Nayra Kirana, gadis berusia 22 tahun yang baru lulus kuliah, dihadapkan pada kenyataan pahit, ayahnya sakit keras dan keluarganya berada di ambang kehancuran ekonomi. Ketika semua pintu tertutup, satu-satunya jalan keluar datang dalam bentuk penawaran tak terduga—menikah dengan Arka Pratama, pria terpandang, CEO sukses, sekaligus... paman dari senior sekaligus bos tempatnya magang.
Arka adalah duda berusia 35 tahun, dingin, tertutup, dan menyimpan banyak luka dari masa lalunya. Meski memiliki segalanya, ia hidup sendiri, jauh dari kehangatan keluarga. Sejak pertama kali melihat Nayra saat masih remaja, Arka sudah merasa tertarik—bukan secara fisik semata, melainkan pada keteguhan hati dan ketulusan gadis itu. Ketika Nayra tumbuh dewasa dan kesulitan menghimpit hidupnya, Arka melihat kesempatan untuk menjadikan gadis itu bagian dari hidupnya.
Tanpa cinta, tanpa keromantisan, mereka memulai hidup sebagai suami istri berdasarkan perjanjian: tidak ada kewajiban fisik, tidak ada tuntutan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lee_ya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami Sakit, Istri Berulah
Dua hari setelah Arka diperbolehkan pulang dari rumah sakit, rumah kembali terasa hidup. Tapi tentu saja, kehidupan rumah tangga Nayra dan Arka nggak pernah benar-benar biasa-biasa aja.
“Nay, aku lapar,” keluh Arka sambil menyandarkan tubuhnya di sofa. Selimut sampai dagu, ekspresi seperti pasien sinetron yang hidup tinggal tiga jam lagi.
Nayra, yang sedang memakai masker sheet mask dan daster penuh motif alpukat, menjawab tanpa menoleh.
“Sabar, Pak Pasien. Chef-nya lagi multitasking. Aku lagi ngurus Alma, rebus telur, maskeran, dan nonton drakor bersamaan.” Jawab Nayra.
Walaupun di rumah besar itu ada beberapa asisten rumah tangga, namun Nayra ingin mengurus anak dan suaminya sendiri.
“Kalau gitu, jangan sedih kalau tenagaku habis dan tinggal nama aja. Jangan lupa kirimkan bunga matahari ke pemakaman ya...” Canda Arka.
Nayra langsung berdiri, melepas maskernya. “Waduh! Waduh! Kenapa kamu mendadak mellow?! Ini akibat kamu kelamaan scroll motivasi hidup di TikTok, ya?!”
Arka tertawa kecil.
“Nggak kok, aku cuma kangen kamu cerewetin aku kayak biasanya.” Celetuk Arka.
Nayra mendekat, lalu duduk di pinggir sofa sambil membelai rambut suaminya.
"Tenang, sebentar lagi aku kembali jadi diriku yang cerewet, nyebelin, dan penuh energi negatif. Kamu harus terima aku dengan setelan gitu yah," kata Nayra sambil mencolek Arka.
“Wah, jadi kamu sadar kamu nyebelin.”
“Nay”
BRAK!
Pintu rumah mendadak dibuka keras oleh seseorang.
“Tebak siapa yang datang!” seru suara familiar.
Nayra membelalak. “Tante Mega?!”
Tante Rina, adik dari mama Arka, melangkah masuk dengan rambut yang dicat merah marun dan kacamata hitam meski di dalam rumah.
“Dengar kabar keponakan gantengku operasi usus buntu, langsung aku terbang dari Bali!”
Arka dan Nayra langsung saling pandang. Panik.
***
Satu jam kemudian, ruang tengah seperti ruang tamu infotainment.
Tante Mega duduk seperti ratu, menyodorkan minyak kutus-kutus ke Arka.
“Ini oles di pusar, pinggang, belakang telinga. Usus kamu langsung sembuh dan jadi lentur seperti rumput laut!” Kata Tante Mega.
Arka bingung harus tertawa atau menangis.
Sementara Nayra sibuk membuat teh, matanya sesekali melirik Alma yang tidur.
“Tante Mega itu kayak kombinasi dukun dan selebgram,” bisik Nayra ke Arka saat lewat.
“Dan kamu kayak pembantu pribadi selebgram-nya.” Ucap Arka.
“Mulai ya mulut kamu...,"
“APA ITU?” seru Tante Mega mendadak, menunjuk bungkusan kecil di atas kulkas.
“Oh, itu daun pepaya buat MPASI Alma,” jawab Nayra tenang.
Tante Mega langsung berdiri. “DAUN PEPAYA?! Tahu nggak itu pahit?! Bayi jangan dikasih makanan yang pahit! Nanti mulutnya ngomel terus!”
“...kayak siapa ya,” gumam Nayra pelan.
***
Malam harinya, setelah Tante Mega tertidur di kamar tamu dengan diffuser, bantal aromaterapi, dan selimut elektrik, Nayra dan Arka kembali bisa bernafas.
“Kita selamat untuk malam ini,” bisik Nayra dramatis.
Arka tersenyum. “Kamu hebat banget hari ini. Bisa jadi istri, ibu, koki, sekaligus penghibur tamu.” Arka menahan senyumnya.
Nayra meringkuk di samping Arka. “Tapi kamu tahu yang lebih hebat dari semua itu?”
“Apa?”
“Aku masih bisa tertawa padahal suamiku belum bisa duduk tegak tanpa meringis.”
Arka mencubit pelan pipinya. “Kamu cinta banget ya sama aku?”
“Cinta tapi juga dendam. Kamu belum nyuci botol susu selama dua minggu loh!”
Arka tertawa. “Oke, begitu aku sembuh, aku cuci semua botol. Termasuk botol tetangga!”
Nayra tertawa keras, lalu memeluk suaminya.
Dalam pelukan itu, meski ada nyeri operasi dan suara napas bayi yang lembut di kamar sebelah, mereka tahu.
Dalam rumah kecil ini, tak ada yang sempurna. Tapi segalanya terasa cukup... karena cinta mereka penuh tawa.
***
Pagi hari di rumah keluarga kecil Arka dan Nayra tidak pernah tenang, terlebih sejak kedatangan Tante Mega adik dari Mama Arka yang memutuskan tinggal sementara “untuk merawat Arka yang sedang pemulihan”.
Padahal sejak datang, yang dirawat justru koleksi tanaman herbal dan bumbu dapur yang ia bawa dari rumah.
“Ini, kamu minum air rebusan daun salam, jahe merah, cengkeh, dan tiga butir merica tiap pagi ya, Ka,” kata Tante Mega sambil menuangkan cairan cokelat keruh ke dalam gelas.
Arka melirik ke arah minuman itu seperti menatap cairan dari planet lain.
“Tante, itu aromanya kok kayak campuran dapur sama garasi?”
“Itu tandanya sehat. Minum dulu, baru komentar.” Jawab Tante Mega cepat, sambil menyodorkan gelas berisi ramuan planet itu ke Arka.
Nayra, yang baru saja muncul dari kamar sambil menggendong Alma, langsung menutup hidung.
"Tante saya sih percaya pengobatan herbal, tapi ini kayaknya lebih cocok buat nyuci ban motor deh,"
“Makanya kamu belum seimbang chakranya, Nay!” seru Tante Mega dengan serius. “Ini tuh ilmu dari Bali, dari guru spiritualku!”
“Guru spiritual atau tukang jamu keliling sih, Tante?” gumam Nayra pelan sambil menyusui Alma.
Dua hari tinggal bersama Tante Mega, Nayra mulai merasa kewarasannya terganggu. Bukan hanya karena setiap pagi dapur berbau daun kayu manis yang digoreng (iya, digoreng) tapi juga karena Tante Mega gemar menyusup ke kamar mereka dan “membersihkan energi negatif” dengan menabur garam di bawah kasur.
“Ka kamu tahu nggak,” kata Nayra sambil memeluk Arka malam itu, “aku cinta sama kamu. Tapi kalau Tante Mega nggak pulang minggu ini, aku yang bakal pergi.”
Arka tertawa kecil sambil mengelus kepala istrinya. “Sabar, Nay, it tanda kamu sedang lulus ujian rumah tangga.”
“Ujian apanya? Ini lebih kayak tes mental di reality show horor.”
Tiba-tiba pintu kamar diketuk.
“Nay, Ka... Tante masuk ya!” suara Tante Mega terdengar ceria.
Nayra langsung membeku. “JANGAN!!!”
Terlambat. Tante Mega sudah masuk dengan senyum lebar dan bantal sobek di tangan.
“Aku bawa bantal lavender-ku, biar kalian tidurnya lebih nyenyak.”
“Tenang, Tante. Kami sudah cukup ngantuk karena stres,” jawab Nayra, nyaris menangis.
Puncaknya terjadi keesokan paginya.
Tante Mega membuat sarapan dari bahan yang ia sebut sebagai “energi bumi” yaitu nasi merah, telur rebus tanpa garam dan teh daun sirih.
“Nay, kamu harus makan juga. Biar ASI kamu penuh energi.”
Nayra menatap piringnya lama. Lalu diam-diam menaruh telur itu ke kantong bajunya.
“Ka, tolong aku mau delivery nasi padang,” bisiknya ke Arka.
“Kalau ketahuan, Tante Mega bisa manggil guru chakranya buat neror kamu.” Celetuk Arka.
“Lebih baik diteror jin daripada kelaparan begini!”
Dan pada akhirnya, Nayra nekat sembunyi di kamar mandi selama 30 menit demi bisa makan cemilan rahasia keripik singkong pedas.
Namun, di tengah segala kekacauan itu, Nayra tak bisa menolak satu hal,
Ketika malam tiba dan Nayra tanpa sengaja mendengar Tante Mega menangis pelan di kamar tamu.
Dengan pelan, Nayra mengetuk pintu dan masuk. “Tante, kenapa?”
Tante Mega mengelap air matanya.
“Tante cuma senang lihat kalian bahagia. Tante nggak pernah punya keluarga kecil kayak begini. Tante sering sendiri. Jadi pas Arka sakit, tante merasa punya alasan untuk dekat lagi.”
Nayra terdiam. Lalu duduk di sampingnya. “Tante bisa datang kapan pun. Tapi, mungkin tanpa bantal lavender dan teh sirih juga nggak apa-apa.” Kata Nayra berhati-hati.
Tante Mega tertawa kecil sambil menepuk tangan Nayra.
Dan malam itu, untuk pertama kalinya, Nayra tidak merasa terganggu hanya sedikit tergelitik oleh cinta seorang tante yang ekspresif dan yah agak eksentrik.
Setiap keluarga membawa cara cintanya masing-masing, meski kadang tak masuk akal dan menguji batas kesabaran. Tapi dari situlah kehangatan lahir, bukan dari kesempurnaan, melainkan dari ketulusan dan banyak tawa.