NovelToon NovelToon
Istrimu Aku, Bukan Adik Iparmu

Istrimu Aku, Bukan Adik Iparmu

Status: tamat
Genre:CEO / Selingkuh / Keluarga / Angst / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Tamat
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Caca Lavender

Yujin hanya ingin keluarga utuh dengan suami yang tidak selingkuh dengan iparnya sendiri.

Jisung hanya ingin mempertahankan putrinya dan melepas istri yang tega berkhianat dengan kakak kandungnya sendiri.

Yumin hanya ingin melindungi mama dan adiknya dari luka yang ditorehkan oleh sang papa dan tante.

Yewon hanya ingin menjalani kehidupan kecil tanpa harus dibayangi pengkhianatan mamanya dengan sang paman.
______

Ketika keluarga besar Kim dihancurkan oleh nafsu semata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu

‼️Incest (tersirat)‼️

Sumin dan Minho berjalan berdampingan di koridor menuju kelas mereka, bergandengan tangan seperti pasangan yang tidak ingin saling lepas. Semenjak ciuman kemarin malam, Minho semakin berani mendekati Sumin. Ia menunggu Sumin di halte bus, lalu berjalan bersama ke sekolah.

"Kamu sarapan apa tadi?" tanya Minho sambil melirik ke arah gadis di sampingnya.

"Mama masak sup jamur dan omelet. Katanya biar semangat belajar,” jawab Sumin, “kalau kamu?”

"Aku tadi masak bibimbap saja. Mama berangkat kerja pagi sekali, jadi aku harus masak sendiri,” ucap Minho dengan bibir cemberut.

“Uuh, kasihan, ditinggal mama sendirian di rumah,” goda Sumin sambil mencubit pipi Minho.

Minho tertawa pelan, lalu membawa telapak tangan Sumin yang berada di pipinya untuk dicium. Hal itu membuat Sumin memekik terkejut.

“Minho! Malu tahu! Banyak orang,” pekik Sumin dengan pipi bersemu merah.

Sedangkan Minho hanya tertawa kencang, tidak peduli dengan para siswa yang melihat mereka. Sumin tidak akan bisa terbiasa dengan lelucon Minho.

...----------------...

Sepulang sekolah, Minho kembali mengantar Sumin. Mereka menaiki bus dan turun di halte dekat rumah Sumin, lalu berjalan beriringan sambil melemparkan candaan ringan.

“Aku antar sampai rumahmu, ya?” tanya Minho sambil menatapnya.

Sumin mengangguk, senyumnya tipis tapi tulus, “ayo.”

Mereka terus berjalan bersama dan semakin dekat. Bahu mereka kadang bersentuhan. Dan Minho yang sudah tidak tahan, kembali menautkan jari-jarinya dengan milik Sumin. Gadis itu menerimanya dengan senang. Mereka bergandengan dengan riang. Tidak menyembunyikan rasa cinta yang tumbuh dan berbunga.

Namun, tak jauh dari mereka, tersembunyi di balik kaca gelap sebuah mobil putih yang diparkir di sisi jalan, sepasang mata mengawasi.

Kim Jihoon duduk di kursi kemudi. Matanya tajam dengan rahang mengeras. Jari-jarinya mencengkeram stir dengan kekuatan yang tak ia sadari. Suhu di dalam mobil terasa mencekik meski pendingin menyala. Matanya terpaku pada sosok Sumin, putri sulungnya, yang tertawa begitu bebas di samping seorang remaja laki-laki.

Rambut halus Sumin tertiup angin. Wajah perpaduan gen Jihoon dan Yujin itu tampak sangat cantik. Ia tertawa kecil sambil menyikut lengan laki-laki itu. Senyum gadis itu sangat manis, tapi kali ini, Jihoon tidak menyukainya. Terlalu menyakitkan untuk disaksikan oleh seorang ayah yang merasa anaknya telah direnggut dari dunia yang ia ciptakan.

“Minnie…” gumam Jihoon pelan, nyaris seperti doa yang patah di tengah jalan.

Jihoon merasa sakit hati karena senyum yang tidak diberikan putrinya kepadanya, malah diberikan untuk laki-laki lain. Jihoon sakit hati karena ia bukan orang pertama yang tahu bahwa putrinya sudah mulai merasakan cinta.

Tapi rasa sakit hati itu perlahan merubah kasih sayang seorang ayah menjadi sesuatu yang lebih kelam.

Tatapan Jihoon menggelap. Kecemburuan dalam dadanya meletup seperti bara yang disiram bensin. Ia merasa tergantikan. Dikhianati oleh putrinya, yang saat kecil begitu manis, penurut, dan hanya bergantung padanya, kini tersenyum pada laki-laki asing. Tertawa dengan orang lain. Menyerahkan kepercayaan pada tangan yang bukan tangan Jihoon.

Wajahnya menegang. Kenangan-kenangan masa lalu berputar cepat di benaknya. Tawa Sumin kecil di pelukannya, suara panggilan "Papa" yang dulu hangat, lalu … suara bentakan Sumin yang penuh kebencian terasa tajam menusuk jantungnya.

Jihoon menggertakkan giginya.

“Aku yang membesarkanmu, Sumin. Aku yang membentukmu. Bagaimana bisa kamu serahkan semuanya pada orang lain. Pada pamanmu. Pada anak ingusan itu,” gumam Jihoon lirih penuh kemarahan yang menyatu dengan luka.

...----------------...

Menjelang pukul enam sore, Sumin sampai di depan gerbang rumahnya. Minho sudah berpamitan setelah memberi ciuman singkat di bibirnya. Namun saat hendak membuka pagar, suara langkah kaki dari belakang mengejutkannya.

"Minnie."

Sumin langsung berbalik. Ia memutar bola mata malas ketika melihat Jihoon berdiri di hadapannya.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Sumin dengan nada kesal.

"Papa kangen sama kamu,” ucap Jihoon dengan nada lembut.

Sumin hanya mendengus kesal. Tidak mau percaya dengan bualan sang papa. Ia hendak berbalik meninggalkan Jihoon sebelum suara pria itu kembali menghentikannya.

"Siapa laki-laki yang mengantarmu tadi? Pacarmu?” tanya Jihoon dengan nada yang berubah dingin.

Dahi Sumin mengernyit. Sekilas, ia mendengar suara papanya seperti menahan amarah. Tapi Sumin langsung menepis perasaan itu.

"Bukan urusanmu,” ketus Sumin.

“Tentu saja itu urusanku. Kamu anakku, Minnie. Aku papamu,” tegas Jihoon.

Sumin menatap tajam Jihoon, lalu mengambil langkah mendekati papanya supaya lebih mengintimidasi, “berhenti ikut campur urusanku. Kamu tidak ada hubungannya lagi denganku. Orang tuaku hanya mama. Kamu bukan siapa-siapa.”

Jihoon tidak menjawab ucapan menusuk putrinya. Ia hanya menunduk untuk menatap wajah Sumin yang hanya berjarak beberapa senti saja. Mata Jihoon menulusuri setiap lekuk wajah Sumin. Dalam hati, ia bertanya-tanya, sejak kapan putrinya berubah menjadi remaja dengan paras yang sangat cantik.

Sumin yang melihat pandangan papanya jatuh ke bibirnya langsung tersentak mundur. Jantungnya berdegup kencang karena merasa aneh dan tidak nyaman. Ia tidak yakin apakah dirinya hanya berhalusinasi saja tadi. Tapi … ia melihat kilatan nafsu di dalam bola mata Jihoon.

Tanpa berkata apapun lagi, Sumin buru-buru masuk ke dalam dan mengunci pagar. Ia merasa tidak aman lagi di luar sana bersama Jihoon, papanya sendiri.

...🥀🥀🥀🥀🥀...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!