Kanza Odelia terpaksa meninggalkan kekasihnya Adrian Miguel di altar sebab sehari sebelum pernikahan Kanza kehilangan kesuciannya karena jebakan dari kakak tirinya.
Bukan hanya itu, buah dari jebakan kakak tirinya itu Kanza akhirnya hamil, lalu terusir dari keluarganya sebab telah membuat malu karena hamil di luar nikah.
Kanza kira penderitaannya akan berakhir saat dia keluar dari rumah dan tak berurusan lagi dengan kakak tirinya. Namun sekali lagi Kanza harus berjuang demi bayi yang dia lahirkan yang ternyata tak sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelayan
"Apa yang terjadi?" Mia berlari ke arah Kanza saat mendengar Kanza membuat keributan di ruang Olivia.
"Aku baru saja menjambak Olivia."
Mia membelalakan matanya. "Benarkah? Kau baik- baik saja?" tanya Mia dengan khawatir, gadis itu bahkan meneliti tubuh Kanza.
Kanza terkekeh. "Aku tidak apa."
"Kenapa kau tertawa?" padahal Mia sangat khawatir padanya.
"Aku hanya tidak mengerti kenapa aku tidak melakukannya sejak dulu. Ternyata menyenangkan bisa melampiaskan kemarahan." Kanza kembali tertawa. "Selama ini aku sudah menjadi bodoh dan hanya diam di perlakukan buruk karena Ayah pasti akan menghukumku dan membela Olivia. Tapi, rasanya aku tak punya beban itu sekarang."
Mia menatap kasihan. "Astaga, malang sekali kau ini."
"Kau tahu, aku rasa hari ini aku merasa bahagia setelah sekian lama."
Mia berdecak. "Karena itu mulai sekarang, aku akan melawan dan tidak akan lemah." Kanza mengusap perutnya. "Apalagi aku juga harus melindunginya mulai sekarang."
Mina mengangguk. "Baiklah, tapi kau juga harus memikirkan pekerjaanmu mulai sekarang."
Kanza menghela nafasnya. "Ya, mungkin aku akan segera di pecat." Baru saja di terima bekerja dia harus di pecat karena membuat masalah dengan Olivia.
Tepat saat ini seseorang menghampiri. "Kau yang bernama Kanza?" Kanza menoleh dan mengangguk. "Bos William memanggilmu," ucapnya lalu pergi.
"Bagaimana ini?" tanya Kanza pada Mia, dia hanya merasa tak enak hati pada Mia sebab dialah yang mencarikan pekerjaan ini. Tapi, dia justru menghancurkannya di hari pertama. Harusnya dia menahan dirinya tadi. Meski tak dapat di pungkiri dia merasa puas saat bisa melampiaskan kemarahannya pada Olivia.
"Perlukah aku temani?" Mia juga sedikit khawatir.
Kanza menghela nafasnya dalam. "Tidak aku akan menjelaskannya." Dia tidak boleh membawa Mia dalam masalahnya.
"Semoga bos mau bermurah hati."
Kanza mengangguk, lalu beranjak ke arah ruangan bos mereka. Tiba di sana Kanza melihat pria berperawakan tinggi tegap menatapnya dengan tajam. "Baru satu hari kau sudah membuat masalah?" tanyanya dengan tajam.
Kanza menunduk. "Maafkan aku, Bos. Aku kesulitan mengendalikan diriku."
William mendengus. "Kenapa? Dia menghinamu rendahan?" Kanza diam. Ya, itu salah satunya. Dan yang lainnya adalah Kanza sejak dulu ingin melampiaskan kemarahannya.
"Dengar Kanza, kau bekerja sebagai pelayan. Kau harus menerima penghinaan itu. Karena jika kau ingin di puja kau harus menjadi mereka yang berkuasa." Kanza mengepalkan tangannya, ucapan Bosnya benar, tapi bukan berarti mereka yang berkuasa bisa menghina pekerja sepertinya.
"Kali ini aku mengampunimu, tapi jika sekali lagi kau membuat keributan, Aku terpaksa memecatmu." saat ini ponsel William berdering. "Pergilah!"
"Ya?" William menjawab teleponnya dengan melambaikan tangannya agar Kanza segera pergi.
Kanza menghela nafasnya lalu mengangguk. "Terimakasih Bos." Kanza akan keluar, namun suara bosnya kembali terdengar.
"Tunggu Kanza." William menutup teleponnya, dan berdiri dengan segera.
"Kau pergi antar pesanan ke ruangan 012. Pastikan pelanggan disana merasa puas," titah William. "Ingat ini adalah tamu spesial, jadi jangan sampai dia marah."
"Tapi, Bos. Jika dia tamu spesial kenapa harus aku. Bukan kah aku baru?"
"Itu ... itu akan jadi ujianmu. Jika kau tidak membuatnya marah aku akan naikan gaji mu 10 persen." Kanza menaikan alisnya.
"Hanya 10 persen?"
William berdecak. "10 persen sudah besar. Lagi pula kau baru satu hari bekerja."
Kanza mendengus, dalam hati. 'Dasar Bos pelit.'
"Tapi, kalau dia marah bagaimana?"
"Kau akan ku pecat."
Kanza membelalakan matanya. "Kalau begitu aku bertaruh sangat besar, tapi kau memberiku imbalan kecil. Itu tidak adil."
William berdecak lalu melihat jam di pergelangan tangannya. "Baiklah 20 persen jika kau berhasil."
Kanza menggeleng. "50 persen."
"Kau mau merampokku!"
"Kalau begitu kau juga jangan memecatku."
William berdecak. "Baik 30 persen tapi kau harus tetap di pecat."
"Apa?"
"Kau tidak tahu akan berbahaya jika aku mempertahankan orang yang menyinggungnya. Maka dari itu bertingkah hati- hati!" William mendorong bahu Kanza keluar dari ruangannya.
.....
Kanza akan memasuki ruangan 012 seperti yang diperintahkan William. Mendorong beberapa minuman terbaik di trolinya, hingga Mia muncul dan menahannya.
"Bagaimana dengan Bos?"
"Dia mengampuniku, asal aku bisa menyenangkan pelanggan di dalam sini." tunjuk Kanza pada pintu di depannya.
Mia menghela nafasnya lega. "Tunggu? Kau akan ke dalam?" tanya Mia.
"Ya, kenapa?"
Mia menatap ruangan yang ada di depan mereka. "Kau yakin?"
"Ada apa denganmu?"
"Kanza, kau tahu ini ruangan khusus?"
"Ya, dan Bos bilang di dalamnya ada tamu spesial. Kalau aku tidak membuatnya marah, gajiku akan naik 30 persen," ucap Kanza. Kanza melanjutkan langkahnya ke arah ruangan tersebut dengan menghela nafasnya.
Mia menggigit bibirnya khawatir. Bukannya naik gaji, yang ada Kanza mungkin akan segera di tendang dari pekerjaan ini. Jika melakukan kesalahan pada Olivia tidak akan berpengaruh, tapi kali ini Kanza dalam bahaya jika membuat orang di dalam sana marah.
Sementara Mia menunggu dengan gelisah, Kanza memasuki ruangan dengan mengangguk sopan dan senyum kecil.
Saat Kanza masuk dia merasakan hawa dingin dari suasana yang tak seperti ruangan yang dia datangi sebelumnya, yaitu tempat Olivia menyewa dimana terdengar suara musik berdegup keras. Suasana ini cukup hening dan menegangkan.
Kanza mengangkat sedikit kepalanya untuk memperhatikan berapa orang yang ada disana, ada empat orang pria berdasi, dengan beberapa wanita juga. Kanza yakin wanita-wanita itu adalah para penghibur yang mereka sewa. Ini yang membuat Kanza tidak nyaman bekerja di tempat seperti banyak hal yang tidak baik, membuat Kanza takut, belum lagi asap rokok yang terasa menusuk hidung sungguh tidak nyaman.
Tatapan Kanza beralih hingga Kanza bertemu pandang dengan seorang pria berbadan tegap dan berwajah tampan, namun rautnya yang dingin membuat Kanza kembali menunduk untuk menyajikan minuman dan meletakan beberapa botol di meja.
Kanza hendak pergi saat Terdengar suara berat memanggilnya. "Begitu kau bilang melayani?" Kanza tertegun, matanya mengerjap lalu berbalik.
"Anda membutuhkan sesuatu, Tuan?" tanya Kanza dengan sopan.
Seorang pria menyandarkan dirinya di sofa. "Tuangkan minuman untuk kami."
Pria bermata tajam itu menoleh, dan menatap pria yang memerintah Kanza.
Kanza melangkah mendekat lalu mulai membuka botol minuman. Tatapan mesum yang di layangkan membuat Kanza tidak nyaman hingga dia terus menunduk.
"Apa kau baru?"
"Ya, Tuan. Ini pertama kalinya aku bekerja."
Pria itu terkekeh. "Pantas saja nampak gugup. Kau tenang saja, tidak ada yang akan menyakitimu disini," ucapnya dengan mengambil minuman yang baru saja Kanza simpan di depannya.
Kanza berjengit saat merasa tangan pria itu sengaja menyentuhnya dengan mengelusnya perlahan.
Kanza beralih pada gelas lainnya dan menuangnya satu persatu.
"Sebagai pelayan, kau harus siap menyajikan minuman untuk kami." pria itu meletakan gelas yang sudah kosong. "Lalu mengisinya kembali."
Kanza melipat bibirnya, lalu kembali menekuk kakinya untuk menuangkan minuman di gelas tersebut.
"Kau bisa duduk di sini." Pria itu menepuk sofa di sebelahnya.
berantem2 yg manis..🤭
semangat💪🏻
makin seru aja bikin penasaran kelanjutanya🥰