NovelToon NovelToon
KEJEBAK CINTA

KEJEBAK CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Pernikahan rahasia / Mantan
Popularitas:888
Nilai: 5
Nama Author: Bunny0065

Sebagai murid pindahan, Qiara Natasha lupa bahwa mencari tahu tentang 'isu pacaran' diantara Sangga Evans dan Adara Lathesia yang beredar di lingkungan asrama nusa bangsa, akan mengantarkannya pada sebuah masalah besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunny0065, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengulang Kebersamaan

Ketukan pertama gesit disambut penghuni kamar. Adara membuka pintu, memeluk sayang pinggang pemuda tinggi di depannya.

"Obatnya udah diminum?" tanya Sangga.

"Belum."

Sekilas Sangga mengecup puncak kepala adiknya, ini kali pertama lagi mencurahkan kasih sayang kepada Adara setelah bertahun-tahun mogok menyayangi.

"Aku bawa hidangan penutup buat kamu," ucap Sangga.

Adara mendongak. "Apa?"

"Kamu bisa lihat di tangan Bunda," lanjut Sangga.

Adara mengintip dari sisi bahu kanan Sangga, bundanya menenteng keranjang buah-buahan.

"Aku mau apel!" seru Adara.

"Boleh makan apel tapi setelah minum obat, kalau kamu belum minum obatnya, kamu enggak dapat makan," tambah Sangga.

"Aku mau minum obat dan menghabiskan buah-buahan!" senang Adara.

Bu Liza dan Sangga terkekeh pelan menonton sikap kekanak-kanakan Adara.

"Suplemen peningkat selera makan jangan sampai lupa diminum Adara," kata Bu Liza.

"Aku akan merawat Adara sebaik mungkin," janji Sangga.

"Masuk lagi ke kamar, kita minum obat," suruh Sangga pada adiknya.

Adara mengikuti ucapan Sangga, duduk di pinggir ranjang menunggu obat diberikan. Bu Liza meletakkan keranjang buah di sudut nakas, mengeluarkan piring kecil, garpu serta pisau mini yang tersedia dalam bingkisan buah.

"Mas pengen kunyah buah? Bunda kupas kalau mau," tawar Bu Liza.

"Makasih Bun, perut aku masih kenyang abis minum espresso," tolak Sangga.

"Jangan keseringan minum kopi nanti susah tidur," nasehat Bu Liza.

Sangga tersenyum tidak peduli dengan teguran terlambat dikatakan Bu Liza, selama ini yang jadi penenang ampuh dikala frustasi karena tekanan problem, hanya kopi cara mempertahankan kewarasan.

"Udah." Obat dianjurkan dokter lancar diminum Adara.

Sangga membereskan obat-obatan dan memasukkannya ke dalam plastik putih, menyimpannya ke laci nakas.

"Potong apelnya kecil dadu Bunda biar mudah dikunyah sama aku," pinta Adara.

Bu Liza menurut, memotong apel sesuai bentuk keinginan putri kesayangan.

"Boneka kelincinya cantik," komentar Sangga tidak sengaja bola matanya menangkap benda putih tergeletak di tempat tidur.

"Bagus, Mas?" tanya Adara.

"Bagus."

Sangga meraih boneka kelinci dan tersenyum penuh arti menyadari benda berbulu lembut ini pemberian dari istrinya, Natasha.

"Kapan membeli ini? Kamu enggak ajak-ajak keliling mall, belanja boneka tanpa aku," tanya Sangga pura-pura tidak tau.

"Aku enggak pergi ke mall, boneka itu dikasih Om Aksan pas jenguk aku di rumah sakit," jelas Adara.

"Om Aksan baik sekali," gumam Bu Liza.

"Sangat baik Bun! Berada di dekat Om Aksan adalah hal menyenangkan, seakan-akan aku merasakan kehadiran almarhum Papa melalui sosok Om Aksan," sahut Adara.

Sangga tertarik menyimak, duduk di samping Adara sembari memeluk boneka kelinci.

"Om Aksan hanya kebetulan memiliki vibrasi seperti almarhum Papa, jadinya kamu merasa nyaman," sanggah Bu Liza.

"Enggak tau Bun, tapi aku senang bersama Om Aksan. Aku dibikin asyik saat dengan beliau, kami bertukar banyak cerita satu sama lain padahal posisi aku dan Om Aksan terbilang asing pada awalnya tapi anehnya lama-lama aku ngerasa Om Aksan adalah seorang Papa yang baik, seperti almarhum Papa. Sungguh, beruntungnya hidup anaknya Om Aksan punya Papa humble dan baik hati," cerita Adara.

"Dopamin, sensasi biasa dirasakan setiap individu manusia ketika mengalami kebahagiaan. Kamu berlebihan memuji Pria itu," dingin Bu Liza.

"Bunda bicara gitu karena belum pernah ngobrol langsung sama orangnya, coba udah ketemu Om Aksan dan cerita banyak pasti Bunda senang juga kayak aku," kata Adara.

Bu Liza bersikap defensif sedangkan Sangga senyam-senyum menyetujui argumen adiknya tentang kemampuan interaksi Pak Aksan. Papanya Natasha memang jago, ngobrol ke arah mana pun pasti nyambung membuat lawan bicara betah bersamanya.

"Enggak mungkin kamu enggak kenal siapa putrinya Om Aksan," ucap Bu Liza.

"Aku enggak tau. Bunda tau siapa anaknya?"

Sangga menatap lekat iris Bu Liza, melarang untuk tidak membocorkan apapun soal Pak Aksan, takutnya Adara serangan jantung jika mengetahui anaknya bernama Qiara Natasha.

"Kenapa Mas?" tembak Bu Liza, komunikasi lewat percakapan ambigu setelah memahami arti lain tatapan putranya.

"Aku membutuhkan waktu senggang dan ruang kosong, mau istirahat dari jenuhnya suasana," kode Sangga.

"Istirahat di perpustakaan pribadi Bunda lebih baik, di sana kamu dapat membuka semua jendela dan duduk lesehan di hamparan permadani, sambil baca komik Hero atau menonton film action di laptop," saran Bu Liza.

"Harus ku coba, kuharap Bunda enggak keberatan membawakan kacang almond kesukaanku," pungkas Sangga.

"Pergilah nikmati suasana ruang perpustakaan dan tenangnya aroma lembaran buku, sebentar lagi Bunda menyusul bawa cemilan."

*

Ratusan buku terpajang rapih di lemari, Sangga menarik keluar sebuah novel berjudul 'One Day', Kemudian membaca acak tanpa minat.

"Rasanya tidak adil menyembunyikan hal penting dari adikmu," ujar Bu Liza meletakkan stoples kacang almond dan sebotol mineral, di meja rendah.

"Enggak sembarang asal membocorkan rahasia. Adara baru meninggalkan rumah sakit, kalau dikasih tau sesungguhnya Natasha merupakan putri Pak Aksan, apa Bunda dapat memastikan Adara bisa menerima kenyataan tersebut?" gumam Sangga.

"Tidak akan terjadi apa-apa, serahkan saja pada Bunda," yakin Bu Liza.

Sangga menutup buku dan menatap lam judul tebal di sampulnya.

"Apakah kamu dan Natasha sudah melakukan hubungan suami istri?" lontar Bu Liza memecah hening sempat tercipta.

"Kenapa menanyakan sesuatu bersifat privasi," balik tanya Sangga dengan nada dingin.

"Hanya memastikan bahwa kalian berdua sudah menjalani kehidupan berumah tangga, enam bulan lagi pernikahan kalian menginjak dua tahun. Apa salahnya Bunda mengetahui hal tersebut? Tinggal jawab antara iya atau belum. Setiap Ibu berhak mengetahui perkembangan pernikahan anak-anaknya, mereka sangat mendambakan seorang cucu lahir dari rahim menantunya," tutur Bu Liza.

"Aku enggak ngerti cucu apa sedang dibahas Bunda."

"Bayi. Bunda membicarakan kapan kamu mencetak keturunan?"

Sangga menyandarkan punggung di lemari, melamunkan hubungannya dengan Natasha.

"Kapan kamu memberi cucu untuk Bunda?" tuntut Bu Liza.

"Enggak tau."

"Kamu dan Natasha belum melakukan hal itu?" kaget Bu Liza.

"Belum."

"Kenapa? Apa hambatannya kamu belum siap menjadi ayah?" terka Bu Liza.

Sangga menegakkan tubuh, menyimpan Novel di celah semula dan menegaskan jawaban. "Alasanku bukan itu, namun nanti setelah aku menyelesaikan masalah pribadiku, aku dan Natasha akan segera bikin kecebong."

Bu Liza terbatuk, mengetahui fakta mengejutkan Sangga dan Natasha belum saling menyentuh.

1
Không quan tâm🧚‍
Gak nyangka endingnya bakal begini keren!! 👍
Naruto Uzumaki
Bosen gak ada akhirnya!
Bunny Bear: Belum juga selesai, memang alur agak lambat sih
total 1 replies
minsook123
Penuh kejutan, ngga bisa ditebak!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!