Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.
Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Bukti
Tatapan nya redup saat ia melihat baju Rudi tergantung di tali jemuran, mungkin baru di cuci oleh ibu nya.tadi pagi Naima sengaja tidak bangun karena masih kesal kepada ibu nya yang masih membela Rudi.
Di antara air mata yang mengalir deras.terpancar tekad yang begitu kuat di dalam nya.
" Aku tidak akan membiarkan Bapak terus menerus meninggalkan trauma dalam hidup kami,akan Aku balas semua nya.hari ini juga Ibu harus percaya kepada ku."
Naima kembali merapikan penampilan nya.beruntung tadi masih bisa mengontrol tangis nya sehingga mata nya tidak jadi bengkak.
Pikiran Naima mendadak kalut,ingin rasa nya dia mengajukan izin lewat surat bahwa dia tidak akan berangkat ke sekolah.tapi hari ini ada ulangan matematika.kalau nilai nya jelek Naima khawatir beasiswa itu akan terlepas dari genggaman tangan nya.
Beruntung pagi ini Rudi belum pulang,itu membuat Naima sedikit merasa lega.
Naima menghela nafas panjang sebelum akhirnya meraih tas yang terasa berat di pundak nya.
Di ruang tamu yang serbaguna itu,Dito sedang menikmati sarapan pagi nya.
" Cepat makan nya To." kata Naima karena tidak ingin berpapasan dengan Bapak nya untuk pagi ini saja.
Dito menoleh lalu mengangguk kan kepala dengan mulut yang menggembung.setelah mulut nya kosong Dito buru-buru minum air putih karena hanya itu yang ada di rumah ini.
" Mbak nggak sekalian sarapan?" tanya Dito merasa heran melihat kakak nya tidak ikut sarapan.
" Tadi Mbak udah sarapan lebih dulu dari Kamu,ayo berangkat ke sekolah."Dito diam sambil menatap lekat wajah kakak nya.
Wajah Naima tampak lebih pucat.Dito bangkit iseng memegang lengan Kakak nya yang terasa hangat dari biasa nya.
" Wajah Mbak kenapa pucat sekali? Mbak sakit ya?" tanya Dito penuh perhatian.
Dito sedikit berjinjit untuk menjangkau dahi kakak nya,maklum saja Naima lebih tinggi dari Dito.walaupun sudah berjinjit tetap saja hanya ujung jari yang bisa menyentuh dahi sang Kakak.
" Badan Mbak panas banget! Sebaik nya hari ini Mbak libur dulu ke sekolah nya.nanti biar Dito yang mampir ke sekolah Mbak minta izin sama guru Mbak langsung." ujar nya tidak masalah kalau harus menempuh perjalanan jauh yang penting Kakak nya tidak di anggap bolos sekolah.
Naima menggeleng sambil tersenyum kecil tidak setuju dengan ide dari sang adik.selama ini mereka berdua jarang sakit.meskipun makan seadanya tetapi daya tahan tubuh mereka kuat. sekuat hati mereka menghadapi tingkah Bapak kandung.entah kenapa pagi ini tubuh Naima mendadak tidak sehat, mungkin efek dari perdebatan semalam yang terus-menerus mengusik pikiran nya.
" Mbak baik-baik saja ! Nanti mau minta obat di UKS saja.ayo berangkat takut kesiangan." Dito berjalan di belakang Naima takut Kakak nya tiba-tiba ambruk.
Di simpang empat yang ramai oleh pejalan kaki,kakak beradik ini akhirnya harus berpisah karena tujuan mereka berbeda.
" Hati-hati Mbak! Kalau pusing jangan di paksakan buat jalan terus." ujar Dito masih khawatir kepada kakak nya.
Tidak ada tempat mengadu,sakit pun hanya bisa di tanggung sendirian.mereka paham sang ibu sudah lelah mencari nafkah tidak perlu di tambah lagi dengan urusan yang tidak penting.mereka berdua lebih sering minta obat di UKS ketimbang periksa ke dokter.sayang uang nya lebih baik di tabung saja.toh setelah minum obat dari UKS dan di bawa istirahat sejenak sakit yang tadi di rasakan pun langsung hilang.
" iya aman! Nanti jangan lupa temui Mbak di gang Cipta Sari ya.Mbak tunggu Kamu di sana." teriak Naima supaya Dito tidak lupa .
" Iya." jawab Dito singkat meskipun penasaran dengan tujuan kakak nya mengajak ke sana tetapi Dito mampu menahan rasa penasaran itu.
Tin...Tin...
" Naima..Naima."
" Bareng Aku saja ." tawar Malik tidak lupa tersenyum manis kepada Naima.
Naima yang sudah lelah berjalan terpaksa menerima tawaran dari Malik.semua mata tertuju kepada mereka berdua saat motor Malik mulai memasuki gerbang sekolah.
" Terimakasih ya Lik." ucap Naima memilih masuk ke kelas lebih dulu untuk menghindari tatapan penuh tanya dari banyak pasang mata.
Maklum saja Malik adalah siswa Paling populer di sekolah mereka, Naima tidak mau menjadi sasaran amukan dari fans Malik yang terkenal bar-bar.
Siapa lah dia yang memang tidak pantas untuk menjadi kekasih Malik,Naima cukup sadar diri dan tidak berniat untuk mendekati Malik.
Kalau bukan karena kepala nya pusing mana mungkin Naima mau menerima tawaran dari Malik.
" Bareng saja ke kelas nya Nai." ujar Malik dengan wajah cerah karena Naima tidak lagi menolak ajakan nya untuk berangkat bareng.
" Aku mau mampir ke toilet dulu.Aku duluan ya." Naima melangkah lebar sambil memegang kepala yang masih terasa pusing.
Bukan nya menuju ke toilet Naima malah berbelok ke ruangan yang ada di sebelah kanan nya.Naima benar-benar meminta obat yang di butuhkan kepada petugas yang ada di ruangan UKS.dia harus tetap sehat untuk bisa menjalani hari-harinya yang penuh kejutan dan juga rintangan.
Naima berusaha tetap fokus mengikuti satu persatu mata pelajaran,bahkan meskipun sedikit tidak enak badan pun dia bisa mengerjakan soal ulangan matematika dengan baik dan cepat.
Dengan memberanikan diri Naima untuk pertama kali nya memohon bantuan kepada Lara,hanya Lara yang di anggap bisa membantu nya kali ini untuk mencari bukti,Lara memiliki handphone yang canggih sedangkan dia belum punya.hiburan di rumah hanya televisi yang warna nya sudah hilang timbul karena rusak.
Harga diri keluarga nya sudah terlebih dahulu di koyak- koyak oleh sebuah kenyataan yang kejam, tidak ada guna nya lagi menutupi kisah buruk ini dari Lara karena sebagian dari perjalanan hidup nya sudah di ketahui oleh Lara jauh-jauh hari.
" Aku siap membantu Kamu! Tenang saja Kamu boleh memakai ponsel ku kalau perlu bawa pulang saja dulu lalu Kamu tunjukkan bukti yang kita dapatkan nanti kepada Ibu mu." ujar Lara sama sekali tidak keberatan handphone canggih nya di pinjam Naima.
Hari ini secara diam-diam seperti kebiasaan sebelum nya,lara kembali memasukkan dua lembar uang seratusan ke dalam tas Naima.uang itu adalah titipan dari Mama nya.Lara terpaksa melakukan seperti itu karena Naima pasti akan menolak jika di beri langsung kepada nya.
Semoga saja dengan apa yang di lakukan nya ini tabungan Naima bisa melimpah dan selain untuk tambahan biaya kuliah Naima juga bisa beli handphone.
" Mmm Kamu ikut saja ke rumah ku, nanti kalau handphone nya sama Aku malah rusak lagi,Aku tidak bisa mengganti nya Ra." ujar Naima sungkan.
" Baiklah,jadi sekarang kita kemana dulu." Lara tidak mau memaksakan kehendak kepada Naima.
Mereka harus segera mencari bukti yang di butuhkan oleh Naima,Lara harap setelah ini Hidup keluarga Naima bisa menjadi lebih baik karena biang masalah nya sudah mereka urus.
" Langsung ke gang Cipta saja." jawab Naima dan lara setuju - setuju saja.
Mereka pergi dengan menaiki mobil milik Lara,sengaja lara meminta pergi pakai mobil bukan karena tidak mau berjalan kaki namun lebih ke melindungi diri dari segala kemungkinan yang akan terjadi.sopir Lara nanti juga bisa membantu misi ini.
" Dito..." panggil Naima pelan supaya tidak menimbulkan kecurigaan dari warga sekitar.
Dito yang mengenali suara Kakak nya langsung menoleh ke sebrang jalan.
Dito menyebrangi jalan lalu di minta masuk ke mobil bagian depan tepat di samping Pak sopir.
" Ini mobil siapa Mbak?" tanya Dito terperangah dengan dingin nya suhu udara yang menerpa wajah nya.
Keringat yang tadi membahasi sekujur tubuh kini mulai mengering,Dito bersandar di kursi merasa nyaman dengan mobil ini.
" Punya teman Mbak, kenalkan nama nya Lara." Dito pun mengangguk sambil tersenyum kepada Lara dan tidak lupa juga memperkenalkan nama nya sendiri.
Bukan hanya kepada Lara saja Dito berkenalan,sopir Lara yang bernama Pak Agus juga ikut serta dalam pengenalan ini.Dito mencium dengan sopan punggung tangan Pak Agus sehingga membuat mereka sangat dekat sekali.Dito mudah bergaul membuat siapapun yang berada di dekat nya langsung suka dengan kepribadian Dito.
" Kita tunggu di warung ini saja dulu Nai,Bapak mu pulang nya satu jam lagi kan?" tanya Lara memastikan dan Naima mengangguk dengan cepat.
" Ayok turun Dito sekalian kita makan siang dulu.untuk mendapatkan hasil yang maksimal kita juga butuh tenaga Nai." goda Lara yang tahu kalau Naima hendak menolak tawaran nya.
Naima gelisah,uang di saku nya tidak akan cukup untuk membayar makanan yang ada di warung ini,mana mungkin dia membiarkan Lara mentraktir dia dan adik nya sementara Lara sudah begitu susah payah membantu nya mencari bukti tentang Rudi.
" Tidak usah Ra! Kamu kalau lapar makan saja. Nggak apa-apa kok." tolak Naima langsung di iyakan oleh Dito.
Satu jam lagi bukan waktu yang lama,Dito masih sanggup menahan rasa lapar nya.dia tahu maksud dari ucapan Kakak nya dan Dito tak mempermasalahkan nya.
Lebih baik makan di rumah hasil masakan ibu lebih irit dan enak meskipun makanan itu hanya sederhana.
" Tidak boleh menolak! Kalau nggak Aku marah nih ya! Aku pulang ya." ancam Lara membuat Naima kikuk.
Lara menggandeng tangan Naima masuk ke sebuah warung yang jarak nya dua rumah dari salon Neneng.sementara di belakang mereka Pak Agus juga menuntun Dito mengikuti langkah kaki Lara dan Naima.
" Non Lara itu baik, orang tua nya juga baik,jangan segan ada Pak Agus yang nemenin Dito." ujar Pak Agus berbicara seperti seorang ayah kepada anak nya.
Mata Dito berembun,kapan ya Bapak nya bisa berbicara selembut ini kepada dia.
Dito tersenyum tipis mengusap mata dengan cepat.
" Boleh kah Dito memeluk Pak Agus?" tanya Dito dan Pak Agus langsung setuju dengan permintaan Dito.
Bak....
" Terimakasih Pak! Akhirnya Dito bisa merasakan bagaimana rasanya di peluk oleh seorang Ayah,maaf jika Dito sudah lancang." Pak Agus ikut terharu mendengar ucapan Dito.
Anak sekecil ini harus bertahan melawan sikap gil4 bapak nya,jika tidak bisa membuat anaknya bahagia lalu untuk apa pria itu membiarkan mereka tumbuh dalam rahim istri nya.
Kenapa tidak KB saja supaya istri nya tidak hamil dan mereka tidak perlu merasakan kekurangan kasih sayang dari seorang Ayah.
Pak Agus juga memiliki dua orang putra yang masih duduk di bangku sekolah dasar.semua cerita tentang Dito dan Naima secara tidak sengaja sudah sampai ke telinga Pak Agus.
" Kamu tidak bersalah! Laki-laki harus kuat, lindungi Kakak dan ibu mu semampu yang Kamu bisa." kata Pak Agus memberikan pesan Menyentuh untuk Dito.
Dito makan dengan lahap sekali.sepanjang waktu Dito tidak berhenti mengobrol dengan Pak Agus dan juga Lara,Dito juga mengucapkan rasa terima kasih nya kepada Lara atas kebaikan nya tempo hari sehingga Dito bisa merasakan bagaimana enak nya makanan restoran.
" Bapak...."
Bersambung.
Jangan lupa like,vote dan bantu rate ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ nya guys
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
lanjut dong thor
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...
sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...