Sharmila, seorang wanita cantik, sedang bersiap untuk hari pernikahannya dengan Devan, bos perusahaan entertainment yang telah dipacarinya selama tiga tahun.
Namun, tiba-tiba Sharmila menerima serangkaian pesan foto dari Vivian, adik sepupunya. Foto kebersamaan Vivian dengan Devan. Hati Sharmila hancur menyadari pengkhianatan itu.
Di tengah kekalutan itu, Devan menghubungi Sharmila, meminta pernikahan diundur keesokan harinya.
Dengan tegas meskipun hatinya hancur, Sharmila membatalkan pernikahan dan mengakhiri hubungan mereka.
Tak ingin Vivian merasa menang, dan untuk menjaga kesehatan kakeknya, Sharmila mencari seorang pria untuk menjadi pengantin pengganti.
Lantas, bagaimana perjalanan pernikahan mereka selanjutnya? Apakah pernikahan karena kesepakatan itu akan berakhir bahagia? Ataukah justru sebaliknya?
Ikuti kisah selengkapnya dalam
KETIKA MUSUH MENJADI PENGANTIN PENGGANTI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Tidur seranjang
.
Sharmila mencebik. Pria di hadapannya ini benar-benar sombong. Sayangnya semua kesombongannya itu benar-benar pada tempatnya, sehingga ia tak memiliki celah sedikitpun untuk membantah.
“Apa perlu membuat surat kontrak seperti ini. Kamu curiga aku akan menipumu?” Sharmila terlihat tidak suka.
"Tentu saja perlu. Semua orang sudah tahu kalau kita menikah. Dengan adanya surat kontrak ini aku bisa memastikan posisiku aman.”
Sharmila menggelengkan kepala benar-benar tak habis pikir dengan isi otak pria itu.
“Hanya sebagai contoh saja, jika suatu saat nanti kamu ketahuan selingkuh dariku, maka aku akan menguasai semua hartamu," ucap Zayden dengan seringai liciknya.
Sharmila tertawa kecil meskipun hatinya kesal, “Arya, aku katakan padamu, itu adalah sesuatu hal yang tidak mungkin, Karena aku bukan wanita seperti itu. Jadi kamu tenang saja."
"Tetap saja, aku butuh jaminan. Karena kata-kata yang hanya dimulut kadang bisa diingkari. Jadi, akan lebih baik jika ada bukti hitam di atas putih.”
Sharmila mengumpat dalam hati, Zayden benar-benar orang yang terlalu waspada. Bahkan pada dirinya pun Zayden tidak begitu saja percaya.
“Arya, apa kamu tidak berpikir dengan baik? Bagaimana jika suatu saat nanti kamu yang ketahuan selingkuh? Kamu akan kehilangan semua hartamu. Apa kamu tidak akan menyesal?”
Zayden tertawa terbahak-bahak lalu menatap ke arah Sharmila. “Rupanya kamu tidak melihatku dengan benar. Aku ini seorang raja, wanita-wanita yang di luar itu apa? Apa mereka selevel denganku hingga bisa membuatku selingkuh?"
Mata Sharmila mendelik kesal. Tentu saja itu benar, wanita-wanita di luar sana dibandingkan Zayden, ibarat lalat-lalat pengganggu. Sama sekali tidak sebanding.
Pada akhirnya wanita itu hanya bisa membuang nafas kasar. Matanya kembali menatap huruf demi huruf yang ada dalam surat kontrak meneliti setiap poin. Dan sejauh ia membaca tak satupun dari poin tersebut yang merugikan dirinya. Hingga matanya menatap poin terakhir.
“Kenapa kita juga harus tinggal bersama?"
“Sharmila, coba kamu pikir baik-baik. Aku sedang duduk di tengah-tengah rapat, lalu tiba-tiba saja ada seorang wanita melamarku lewat telepon. Dan wanita itu adalah calon pengantin Devan. Apa kamu tahu, hari itu para pemegang saham langsung ribut. Mereka takut pernikahan yang tiba-tiba akan membuat perusahaan gonjang-ganjing.”
Sharmila terdiam memikirkan setiap kata yang meluncur dari mulut Zayden. Memang tidak salah.
“Untuk membuat mereka tenang, aku menjanjikan bahwa tidak akan ada masalah apapun dalam pernikahan ini. Lalu kalau publik tahu kita tinggal terpisah, apa kamu tidak berpikir itu akan membahayakan posisiku? Kamu tahu kan, dunia bisnis itu kejam. Hal sekecil apapun bisa mereka gunakan untuk menjatuhkan lawan.”
Sharmila benar-benar tak bisa berkata-kata. Karena mungkin apa yang diucapkan oleh Zayden, juga akan terjadi pada dirinya jika publik mengetahui bahwa pernikahannya dengan Zayden ternyata hanya sandiwara.
“Sepertinya aku memang tidak memiliki pilihan lain," ucap Sharmila. Dengan berat hati akhirnya dia menandatangani juga kontrak pernikahan itu.
Di tempat duduknya Zayden menahan dirinya yang ingin melompat dan bersorak. “Mulai sekarang, jangan pernah berpikir untuk lari dariku."
Sharmila menutup berkas yang sudah ditandatangani lalu melemparkan kemeja ke hadapan Zayden. “Sudah aku tanda tangani, sekarang antar aku pulang!" ucapnya langsung bangkit.bangkit
Zayden ikut bangkit, namun bukan untuk mengantar pulang. Pria itu menarik tangan Sharmila untuk masuk ke dalam tempat peristirahatannya yang ada di ruang kerja tersebut.
“Mau apa kamu membawaku ke sini?" tanya Sharmila gugup.
“Hahhh,,," Zayden membuang nafas kasar. “Ini sudah tengah malam, apa kamu tega membangunkan sopir? Dia juga manusia yang butuh istirahat."
Mata Sharmila memicing, apa yang bicara di depannya ini benar-benar Zayden? Sejak kapan musuh yang terkenal sebagai pembuat onar dan kejam ini memiliki peri kemanusiaan?
Tapi, sesaat kemudian matanya memindai seluruh ruang. Sebuah ranjang tidur besar, tapi hanya satu yang ada dalam ruangan itu. “Apa kita akan tidur di satu ranjang?" tanyanya ragu.
Zayden menatap ke arah Sharmila, memperhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan mengejek. “Apa menurutmu, dadamu yang rata seperti papan setrikaan itu bisa membuatku bernafsu?”
Seketika dua tangan Sharmila terkepal, rahangnya mengeras dengan gigi yang saling beradu. Jika boleh, ingin sekali rasanya dia melepas sepatunya dan memukul kepala pria itu.
Mengambil nafas dalam-dalam membuangnya berkali-kali mencoba mempertahankan kesabaran. Setelah hari ini mungkin akan lebih banyak kata-kata pedas yang keluar dari mulut Zayden.
Wanita yang kemudian menghentakkan kaki dengan kesal, meninggalkan pria itu, melempar tasnya dengan sembarang ke atas nakas, berbaring setelah meletakkan guling di tengah sebagai pembatas, lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Zayden tergelak tanpa suara, “Imut sekali," gumamnya dalam hati. Pria yang kemudian menyusul berbaring di samping istrinya.
Di dalam selimut, mata Sharmila masih terbuka. Tanpa sadar memegang dadanya sendiri. Menggenggam dua buah squishy dengan dua telapak tangannya.
“Tidak rata kok," pikirnya dalam hati. “Cukup besar kalau digenggam," pikirnya lagi karena buah itu tak muat dalam genggaman tangannya. Wanita yang mengerutkan kening. Mengingat telapak tangan Zayden yang besar, menggelengkan kepala berkali-kali ketika merasa otaknya tiba-tiba tercemar.
“Oh tidak, Sharmila, Jangan berpikir aneh-aneh, cepat tidur!” perintahnya pada diri sendiri. “Dasar Arya sialan!"
Hanya mampu mengumpat dalam hati. Namun, perlahan matanya terpejam. Dengkuran halus terdengar dari mulutnya.
Bruk…
Guling pembatas terlempar ke lantai di sisi ranjang dihadapan Sharmila yang berbaring miring.
Srettt…
Tubuhnya ditarik. Namun, ia tak lagi merasakannya. Dekapan hangat membuatnya semakin terbuai mimpi.
Hingga kala pagi tiba…
Kedua matanya mengerjap berkali-kali, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke dalam retina nya. Merasakan sesuatu yang berbeda. Tangannya mulai meraba. Kenapa tekstur guling menjadi keras. Perlahan matanya benar-benar terbuka.
“Aaaa…”
“Kebakaran… kebakaran…!” Zayden yang terkejut ikut berteriak latah.
“Apa yang kau lakukan padaku?!" Ujung telunjuk Sharmila menuding ke arah wajahnya.
“Aku?" Zayden menunjuk ke arah hidungnya sendiri. Wajahnya benar-benar seperti orang bodoh. “Aku tidur pulas selalu terkejut karena teriakanmu, lalu kamu bertanya apa yang kulakukan?"
"Jelas-jelas kamu memelukku, jangan pura-pura tidak tahu!” bentak Sharmila.
Kepala Zayden menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu menunduk menatap kasur di mana dirinya berada.
“Apa kamu tidak salah? Jelas-jelas aku masih berada di posisiku. Justru kamu yang ikut menempati bagianku. Pasti kamu sendiri yang tadi malam datang memelukku mencari kehangatan." Matanya menatap ke arah Sharmila dengan pandangan menyelidik.
“Aku?" Sharmila merasa tidak terima karena dituduh. Ia mencari guling pembatas yang tadi malam ia letakkan di tengah. Wajahnya menjadi pucat ketika menyadari sesuatu.
“Itu buktinya, pasti kamu sendiri yang membuang guling," tuduh Zayden. Nada suaranya terdengar kesal, padahal dalam hatinya sedang tertawa terbahak-bahak.
Keren Thor novelnya 👍😍
tul nggak Mama 😄😄😄
kira2 berapa derajat ya suhu ruangan di butik itu....
aku rela ko bang bantuin isi dalma kartu hitam mu itu...
karna banyak yang mau saya beli... 🤣🤣🤣🤣🙏
dari motor, renov rumah biaya sekolah 3 anak...
boleh ya bang... boleh lah... boleh lah...
Zayden berkata....
Apa aku mengenalmu...
kita ta se akrab itu ya... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣