Adhya Kadhita Megantari,
sedang menikmati masa jomblonya,tenang tanpa ada gangguan dari para pria.
Nyatanya ketenangan hidupnya harus diganggu oleh playboy macam Hasabi Laka Abdullah.
Tiba-tiba tanpa ada aba-aba.
Gimana gk tiba-tiba, kalau pada pertemuan pertama Papa Desta memaksa menikahkan Adhya dengan Laka.
mau gk yaa?
Yuk, baca cerita pertama saya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayidah Syifaul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau diem, bentar aja!
Laka mengetuk ngetuk pintu kamar mandi. Mencoba bicara dengan Adhya yang bahkan tadi saat melihatnya saja, menyapa pun tidak. Laka sudah jujur pada Bunda Maya tadi saat ditanyai. Alhasil, Laka kena marah lah. Bisa bisanya kelupaan janjinya jemput istri, dan setelah ingat pun Laka malah menyepelekan dan berpikir bahwa Adhya mungkin sudah pulang sejak tadi karena jenuh menunggunya. Namun Laka tidak tau seberapa setianya si Adhya.
Setelah Adhya masuk tadi, Laka sempat bertanya pada Fares. Dan ternyata benar Fares mendapati Adhya masih di kampus menunggu suaminya.
"Kalau gak bisa jadi suami yang baik, tinggalin aja sebelum dia jatuh cinta. Masih banyak kok laki laki yang tulus mencintai Adhya," ucap Fares sebelum akhirnya ia pergi.
Artinya Fares juga, kan? Juga suka pada Adhya? Dan masih mengharapkannya.
Laka tau kalau itu ungkapan kinayah. Laka juga pernah sekolah di sekolahan yang berlatar belakang pesantren sebelum dia akhirnya ke London.
Kurang ajar! Istri orang masih dia arepin!. Umpat Laka dalam hati.
Dan sekarang ini berakhir dengan Laka yang berusaha membujuk Adhya. Se nggak sabar itu? Sampek Adhya mandi pun ketok ketok pintu. Setidaknya tunggu dulu, lah Laka. Sampai Adhya selesai mandi. Baru nanti bicara.
"Ya!, gue gak tau kalo lo masih nunggu disana. Gue kira lo udah pulang," ucapnya dari balik pintu.
Cklek! Pintu terbuka menampilkan wajah segar Adhya yang cantik, namun sayangnya masih marah.
Adhya melalui Laka begitu saja sambil menggosok gosok rambutnya yang basah.
"Ya! Lo dengerin gue gak sih?" tanya Laka, berusaha menggapai tangan Adhya. Namun dengan gesitnya Adhya menghindar.
"Gue udah ada wudhu," akhirnya Adhaya bicara juga.
"Ya!, gue tadi udah berangkat. Beneran! Tapi gue mampir dulu ke party temen, yaaa... Lo tau sendiri, kan kalo disana tuh-"
"Mau diem, bentar aja! Boleh, kan?" malah itu kalimat yang dikeluarkan Adhya. Lalu menjauh lagi dari Laka. Memakai mukena. Lalu solat.
Kalau begini, kan Adhya jadi gak bisa diajak ngomong, kan lagi sowan ke tuhan. Memang Adhya pinter sekali menghindari Laka.
Sudahlah Lak, nanti saja saat mau tidur. Laka akhirnya meninggalkan Adhya. Mencari waktu yang tepat untuk bicara. Mungkin nanti pas mau tidur.
...****************...
Sekarang Laka berada di ruang kerja bersama ayahnya. Namun pikirannya kacau setelah membuat kesalahan pada Adhya. Kok bisa gitu, ya? Bahkan sebelumnya hingga sekarang, pun kalau Laka ada salah sama pacarnya. Selalu malah pacarnya yang minta maaf. Bukan Laka. Ia pun gak pernah, tuh kalau mereka ngambek berusaha bujuk begini. Ngambek ya udah, minta putus? dengan senang hati, masih banyak yang mau sama Laka. Tapi mengapa giliran Laka bersalah pada Adhya, ia jadi gak fokus gini?
Ayah hafiz heran melihat anaknya yang biasanya sat set itu. Sekarang malah bengong liatin laptop nya. Kalau gini kapan selesainya?
"Kenapa kamu?" tanya Ayah Hafiz sambil terus mengetik keyboard.
Laka hanya menggeleng lalu meneruskan pekerjaannya. Ayah Hafiz tidak memaksa. Mau cerita , ayah dengarkan, gak mau cerita ya gak maksa. Ia berpikiran kalau anaknya pasti sudah bisa mencari solusi dari masalah mereka. Gak harus semua diceritain.
Laka keluar lebih dulu setelah satu jam. Jangan sampai ia mendapati Adhya yang sudah tertidur. Ia harus bisa membuat Adhya bicara padanya hari ini.
Namun seolah nasib tak membelanya. Biasanya ia yang lebih dulu tidur daripada Adhya. Sekarang Adhya sudah tertidur pulas di kasur. Jangan lupa posisi Adhya dan Laka. Kepala di kaki, kaki di kepala. Dan Laka baru benar benar tau kali ini. Karena Adhya sudah berbaring duluan.
...****************...
Subuhnya, bidadari cantik yang biasanya membangunkannya kali ini pun tidak. Malah alarm berisik yang sengaja diletakkan oleh Adhya di samping kuping Laka. Biar kedengeran. Kebo soalnya dia.
Laka mendengus kesal lalu melempar alarm itu. Segera ia mandi dan mengambil wudhu. Saat keluar kamarnya sudah sangat rapi, baju kantornya, pun sudah Adhya siapkan di atas kasur. Laka menghela nafas kasar lalu melaksanakan solat subuh, jelas sekali kalau sekarang ini Adhya tengah menghindarinya. Jangan jangan waktu sarapan nanti Adhya juga tidak ada di sana.
Laka segera melipat sajadahnya lalu turun. Ini hari masih gelap. Gak mungkin kan, kalau Adhya sudah berangkat sesubuh ini.
Ya, Adhya masih di dapur membantu Bunda Maya. Laka menghampiri mereka.
"Eh, tumben udah bangun, kenapa kesini? Mau bantuin bunda?" tanya bunda.
"Oh, siap bun!" Ujar Laka bersemangat. Kesempatan, kan buat ngajak Adhya ngobrol
"Adhya ke atas dulu bun, lupa ada materi yang belum Adhya lihat," tanpa diduga Adhya malah pamit pergi. Laka kecewa lagi.
"Ah, iya gak papa udah ada Laka yang bantuin bunda, iya kan bang?" Laka terpaksa mengangguk. Dan tanpa melirik Laka barang sedetik pun Adhya pergi.
Waktu sarapan Adhya juga diam. Memang aturannya harus diam, kan. Namun ia tetap meladeni Laka selayaknya istri solihah.
Katanya diem sebentar, sebentarnya dia itu berapa hari, sih?. Batin Laka.
Elah, Lak! Baru aja dua belas jam author ngitung.
...****************...
Laka bersandar di kursi kerjanya dan berputar putar. Sementara Asisten Agam hanya melihat bosnya dengan pandangan heran.
Dari tadi Laka udah begitu. Kerja bentar, muter muter, kerja bentar, muter muter. Sampek sekarang. Kadang kadang juga memandang wajah Asisten Agam yang entah ada apanya sampek dikit dikit dilihat. Sebenarnya Laka ingin bertanya padanya. Tapi gak jadi. Gitu terus sampek Asisten Agam risih.
"Maaf, bos. Sepertinya anda ingin menanyakan sesuatu pada saya?"
Sadar ternyata si asisten ini.
Sebelum tanya, Laka menghembuskan napasnya yang terasa berat.
"Pernah di diemin istri?"
"Pernah,"
"Terus gimana buat istri gak diem lagi?"
"Dibujuk,"
"Kalau gak bisa dibujuk?"
"Emang ada masalah apa, bos?"
"Saya lupa jemput dia di kampus,"
"Sudah minta maaf?"
"Saya sudah jelasin kalo saya lupa itu ada alasannya, yaa meskipun alasannya gak sepenting itu sih,"
"Maksud saya, bos sudah minta maaf yang bener belum ke bu bos?"
"Apa bedanya?"
"Beda, lah pak bos. Kata maaf itu beda. Gak sama dengan menjelaskannya. Itu malah terkesan bos sedang melakukan pembelaan, bukan mengakui kesalahan."
Laka manggut manggut. Seribet itu, ya?. Merasa menemukan solusinya. Laka akhirnya tenang bekerja. Oke, Laka akan minta maaf nanti.