"Lupakan tentang kejadian di Paris. Anggap saja tidak terjadi apa-apa. Tubuhmu sama sekali tidak menarik. Aku tidak akan pernah sudi menyentuhmu lagi! Apalagi aku sudah punya kekasih."
Itulah yang diucapkan oleh Devano kepada Evelyn.
Devano sangat membenci Evelyn karena Evelyn adalah anak dari ibu tirinya.
"Kamu pikir aku mau melakukannya lagi? Aku juga tidak sudi disentuh lagi olehmu!"
Evelyn tak mau kalah, dia tidak ingin ditindas oleh kakak tirinya yang sangat arogan itu.
Tapi bagaimana kalau ternyata setelah kejadian malam itu, Devano malah terus terbayang-bayang bagaimana indahnya tubuh Evelyn? Membuatnya tidak bisa melupakan kejadian malam yang indah itu di kota Paris
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Kak..."
Evelyn yang hendak membuka pintu untuk keluar dari rumah, dia dikejutkan dengan ulah Devano yang tiba-tiba menahan tangannya. Dan menghentakkan punggung Evelyn pada dinding.
"Siapa yang mengizinkan kamu keluar dari rumah? Urusan kita belum selesai, Evelyn." Devano berkata sambil menempelkan kedua telapak tangannya pada dinding, mengunci pergerakan Evelyn. Membuat tubuh mereka hampir menempel.
Gluuk...
Seketika Evelyn menelan saliva saat melihat bagaimana cara Devano menatap dirinya. Sangat buas dan liar, seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup.
Ah, bagaimana kalau kakak tirinya itu menerkamnya lagi?
Jangan sampai terjadi. Sudah cukup satu kali mereka melakukannya. Itu pun karena mereka sedang sama-sama mabuk. Bukan karena cinta.
Mereka tidak mungkin saling mencintai. Apalagi hubungan mereka adalah saudara tiri. Orang tua mereka pasti akan menentangnya.
"Aku akan menghajar Kak Devano, jika Kak Devano berani melakukannya lagi!" Evelyn segera memberikan ancaman pada Devano sambil memperlihatkan bogeman mungilnya pada Devano.
Bukannya takut. Devano malah gemas melihatnya. Dia langsung menjitak kepala adik tirinya itu. Membuat Evelyn memelototkan matanya sambil mendengus kesal.
"Dasar bocah mesum! Siapa juga yang ingin melakukannya lagi denganmu? Sudah ku katakan kejadian yang semalam tidak akan pernah terulang lagi. Itu semua hanyalah mimpi buruk untukku." Dengan penuh percaya diri Devano mengatakan semua itu. Meskipun apa yang dia katakan tidak sinkron dengan tubuhnya.
Setelah mendengar perkataan Devano, Evelyn menjadi tenang. Itu artinya dia akan aman. Dia pikir kakak tirinya itu akan menggempur tubuhnya lagi. "Lalu untuk apa Kak Devano melarang aku pergi?"
"Aku sangat lapar. Cepat masak untukku!"
Evelyn pun menghela nafas. Itulah alasan dia tidak ingin tinggal satu rumah lagi dengan Devano, sehingga memilih kuliah di Paris, karena Devano selalu melakukan banyak cara untuk menindasnya.
"Ya ampun kak, sekarang ini zaman canggih lho. Kalau mau makan tinggal memesan secara deli..."
Devano memotong perkataan Evelyn, "Mau membuatkan makanan untukku atau kamu yang aku makan?"
Devano semakin mendekatkan jaraknya pada Evelyn, membuat Evelyn merasakan tubuhnya panas dingin.
"O-oke, aku akan memasak untukmu." Evelyn terpaksa mengalah. Dari pada harus di makan hidup-hidup oleh Devano.
Devano pun segera berjalan mundur. Dia mempersilahkan Evelyn untuk pergi ke dapur.
Tanpa menunggu lama-lama, Evelyn segera ngibrit pergi ke dapur. Mungkin dia takut diterkam lagi oleh pria itu.
Devano pun tersenyum smirk. Sudah lama dia tidak mengerjai Evelyn. Dulu hampir setiap hari dia menyuruh-nyuruh gadis itu. Mungkin sudah hampir empat tahun mereka tidak bertemu.
Devano tiba-tiba terdiam, begitu mengingat saat posisi dia yang sedang mengunci tubuh Evelyn pada dinding. Entah mengapa saat itu rasanya dia ingin...
Devano segera menghalau pikiran kotornya. Ini semua pasti karena dia masih dipengaruhi alkohol, sehingga dia belum berpikir waras.
...****************...
"Nasi goreng dan telur ceploknya sudah matang." Evelyn berkata sambil menaruh satu piring nasi goreng yang diatasnya dihiasi dengan telur ceplok gosong pada meja makan. Tak lupa dia pun menaruh jus alpukat disana.
"Apaan ini?" tanya Devano sambil menunjukkan telur ceplok gosong pada Evelyn.
"Ya ampun, itu telur ceplok kak. Masa martabak?" celetuk Evelyn sambil berdecih.
Devano menghela nafas dengan kesal. Dia sudah kepalang lapar, sehingga lebih baik dia menyantap makanan yang sangat membuatnya tidak berselera itu.
"Dengan terpaksa aku harus memakannya. Kalau aku sakit perut, kamu harus bertanggungjawab. Sudah empat tahun aku tidak mengunjungi rumah ini. Banyak sekali debu. Kamu harus segera membersihkannya!" Seperti Devano belum puas mengerjai Evelyn.
"Oke." Evelyn mangut saja. Lalu dia terburu-buru pergi dari ruang makan.
Devano nampak mengerutkan keningnya. Mungkin karena dia merasa aneh, biasanya Evelyn akan melawannya dulu. Tidak pernah langsung nurut padanya. "Hm, tumben dia pasrah begitu saja. Biasanya dia akan melawanku."
Setelah berkata seperti itu, Devano segera melahap nasi goreng buatan adik tirinya itu.
...****************...
"Hhhh... dia pikir dia bisa menindas aku? Sampai kapan pun aku tidak akan pernah mau ditindas olehnya." gerutu Evelyn yang sedang berlari keluar dari ruang makan.
Sepertinya gadis itu telah merencanakan sesuatu. Sehingga dengan tersenyum jail, Evelyn mulai berhitung.
"Satu."
"Dua."
"Ti..."
Belum juga Evelyn selesai berhitung, terdengar suara teriakan Devano di ruang makan sana.
"EVELYYYYN...!"
Rupanya Evelyn ingin balik mengerjai Devano, dengan memasukkan banyak garam pada nasi goreng buatannya. Bahkan dia juga mencampur cabe rawit berwarna hijau ke dalam jus alpukat.
Sampai kapanpun, Evelyn tidak akan membiarkan dirinya ditindas begitu saja oleh kakak tirinya itu.
Makanya Evelyn ga pernah disayang dengan tulus
curiga si kyknya ev bukan anak kandung ibunya,malah gio. dia adop cuman mau deketin papa nya devano.
gerak cepet Dev, daripada nyesel . mending ev diambil sama orang yg baik. dia juga cuman dimanfaatkan aja