NovelToon NovelToon
Mimpi Ini Terlalu Indah

Mimpi Ini Terlalu Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Romansa
Popularitas:87
Nilai: 5
Nama Author: Sabana01

Ia adalah Echo bernama Jae, idol pria berwajah mirip dengan jake Enhypen. Leni terlempar kedua itu dan mencari jalan untuk pulang. Namun jika ia pulang ia tak akan bertemu si Echo dingin yang telah berhasil membuat ia jatuh cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Janji Takdir

Hari pelaksanaan Virtual Duet akhirnya tiba. Studio siaran langsung tampak megah, dipenuhi cahaya biru keperakan dari teknologi Virtual Stage. Leni duduk di barisan depan bersama para petinggi agensi dan media. Ia tampak tenang, tetapi tangannya dingin sejak tadi.

Di belakang panggung, Jae bersiap. Dari luar ia terlihat stabil, namun dari dekat wajahnya pucat, seperti seseorang yang sedang berjuang melawan sesuatu yang hanya ia pahami sendiri. Leni menemani Jae sejak pagi, menenangkannya dengan sentuhan, kata-kata, dan keyakinan bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan menghadapinya bersama.

“Aku sudah meletakkan cincin itu di sakumu,” bisik Jae sebelum naik panggung. Itu bukan cincin biasa—melainkan chip kecil yang Leni buat menggunakan bahan mentah J-Cosmetic, yang bisa mengunci energi Echo jika Resonansi mencapai titik maksimum.

“Kalau Gerbang terbuka, lemparkan. Jangan pikir dua kali,” balas Leni pelan.

“Aku tahu.”

Jae mengecup kening Leni, cepat tapi penuh ketegasan. “Sampai jumpa di rumah… apa pun artinya nanti.”

Ketika Jae melangkah ke panggung, hologram raksasa Jake Shim muncul di sampingnya—senyumnya khas, suaranya jernih seperti rekaman terbaik yang pernah dibuat.

Musik dimulai.

Suara Jae mengisi panggung. Tidak sempurna, tidak mulus, tapi penuh dengan rasa yang hanya ia dan Leni mengerti: perjuangan untuk bertahan, ketakutan untuk menghilang, dan keinginan untuk hidup di dunia yang bahkan bukan dunia miliknya.

Hologram Jake menyusul dengan suara yang nyaris tanpa cacat. Duet itu terdengar seperti dua dunia bertemu tanpa benar-benar bersentuhan.

Leni menatap tanpa berkedip. Untuk pertama kalinya, ia melihat perbedaan mencolok di antara mereka: Jae adalah hidup, rapuh, nyata. Jake hanyalah gema dari sesuatu yang pernah ia kagumi.

Lagu semakin mendekati bagian paling emosional. Dan seperti yang mereka duga, Resonansi mulai memanas.

Lampu di studio berkedip ringan. Layar monitor bergoyang. Udara berubah seperti sedang menahan napas panjang. Para penonton menganggap itu efek visual canggih—mereka tidak tahu apa pun.

Namun Leni tahu. Resonansi bekerja. Tapi… tidak sempurna.

Ia melihat Jae mencurahkan seluruh jiwanya, sementara hologram Jake tetap tampil sempurna. Terlalu sempurna.

Tiba-tiba, Leni sadar.

Ini tidak akan berhasil.

Resonansi membutuhkan cacat, sesuatu yang mentah dan jujur. Tapi Virtual Stage membuat segalanya seragam, mulus, dikendalikan. Tidak ada ruang untuk kekacauan emosional yang bisa merobek batas dimensi.

Lagu berakhir. Sorakan memenuhi studio. Jae dan hologram Jake membungkuk bersama, dua siluet dari dunia berbeda.

Dan Leni merasakan dingin di punggungnya.

Gerbang itu tidak terbuka.

Jae tertatih meninggalkan panggung. Leni segera menyusulnya ke ruang tunggu.

Di sana, Jae duduk terkulai di sofa, tubuhnya nyaris tembus pandang. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Resonansi yang gagal membuat energinya terkuras habis.

“Jae!” Leni langsung berlutut di hadapannya.

“Gagal,” ucapnya dengan suara bergetar. “Semua… terlalu sempurna. Energinya terbelah. Aku… tidak bisa menembusnya.”

Tangan Leni menggenggam tangannya yang terasa semakin ringan. Sakit, pahit, kecewa—semua bercampur. Tetapi ketika melihat Jae masih ada di hadapannya, meski lemah, satu perasaan mengalahkan semuanya: lega.

Tanpa berkata banyak, Leni memeluknya erat. Ia tidak peduli pada gaunnya yang kusut atau riasannya yang luntur.

“Kau tidak menghilang. Itu cukup,” bisiknya, suaranya pecah. “Aku tidak peduli pada Gerbang itu, Jae-ssi. Kita bisa cari cara lain. Aku tetap di sini bersamamu.”

Jae membalas pelukan itu, memeluknya sekuat yang ia bisa. Saat bibir mereka bertemu, ada keputusasaan yang berubah menjadi kekuatan—sebuah rasa yang lebih nyata dari apa pun di panggung tadi.

“Aku mencintaimu, Leni,” katanya pelan. “Aku bersyukur… kau tetap di sini.”

Malam itu mereka kembali ke apartemen. Kegagalan masih terasa menyengat, tapi ada ketenangan aneh yang menyusulnya—seperti bahwa arah hidup mereka baru saja berubah.

Leni bersandar di bahu Jae, yang kini mulai stabil kembali.

“Aku CEO J-Cosmetic yang sah sekarang,” ucap Leni lirih. “Dan kau… kau aktor yang jatuh cinta pada seseorang dari dunia lain.”

“Aku jatuh cinta padamu,” ralat Jae sambil mencium rambutnya. “Bukan pada duniamu.”

Leni tersenyum kecil. Ia tidak pernah membayangkan hidup seperti ini—tapi tidak pernah pula merasa seaman ini.

“Aku tidak bisa kembali ke Ibuku…” gumamnya. “Jadi… kita bawa saja beliau ke sini.”

Jae berhenti bernapas sebentar. “Kita… memindahkan ibumu?”

Leni mengangguk. “Aku punya aset, hak legal, dan kekuasaan. Kalau aku tidak bisa membuka Gerbang Realitas, aku bisa membuka jalur imigrasi resmi.”

Wajah Jae perlahan berubah lega, bahkan takjub.

“Leni… itu jenius. Jauh lebih aman daripada mencoba membuka Gerbang lagi. Dan jujur… aku lebih suka kau tidak mencoba menyentuh Jake lagi.”

Leni tertawa kecil. Mereka saling memeluk, merasakan hangatnya keberadaan satu sama lain.

Gerbang Realitas mungkin tertutup untuk mereka.

Namun pintu menuju masa depan yang mereka pilih sendiri—itu terbuka lebar.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!