NovelToon NovelToon
CEO'S Legal Wife

CEO'S Legal Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: salza

Leora Alinje, istri sah dari seorang CEO tampan dan konglomerat terkenal. Pernikahan yang lahir bukan dari cinta, melainkan dari perjanjian orang tua. Di awal, Leora dianggap tidak penting dan tidak diinginkan. Namun dengan ketenangannya, kecerdasannya, dan martabat yang ia jaga, Leora perlahan membuktikan bahwa ia memang pantas berdiri di samping pria itu, bukan karena perjanjian keluarga, tetapi karena dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon salza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Leonard berdiri di sudut ruangan ketika empat pria itu mendekat hampir bersamaan.

Roy langsung merangkul bahunya.

“Selamat,” katanya sambil tertawa kecil. “Akhirnya juga.”

Elan dan Eric ikut menepuk punggung Leonard, sementara David memeluknya singkat—formal, tapi tulus.

“Gue nggak nyangka lo bakal ngadain acara secepat ini,” ujar Elan.

Eric mengangguk. “Iya. Ini versi paling mendadak dari hidup lo.”

Leonard hanya mengangkat bahu. “Ada hal yang nggak perlu ditunda.”

David menatapnya lebih lama dari yang lain, lalu berkata datar,

“Jujur aja. Kenapa acaranya tiba-tiba begini? Gue baru tahu tadi malam, itu pun pas undangan dari asisten pribadi lo nyampe ke kantor.”

Roy melirik Leonard. “Nah, itu juga yang mau gue tanya.”

Leonard menghela napas singkat, lalu menyeringai tipis—senyum yang jelas disengaja.

“Yeh,” katanya santai, “mau tau aja lo.”

Roy langsung tertawa. “Kurang ajar.”

Elan menggeleng pelan. “Jawaban paling Leonard.”

Eric terkekeh. “Rahasia negara, ya?”

Leonard merapikan manset kemejanya.

“Alasan pribadi. Nggak perlu diumbar.”

David mendengus pelan. “Terserah. Yang penting lo tahu tanggung jawab apa yang lo ambil.”

Leonard menatap mereka satu per satu, wajahnya kembali datar.

“Kalau gue nggak tahu, gue nggak bakal berdiri di sini sekarang.”

Hening sesaat tercipta.

Roy menepuk bahu Leonard. “Oke. Kita anggap itu jawaban final.”

Leonard tidak menambahkan apa pun. Ia tetap berdiri di sana, tenang—menyimpan alasannya rapat-rapat, bahkan dari orang-orang yang paling mengenalnya.

Leonard masih berdiri bersama mereka ketika Roy menyengir kecil, seolah baru ingat sesuatu.

“Eh, ngomong-ngomong,” ujar Roy santai, “kemarin gue ketemu lo di mal.”

Leonard melirik sekilas. “Hm.”

“Elu lagi sama Leora,” lanjut Roy. “Belanja gaun, perhiasan, sampai barang-barang mewah. Total calon suami idaman.”

Eric terkekeh. “Serius? Lengkap banget.”

Leonard menjawab singkat, “Persiapan.”

Roy mengangguk, lalu nadanya berubah sedikit.

“Tapi gue heran aja. Beberapa hari sebelumnya, nama Jaesica Qie masih sering diseret ke lo. Jadi… sekarang gimana?”

Suasana langsung merenggang.

Leonard menatap Roy datar.

“Itu urusan lama.”

“Elu yakin udah beres?” tanya Roy, tanpa nada menekan, tapi jelas ingin tahu.

Leonard tidak menghindar.

“Yang sekarang istri gue.”

Jawaban singkat itu membuat Elan mengangkat alis.

“Oke, itu tegas.”

Eric tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana.

“Kalau gitu, kita ganti topik.”

Ia menyenggol Elan. “Ngomong-ngomong, Len—”

Elan langsung menyambung dengan seringai jahil.

“Berapa ronde lo nanti malam?”

Leonard menatap mereka tajam. “Kalian berdua cari mati.”

Roy tertawa. “Santai, Len. Itu bentuk perhatian.”

Eric mengangkat tangan. “Kami cuma penasaran tingkat ketegangan seorang Leonard Alastair.”

Leonard mendengus. “Nggak lucu.”

Di tengah tawa kecil itu, David yang sejak tadi diam akhirnya bersuara.

“Satu hal lagi,” katanya serius. “Kenapa yang diundang cuma beberapa orang?”

Roy ikut menoleh. “Iya. Biasanya skala lo jauh lebih besar.”

Leonard merapikan mansetnya.

“Ini bukan acara publik.”

“Jadi memang disengaja?” tanya David.

Leonard mengangguk.

“Aku cuma butuh orang-orang yang memang perlu ada.”

David menatap Leonard beberapa detik, lalu mengangguk pelan.

“Kalau itu pilihan lo, gue hargai.”

Roy tersenyum tipis. “Berarti ini benar-benar personal.”

Tawa kecil itu memudar. Leonard menatap keempat pria di hadapannya, suaranya tenang namun penuh tekanan.

“Ada satu hal, lo lo lo harus dengerin baik-baik” katanya.

Roy langsung menangkap keseriusannya. “Hm?”

Leonard merapikan manset kemejanya.

“Pernikahan ini tidak perlu diketahui publik sekarang.”

Elan mengernyit. “Jadi…?”

“Biarkan orang luar tahu dari aku sendiri,” lanjut Leonard datar,

“bukan dari orang lain.”

Eric terdiam. “Termasuk media?”

“Termasuk semuanya,” jawab Leonard singkat.

David menatapnya serius. “Kalau ada yang bocor?”

Leonard mengangkat pandangannya. Tatapannya dingin, tak meninggi—namun cukup membuat suasana membeku.

“Aku akan tahu sumbernya,” katanya pelan.

“Dan aku tidak suka dikecewakan.”

Roy menghembuskan napas kecil, lalu mengangguk.

“Pesan diterima.”

Elan mengangkat kedua tangan. “Aman. Nama gue nggak mau masuk daftar hitam lo.”

Eric terkekeh tipis. “Gue juga lebih suka hidup tenang.”

Leonard menatap mereka satu per satu.

“Ini bukan larangan. Ini batas.”

David mengangguk pelan. “Dipahami.”

Leonard melangkah mundur, ekspresinya kembali datar.

“Kalau waktunya tepat, aku sendiri yang akan bicara.”

Dan kalimat itu terdengar bukan sebagai permintaan melainkan keputusan final.

percakapan serius itu terputus saat sebuah suara menyelip ringan di antara mereka.

“Serius amat.”

Keempat sahabat Leonard langsung menoleh bersamaan.

Leora berdiri di sana dengan gaun sederhana namun anggun. Ekspresinya tenang, senyum tipis menghias wajahnya—bukan senyum akrab, melainkan senyum sopan seorang tuan rumah.

Roy langsung bereaksi paling cepat.

“Wah, akhirnya muncul juga.”

Elan mengangguk antusias. “Iya, iya. Ini yang dari tadi kami tunggu.”

Eric menyeringai. “Istri sahabat kita ternyata cantik juga ya.”

Roy tertawa kecil. “Bukan juga—lebih cantik dari cewek-cewek kita malah.”

Elan menimpali, sengaja berlebihan.

“Fix. Leonard menang telak.”

Leora sedikit terkejut, namun tetap menjaga ekspresi. Ia hanya tersenyum kecil.

“Kalian berlebihan.”

“Enggak,” kata Eric santai. “Kami objektif.”

David mengangguk setuju. “Selamat, Leora.”

“Terima kasih,” jawab Leora singkat, suaranya lembut dan terukur.

Leonard berdiri di sampingnya, namun hampir tidak bereaksi. Ia hanya melirik sebentar, lalu berkata datar,

“Jangan lebay.”

“Itu dia,” Roy tertawa. “Respon paling dingin dari pengantin pria.”

Elan menghela napas dramatis. “Istrinya dipuji segitunya, reaksinya segitu.”

Leora menarik napas kecil, lalu memutuskan berbasa-basi seperlunya.

“Kalian sahabat Leonard?” tanyanya ringan.

Roy tersenyum. “Iya. Sayangnya.”

Elan tertawa. “Kami sudah berteman lama. Jadi sudah kebal sama sifatnya.”

Eric mengangguk setuju. “Versi dinginnya itu sudah default.”

Leora tersenyum tipis. “Sepertinya begitu.”

Leonard hanya berdiri di sampingnya, diam.

“Jangan bahas aku,” katanya datar.

Roy mengangkat kedua tangan. “Siap.”

Leora melirik mereka satu per satu.

“Terima kasih sudah datang. Aku harap acaranya tidak terlalu merepotkan.”

“Justru kami senang,” jawab Eric. “Jarang lihat Leonard di acara keluarga begini.”

Elan menambahkan, “Apalagi sekarang statusnya resmi.”

Leora mengangguk kecil, tak menanggapi lebih jauh.

Lalu pandangannya berhenti pada Roy. Alisnya sedikit terangkat, seolah mengingat sesuatu.

“Kamu…” katanya ragu sejenak, lalu tersenyum sopan,

“yang kemarin di mall itu, ya?”

Roy tampak terkejut, lalu tertawa kecil.

“Iya. Ketahuan.”

“Pantas,” ucap Leora ringan. “Aku merasa pernah melihatmu.”

Leonard melirik Roy singkat. “Udah ketemu.”

Roy mengangguk. “Waktu kalian lagi belanja.”

Leora mengangguk pelan. “Hahahaa,baiklah.”

Percakapan mereka terhenti saat seorang staf mendekat dan berbisik pelan di telinga Leora.

Leora mengangguk kecil. Ia lalu menoleh kembali pada keempat sahabat Leonard.

“Maaf,” ucapnya sopan, “aku dipanggil Ayah dan Ibu sebentar.”

Roy tersenyum. “Silakan.”

Eric mengangguk. “Kami senang akhirnya bisa kenal.”

“Terima kasih sudah datang,” balas Leora singkat.

Ia kemudian menoleh ke Leonard.

“Aku ke sana dulu.”

Leonard mengangguk tanpa banyak ekspresi.

“Ya.”

Tidak ada sentuhan, tidak ada basa-basi tambahan. Leora melangkah pergi dengan sikap anggun, punggungnya tegak, ekspresinya tetap tenang.

Begitu Leora menjauh, Elan langsung menghela napas.

“Istrilo kalem banget.”

Eric mengangguk. “Beda dari yang gue bayangin.”

Roy melirik Leonard. “Dan kelihatan tahu batas.”

Leonard tetap diam.

David menatap ke arah Leora yang kini duduk bersama para orang tua.

“Dia pintar menjaga posisi.”

Leonard akhirnya bersuara, singkat dan datar.

“Keliatannya aja kan? Pastinya juga enggak.”ucap Leonard

Leora baru saja menjauh ketika Elan menoleh ke Leonard dengan ekspresi penuh arti.

“Lo sadar nggak,” katanya pelan, “sejak dia datang, lo hampir nggak ngomong.”

Eric mengangguk setuju. “Biasanya lo bakal potong pembicaraan, atau minimal nyindir. Ini… beda.”

Roy menyeringai tipis. “Bahkan dingin versi lo hari ini kelihatannya lebih hati-hati.”

Leonard tetap berdiri dengan wajah datar.

“Berlebihan.”

David menggeleng pelan. “Bukan. Lo berubah.”

Leonard akhirnya menoleh, tatapannya tenang tapi tegas.

“Gue cuma nggak perlu banyak bicara.”

“Justru itu,” sambung Roy. “Leonard yang kami kenal selalu merasa perlu mengontrol ruangan. Sekarang lo lebih banyak nahan diri.”

Hening sejenak.

Elan melirik ke arah Leora di kejauhan.

“Dan itu terjadi pas dia ada.”

Leonard menghela napas singkat.

“Jangan disimpulkan macam-macam.”

Eric tersenyum kecil. “Tenang. Kami nggak menghakimi.”

David menambahkan pelan, “Kalau dia yang bikin lo lebih berhitung sebelum bertindak… itu bukan hal buruk.”

Leonard tidak langsung menjawab. Pandangannya sempat tertuju ke arah Leora—sekilas saja—lalu kembali kosong.

“Mungkin,” katanya akhirnya singkat.

Roy tersenyum tipis. “Berarti ini serius.”

Leonard tidak menyangkal.

Dan bagi keempat sahabatnya, satu hal semakin jelas:

bukan acaranya yang membuat Leonard berubah,

melainkan wanita yang baru saja ia biarkan pergi menjauh dengan tenang.

1
pamelaaa
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!