NovelToon NovelToon
Di Waktu 24 Jam

Di Waktu 24 Jam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:801
Nilai: 5
Nama Author: ashputri

Kumpulan Cerita Pendek Horor

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.

Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.

Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Malam Pertama di Kos

Masa orientasi di lingkungan kampus bagi mahasiswa baru akan dilaksanakan selama lima hari. Besok akan menjadi hari terakhir bagi mahasiswa baru dalam mengikuti masa orientasi. Setiap kampus akan melaksanakan masa orientasi sebanyak tiga kali, yaitu orientasi di tingkat universitas, tingkat fakultas, dan juga tingkat jurusan.

Besok mahasiswa akan melakukan masa orientasi di lingkungan jurusan. Orientasi ini akan lebih ketat daripada orientasi sebelumnya. Barang yang akan dibawa pun lebih banyak dari orientasi universitas maupun fakultas.

"Gila... tugas orientasi gue belum gue kerjain," gumamnya dengan kesal.

Via menjadi salah satu mahasiswa baru yang akan melaksanakan orientasi jurusan besok pagi. Semua kebutuhan masa orientasi ia siapkan sendiri, mengingat ia jauh dari keluarga besarnya saat ini.

Setelah lolos di salah satu kampus negeri di daerah Jawa Barat, ia harus tinggal sendiri di kota tersebut. Ia memberanikan diri untuk merantau dari Jakarta dan tinggal jauh dari kedua orang tuanya. Mengingat ia yang tinggal seorang diri, membuat dirinya harus mempersiapkan semua kebutuhannya seorang diri.

"Ta," panggil Via pada teman satu kostnya.

"Hm?"

"Lo beneran begadang kan?" tanya Via memastikan.

Resta yang menjadi teman satu kostan Via hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan. Mereka berdua sama-sama berasal dari Jakarta. Bedanya Resta berada di Jakarta bagian Barat, sedangkan dirinya di bagian Selatan.

"Bener?" Via menatap Resta dengan ragu.

Resta menganggukkan kepalanya dengan pelan, "iya, gue begadang. Ribet nih tugas buat ospek jurusan gue, lo gimana?" tanyanya balik.

"Sama," keluh Via dengan kesal.

"Ya udah tenang aja, kalau gak mau ngerjain sendiri lo bisa ke kamar gue," ujar Resta seraya menepuk bahu Via beberapa kali dengan pelan.

Via menganggukkan kepalanya mengerti mendengar perkataan temannya itu, "nanti gue telpon, angkat ya kalau gitu."

"Santai," balas Resta seraya menaiki undakan anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

Via menghembuskan napasnya pelan seraya membuka pintu kamarnya. Ia membereskan beberapa perlengkapan yang akan dibawanya besok pagi. Ia tidak ingin ada yang tertinggal, takut jika besok akan mendapatkan hukuman jika ada satu barang yang tidak ia bawa.

"Tinggal bikin surat cinta, surat benci, sama cerpen," ucap Via seraya tersenyum lega. "Makan dulu deh," ucapnya seraya mengambil plastik berisi sebungkus nasi goreng yang tadi dibelinya.

Tanpa menunggu apapun, ia langsung memakan nasi gorengnya seraya memainkan ponselnya. Sesekali jarinya mengetik cepat di layar ponselnya untuk membalas beberapa pesan yang temannya kirim.

Ia membuka playlistnya untuk mencari lagu yang akan membuat moodnya kembali. Sesekali ia mengikuti lirik lagu yang terputar agar suasana kamarnya tidak terasa sepi. Ditambah ia harus mengumpulkan moodnya untuk menulis cerpen agar malam ini tugasnya berjalan dengan lancar.

Nasi goreng yang ia makan telah habis tak tersisa. Ia langsung membuang bungkus nasi goreng pada tempat sampah yang berada di depan kamar mandi. Ia akan membuangnya besok pagi sebelum dirinya berangkat ke kampus. Dirinya terlalu malas untuk keluar dari dalam kamar saat ini.

Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat rasa kantuk mulai menyerang dirinya. Malam ini ia tidak boleh tertidur cepat, ia harus mengerjakan tugas ospek karena besok akan dikumpulkan. Ia menghela napas pelan saat membayangkan jika besok ia akan menahan rasa kantuk saat kegiatan orientasi. Malam ini ia tidak akan tertidur cepat, padahal ia harus berangkat ke kampus pagi-pagi sekali.

Tring

Tring

Via mengambil ponselnya yang berada di atas meja kecil. Ia membaca pesan yang dikirimkan oleh temannya yang menawarkan bantuan untuk membangunkannya nanti pagi. Mengingat jika ia sudah tinggal sendiri, maka dari itu ia tidak bisa meminta bantuan dari kedua orang tuanya.

Via

Mau aku bantu bangunin nanti?

Via mengetikkan beberapa pesan untuk membalas pesan dari Chelsea.

^^^Boleh^^^

^^^Pas azan subuh gapapa? Kayanya aku begadang deh, cuman takut aja nanti ketiduran^^^

Tak lama balasan dari Chelsea terkirim.

Tring

Oke, nanti aku telpon. Datanya jangan dimatiin

Via menganggukkan kepalanya mengerti membaca pesan yang Chelsea kirimkan. Ia kembali melanjutkan kegiatannya untuk membuat dua surat yang menjadi tugasnya malam ini. Ia mencoba memikirkan kalimat yang akan ia tulis di dua surat berbeda.

Selama hidupnya, ia tidak pernah membuat surat cinta maupun surat benci. Jangankan membuat, diberikan saja ia tidak pernah. Malam ini ia sama sekali tidak memiliki gambaran yang baik untuk menulis surat cinta maupun surat benci.

Ia mengedikkkan bahunya tak acuh, mencoba untuk menulis sesuatu dengan apa yang ia pikirkan. Sesekali keningnya berkerut bingung, mencoba menulis kalimat selanjutnya pada dua surat yang ia tulis.

"Ah selesai," gumamnya seraya melipat kedua surat yang ia buat.

Dua tugasnya telah selesai, waktunya ia membuat satu cerpen yang menjadi tugas lainnya. Ia mencoba memutar otaknya untuk memikirkan alur yang cocok untuk tugas cerpennya malam ini.

Ia menghela napas lelah, moodnya untuk menulis tidak ada malam ini. Ia sedikit kesulitan jika harus menulis dalam keadaan mood yang memburuk.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu satu malam. Tidak ada tanda-tanda tugasnya akan selesai malam ini, ia semakin sibuk menulis kata demi kata pada lembar kertas folionya.

Sesekali ia menguap lebar karena rasa kantung yang datang. Ia menghembuskan napasnya pelan untuk menyadarkan dirinya agar tidak tertidur malam ini. Tugasnya harus selesai agar besok pagi ia tidak terlalu memikirkan hukuman dari kakak tingkatnya.

Merasa terganggu dengan suara ramai di depan kamar kostnya, ia langsung mengambil earphonenya untuk menyamarkan suara tersebut. Ia menoleh sekilas ke arah jendela kamarnya, mencoba melihat beberapa orang yang berada di depan kamarnya saat ini.

Via menghela napas lelah saat suara lagu tidak menyamarkan suara-suara di luar kamarnya. Ia beranjak dari tempatnya untuk mengecek suasana di luar kamarnya yang terdengar ramai.

Ia membuka sedikit gorden abu-abu untuk melihat suasana di luar kamar. Ia mengerutkan keningnya dengan bingung saat melihat area depan kamar terlihat sangat sepi. Tidak ada siapapun di luar kamarnya, hanya area kosong tanpa orang-orang yang sedang berbicara bersama.

Ia mengedikkan bahunya tak acuh dengan apa yang ia dengar. Ia kembali menyibukkan dirinya dengan cerpen yang baru ia tulis setengah. Ia mengesampingkan rasa takut yang mulai ia rasakan, ia harus segera menyelesaikan tugasnya malam ini.

Tuk... Tuk....

Via menoleh ke arah jendela kamarnya yang menghadap ke arah keluar kostan. Ia bisa mendengar jika jendela kamarnya terus dilempar oleh beberapa kerikil oleh seseorang di luar kostan. Ia mengedikkan bahunya tak acuh, mencoba untuk tidak peduli dengan suara tersebut.

Srekk... srekk....

Ia kembali menghentikan kegiatannya saat mendengar seperti seseorang sedang bermain pasir. Ia mengambil ponselnya untuk mengirimkan Resta pesan, berharap temannya itu masih terjaga di kamarnya.

Ia berdecak sebal saat pesannya untuk Resta terlihat ceklis satu, "katanya gak mau tidur cepet," gumamnya sebal.

Ia menghela napas pelan, mencoba untuk tidak peduli dengan apa yang ia dengar. Suara yang ia dengar seperti bersahut-sahutan. Mulai dari suara ramai di depan kamarnya, suara seseorang bermain pasir di depan kostannya, bahkan jendela kamarnya yang terus dilempar oleh kerikil-kerikil kecil.

Tuk... Tuk....

Srekk... Srekk....

Merasa mulai sedikit takut, ia mencoba menghubungi beberapa teman sejurusannya. Setidaknya ia memiliki teman untuk saling bertukar kabar malam ini.

Tringg

Via menghembuskan napasnya lega saat pesannya langsung dijawab oleh temannya itu. Ia mengetikkan beberapa pesan untuk menceritakan semua yang ia alami malam ini. Berharap jika ia bisa menghilangkan rasa takut yang sedang ia rasakan.

Tringg

Baca doa, dengerin lagu pake earphone aja. Biar gak kedengaran

Ia sudah mencoba untuk menutupi suara-suara tersebut dengan earphonenya, bahkan volume yang ia dengar sudah full. Tapi suara-suara yang sangat berisik tetap ia dengar walaupun tertutup dengan suara lagu yang sedang ia putar.

Tringg

Ia mencoba membuka satu pesan yang baru saja dikirim oleh Resta. Ia membaca pesan tersebut, mencoba memastikan jika Resta juga mendengar apa yang ia dengar malam ini.

Gue gak denger apa-apa Vi, udah baca doa aja. Gue tadi gak aktif, sibuk ngerjain tugas buat ospek besok. Ponsel gue low, jadinya di cas deh

Via menghela napas lelah, ia sudah berdoa agar suara-suara itu pergi. Namun hasilnya nihil, suara-suara tersebut masih terus bersahut-sahutan.

Ia menatap jam yang tertera di layar ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari, dan ia belum menyelesaikan tugasnya. Ia sudah tidak bisa mengerjakan cerpen yang sedang ia tulis. Rasa kantuk dan takutnya lebih besar dari keinginannya menyelesaikan tugas tersebut.

"Lanjut subuh deh, sebelum berangkat," gumamnya.

Ia mematikan lampu kamarnya untuk segera beristirahat, berharap saat azan subuh ia bisa terbangun dan melanjutkan cerpen yang belum selesai. Ia menyamankan posisi tidurnya, lalu memejamkan matanya untuk segera tertidur.

Srekk... srekk....

Tuk... tuk....

Via menghela napas pelan saat suara-suara tersebut masih terus terdengar. Ia sangsi jika itu benar-benar manusia. Ini sudah lewat tengah malam, manusia mana yang iseng melemparkan kerikil di jendela kamar orang lain.

Dalam hati ia terus berdoa agar gangguan yang ia dengar menghilang. Ia menghembuskan napasnya pelan, mencoba untuk tak acuh pada suara-suara yang terdengar ramai.

Suara orang-orang berbicara di depan kamarnya, suara seseorang sedang bermain pasti di depan kostannya, dan juga seseorang yang iseng melempari kerikil ke jendela kamarnya. Sedangkan saat ini sudah lewat tengah malam, dan ia yakin bukan manusia yang melakukan semua hal yang ia dengar malam ini.

•••

1
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Tiap bab beda orang dn ceritaa..
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Aneh ini cerita tip bab beda2 orang..
ashputri: halo kak, setiap bab beda cerita karena ini cerpen ya kak. Bukan novel, cerpen akan habis di satu bab aja. Jadi di sini setiap babnya beda-beda ceritanya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!