa pun menggeser beberapa halaman pada tablet yang diletakkan pada meja Eric. Dalam tablet itu, kini terlihat sangat jelas pencapaian yang telah dilakukan oleh Akemi di dunia ini.
"Hah? Jadi kau...."
"Itu benar, Tuan Eric. Yang menggiring opini para pemain Indonesia, salah satunya adalah Akemi itu sendiri."
Dalam tablet itu, terlihat sosok wanita yang begitu menawan dan nampak bahagia di sebuah kampus. Ia juga nampak memiliki banyak teman dan terkenal di universitasnya karena parasnya yang begitu menawan serta keramahannya.
Ialah salah satu mahasiswi Universitas Indonesia yang melakukan Tweet mengenai Eric dengan banyak kalimat provokatif itu.
"Sejak kapan kau bersekolah disana?" Tanya Eric kebingungan.
"Sejak beberapa hari setelah perawatanku selesai. Aku mengambil studi mengenai literatur dan psikologis. Semuanya adalah untuk membalas pertolonganmu, Tuan Eric." Balas Akemi dengan senyuman yang ramah sambil menatap tepat di mata Eric.
Dengan begitulah, Eric kembali memperoleh kekuatan baru di dunia nyata. Sosok seorang wanita yang tak diketahui berada di pihak Eric itu, akan terus menerus menggiring opini bukan hanya pemain Indonesia, tapi juga masyarakat Indonesia secara umum agar lebih mendukung Eric. Baik secata langsung, maupun tidak langsung.
Pada akhirnya, Akemi pun pamit dan melanjutkan 'pekerjaannya' dengan menjadi mahasiswi idaman di Universitas Indonesia itu.
...***...
...Kediaman Eric...
'Klek!'
"Aku pulang." Ucap Eric sambil melepas sepatunya dan berjalan ke arah ruangan tengah.
Dari kejauhan, Eric mendengar suara yang meriah dari ruang tengah. Seakan sedang diadakan pesta yang sangat meriah.
Pada saat Ia memasuki ruangan itu....
"Buahahaha! Jadi Eric melakukan itu?!" Teriak Elin dengan keras sambil membawa gelas kaca yang berisi jus apel itu.
"Ya! Sikapnya ketika aku menggodanya sungguh tak tertahankan! Itulah kenapa aku terus menjahilinya!" Balas seorang wanita dengan paras yang agak tinggi dan tubuh yang sangat proporsional itu.
Ia memiliki rambut pirang yang diikat agak kasar sehingga terkesan acak-acakan. Sedangkan pakaian yang Ia kenakan hanyalah selembar kaos hitam yang agak ketat dengan gambar band Metal di punggung dan juga di dadanya. Sedangkan untuk bagian bawah, wanita itu hanya mengenakan jeans berwarna biru gelap.
"Kakak memang setia dengan kak Elin. Terimakasih sudah mengujinya kak Angie." Ucap Adik Eric yang sedang menikmati makanan yang dibawakan oleh wanita itu.
"Hahaha! Tenang saja. Lagipula aku hanya tertarik dengan kemampuan bertarungnya. Sebagai seorang Pria, dia terlalu pendek untuk tipeku! Hahaha!" Balqs Angie sambil tertawa terbahak-bahak.
Elin pun juga ikut tertawa lepas mendengar perkataan Angie.
"Terlalu pendek katanya! Hahaha! Memangnya setinggi apa Pria yang kau inginkan?"
Di tengah canda dan tawa yang sangat meriah itu, Eric hanya mematung di pintu ruang tengah. Ia berdiri tanpa adanya gerakan sedikitpun. Bahkan nafasnya sangat tenang hingga tak mungkin ada seorang pun yang menyadari keberadaannya.
Tidak hingga akhirnya Ibu Eric datang dari dapur untuk membawakan makanan.
"Eh? Kau sudah pulang Eric? Kemarilah dan nikmati makanannya. Kawanmu ini baru saja datang jauh-jauh dari Amerika." Ucap Ibu Eric sambil membawa makanan dan meletakkannya ke meja seakan tak ada apapun yang salah dengan semua ini.
Sedangkan Ayah Eric?
"Grooooookkk!!! Groooooookk!!!"
Ia telah mulai menggergaji setelah makan dan minum terlalu banyak. Dengan posisi yang tak karuan, Pria paruh baya itu telah tertidur di sofa hanya mengenakan celana pendek dan juga kaos sport saja.
"Ah Eric. Selamat datang kembali." Ucap Elin sambil memberikan senyuman yang ramah.
Tapi bahkan sebelum Eric bisa membalas perkataan Elin....
"Dan kau tahu? Eric pernah bilang bahwa dirinya bisa mengalahkan petinju kelas berat dari Amerika! Sungguh lelucon yang konyol!" Teriak Elin dengan keras sambil tertawa terbahak-bahak.
"Buahahaha! Kelas berat?! Dengan badannya yang hanya sebesar itu, Eric akan dengan segera terhempas keluar dari ring!" Balas Angie juga sambil tertawa dengan keras.
"Uh.... Bisakah setidaknya kalian.... Membicarakanku ketika aku tidak ada disini?" Tanya Eric dengan wajah yang dipenuhi kesedihan.
Dengan tatapan yang kosong, Elin, Angie, Rina dan bahkan Ibunya, tak memberikan sedikitpun tanggapan.
Bahkan....
"Kak Angie! Kau tahu, kak Eric pernah menangis semalam suntuk karena ditolak seorang gadis pujaan hatinya di SMA dulu!" Ucap Rina dengan wajah seriusnya.
"Buahahaha! Ditolak! Paraaaaaaah!"
Pada akhirnya, Eric memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu tanpa sepatah kata pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
John Singgih
untuk sementara Erick terlupakan didalam.keluarganya sendiri...
2022-12-11
1
Corex Jrezz
raja iblis sediih
2022-01-15
3
zuyoka
hahahaha parah diomongin depan muka 😂
2021-12-15
2