NovelToon NovelToon
TAK AKAN KUKEMBALI PADAMU

TAK AKAN KUKEMBALI PADAMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Janda / Cerai / Obsesi / Penyesalan Suami
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Lucia Davidson hidup dalam ilusi pernikahan yang indah hingga enam bulan kemudian semua kebenaran runtuh. Samuel, pria yang ia percaya sebagai suami sekaligus cintanya, ternyata hanya menikahinya demi balas dendam pada ayah Lucia. Dalam sekejap, ayah Lucia dipenjara hingga mengakhiri hidupnya, ibunya hancur lalu pergi meninggalkan Lucia, dan seluruh harta keluarganya direbut.

Ketika hidupnya sudah luluh lantak, Samuel bahkan tega menggugat cerai. Lucia jatuh ke titik terendah, sendirian, tanpa keluarga dan tanpa harta. Namun di tengah kehancuran itu, takdir memertemukan Lucia dengan Evan Williams, mantan pacar Lucia saat kuliah dulu.

Saat Lucia mulai menata hidupnya, bayangan masa lalu kembali menghantuinya. Samuel, sang mantan suami yang pernah menghancurkan segalanya, justru ingin kembali dengan mengatakan kalau Samuel tidak bisa hidup tanpa Lucia.

Apakah Lucia akan kembali pada Samuel atau dia memilih cinta lama yang terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8. IDENTITAS SEBENARNYA

Angin pagi berhembus lembut, membawa aroma kota yang sibuk dengan rutinitasnya. Jalanan yang dipadati kendaraan bermotor tampak tak pernah kehilangan riuh, seolah denyut nadi kehidupan metropolitan tak pernah berhenti berdetak. Di antara keramaian itu, sebuah mobil mewah berwarna hitam pekat meluncur anggun, kaca jendelanya menutup rapat, menyembunyikan sosok pria di dalamnya.

Mobil itu berhenti perlahan di depan sebuah gedung tinggi menjulang. Namanya terpampang jelas di bagian depan, terukir dengan huruf-huruf elegan berwarna perak yang memantulkan cahaya matahari: Luce Cooperation. Gedung itu berdiri dengan kokoh, seolah menjadi lambang kebanggaan sekaligus simbol kekuasaan di tengah persaingan bisnis kota.

Dari dalam mobil, seorang pria keluar. Langkahnya mantap, menyisakan bunyi sepatu kulit yang beradu dengan lantai marmer di pelataran gedung. Dia adalah Evan Williams, pria yang selama ini selalu muncul di depan Lucia dengan tampilan santai, sederhana, dan sering kali menampilkan senyum hangat yang mampu mencairkan suasana. Namun pagi itu, Evan bukanlah Evan yang biasa.

Jas mahal membungkus tubuh tegapnya. Potongan kain itu jatuh dengan sempurna, menegaskan garis tegas bahunya. Rambutnya disisir rapi ke belakang, wajahnya bersih tanpa setitik pun cela, dan sepasang matanya memancarkan tatapan yang dingin, menusuk, serta penuh wibawa. Ada aura yang berbeda, sebuah dominasi yang membuat siapa pun yang melihatnya menunduk tanpa perlu diminta.

Karyawan yang tengah lalu-lalang di lobby sontak terdiam ketika Evan melangkah masuk. Bisikan kecil terdengar, namun segera terhenti begitu tatapan tajam pria itu menyapu ruangan. Semua orang segera menundukkan kepala, memberikan gestur hormat. Tidak ada yang berani berlama-lama menatap wajahnya. Pria itu bukan sekedar atasan mereka, Evan adalah pemilik perusahaan ini. Luce Cooperation berdiri karena kerja kerasnya.

Lift terbuka, dan dengan langkah pasti Evan masuk. Di dalam lift, bayangan dirinya yang terpantul di cermin dinding membuatnya teringat sesuatu. Wajah Lucia. Senyum lembut yang dulu begitu sering ia lihat, kini menghilang dari dunia wanita itu. Sekilas, jemarinya mengepal, menahan gejolak amarah yang berusaha ia kendalikan.

Sesampainya di lantai atas, pintu lift terbuka dengan bunyi lembut. Karpet merah tebal menyambut setiap langkahnya. Lorong panjang itu berakhir pada sebuah pintu besar dengan ukiran nama 'President Director' di atas pelat emas kecil. Tanpa ragu, Evan mendorong pintu itu dan masuk.

Ruangan luas dengan jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan kota menyambutnya. Di dalamnya, dua orang sudah menunggunya, seorang pria dan seorang wanita. Mereka berdua langsung berdiri begitu Evan masuk, namun ekspresi wajah mereka bukan sekadar hormat. Ada guratan kesal yang jelas terbaca.

Pria itu bernama Deren Whitmore, tangan kanan Evan sekaligus sahabat lamanya sejak kuliah. Posturnya tinggi, berpenampilan rapi dengan kemeja putih dan jas abu-abu. Wajahnya teduh, namun saat itu sorot matanya tajam, penuh teguran yang tertahan.

Wanita di samping Deren adalah Clara Whitmore, sekretaris pribadi Evan, sekaligus sahabat lama yang sama-sama mengenal Evan sejak mereka kuliah. Penampilannya elegan dengan gaun kerja sederhana, rambut cokelatnya terikat rapi. Namun dari cara ia menyilangkan tangan di dada, jelas terlihat betapa kesalnya ia terhadap bosnya sendiri.

"Jadi kau akhirnya muncul juga." Clara membuka suara lebih dulu, nada suaranya dingin, menusuk. "Kami hampir berpikir kau sudah melupakan bahwa kau punya perusahaan sebesar ini untuk dijalankan."

Deren menambahkan, "Sudah berapa lama kau mangkir, Evan? Dua minggu? Tiga minggu? Jangan lupa, ada puluhan kontrak menunggu tanda tanganmu. Investor juga terus bertanya. Apa yang sebenarnya kau pikirkan?"

Evan menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Ia melepas jasnya, menggantungnya di kursi, lalu duduk dengan tenang di kursi besar di balik meja kayu mahoni. Kedua temannya itu menunggu jawaban, tapi Evan tidak langsung bicara. Ia hanya menatap kosong ke luar jendela, seakan sedang menimbang kata-kata.

Clara mengetuk mejanya dengan jari, menahan kesabaran. "Jangan diam saja, Evan. Kau tahu kami sudah hampir gila menutup semua celah yang kau tinggalkan. Kami menahan media, menenangkan investor, menjaga agar citra perusahaan tetap utuh. Tapi kau? Kau bahkan tidak mengangkat telepon. Ingatlah kau pemilik perusahaan besar, semua mata menyorot padamu."

Hanya helaan napas yang keluar dari bibir Evan. Dalam keheningan itu, ketegangan semakin menebal. Hingga akhirnya, suara Evan terdengar, rendah namun penuh makna.

"Aku sudah menemukannya."

"Menemukan siapa?" tanya Clara masih tampak kesal.

"Lucy," jawab Evan serius.

Kedua sahabatnya sontak terdiam. Mata mereka membesar, saling pandang, lalu kembali menatap Evan dengan raut penuh keterkejutan.

"Lucia? Lucia Barnett?" tanya Deren memastikan.

Evan mengangguk pelan. "Ya. Aku sudah menemukan keberadaannya."

Clara yang biasanya tenang langsung melangkah maju, mencondongkan tubuhnya. "Benarkah? Kau tidak main-main, kan, Evan? Kau benar-benar menemukan Lucia?"

Tatapan Evan menjadi lebih gelap. Ada sesuatu yang berat di balik sorot matanya. "Aku menemukannya ... tapi bukan dalam keadaan yang seharusnya."

Clara dan Deren kembali saling pandang. Ada rasa takut yang mulai merambat.

"Apa maksudmu?" tanya Deren hati-hati.

Evan memejamkan mata sejenak, mencoba meredam emosi yang menggelegak dalam dirinya. Namun ketika ia kembali membuka mata, amarah itu jelas terlihat.

"Lucy, dia dijadikan alat balas dendam oleh mantan suaminya. Keluarga Barnett hancur karena pria itu dan Lucy luntang-lantung, bekerja di sebuah toko swalayan kecil di pinggiran kota," beritahu Evan.

Clara menutup mulut dengan tangan, matanya membulat tak percaya.

Deren mengerutkan kening, nadanya meninggi. "Apa? Siapa yang berani berbuat seperti itu pada Lucia?!"

Evan mengetukkan jarinya di meja, suaranya penuh tekanan. "Samuel Davidson. Itu nama pria brengsek yang menghancurkan hidup Lucia."

Kedua sahabatnya terdiam kaku. Nama itu bukan nama asing. Samuel Davidson adalah rival bisnis terbesar mereka, seorang pria licik yang kerap menggunakan segala cara demi menjatuhkan lawan.

Clara mengepalkan tangannya. "Aku tidak percaya ... Lucia, wanita sebaik itu, harus melalui semua ini karena pria itu? Kita sejauh ini bukan untuk melihat Lucia hancur karena seorang pria."

Evan menunduk, jemarinya meremas rambutnya sendiri. "Kalian tidak melihat apa yang aku lihat. Senyumnya ... senyum yang dulu selalu ada di wajahnya, sekarang hilang. Matanya dipenuhi ketakutan, luka batin yang begitu dalam. Dia bahkan berusaha menolak keberadaanku, seolah takut semua orang yang mendekatinya akan menyakitinya lagi. Hidup terisolasi dan tidak berinteraksi dengan orang lain kecuali orang-orang di tempatnya bekerja."

Hening menyelimuti ruangan. Hanya detik jam dinding yang terdengar. Deren menggenggam meja, wajahnya memerah oleh amarah.

"Sialan. Samuel Davidson ... pria itu sudah melampaui batas," umpat Deren.

Clara menambahkan dengan getir, "Dia memang terkenal kejam dalam bisnis, tapi aku tidak pernah menyangka kebiadabannya sampai sejauh ini dalam kehidupan pribadi. Bagaimana mungkin dia tega menggunakan Lucia untuk balas dendam, Jackass."

Evan menegakkan tubuhnya, sorot matanya tajam. "Aku tidak bisa membiarkan ini begitu saja. Lucy telah kehilangan terlalu banyak karena pria itu. Aku bersumpah, aku akan membuat Samuel Davidson menyesal karena sudah menghancurkan hidup Lucy.

Ruangan itu terasa menyesakkan, seakan udara di dalamnya membeku oleh amarah yang belum tersampaikan. Darren berjalan mondar-mandir, mencoba mengendalikan pikirannya, sementara Clara masih mematung di tempat, jemarinya menggenggam erat pena yang sejak tadi ia pegang, hingga ujung jarinya memutih.

Tidak ada yang lebih membuat tiga orang itu murka kecuali ada orang yang menyakiti Lucia. Mungkin untuk Lucia, ia selalu merasa kalau dirinya sendirian selama ini. Tanpa tahu kalau ada orang-orang yang menunggu dengan sabar selama bertahun-tahun agar dapat bertemu dengan wanita itu lagi.

1
Ir
kemarin di cere, sekarang di cariin lagi, karep mu ki piye samsul hmm
Archiemorarty: Tahu, sebel kali sama si Samsul ini /Smug/
total 1 replies
Miss Typo
semoga apapun niat Samuel ke Lucia semua gagal total
Miss Typo
semangat Lucia
Ir
yeuhhh kocak, amnesia lu samsul
Archiemorarty: Hahaha 🤣
total 1 replies
Ir
kak aku baca Deren dari awal lidah ku belit bacanya Daren terus tauu
Archiemorarty: Awalnya namanya maunya Darren, malah takut aku hany kebelit nulisnya ntar 🤣
total 1 replies
Ma Em
Evan , Clara dan Derren tolong lindungi Lucia dari Samuel takut Samuel akan mencelakai Lucia.
Ariany Sudjana
benar kata Evand, jangan buru-buru untuk menghadapi Samuel, karena prioritas utama sekarang kondisinya Lucia, yang sangat terpuruk. untuk menghadapi Samuel harus dengan perhitungan matang
Archiemorarty: Benar, gitu2 si samsul itu ular licik
total 1 replies
Ir
seharus nya jangan takut Lucu injek aja lehernya si samsul, trus si Evan suruh pegangin
Archiemorarty: astaga, barbar sekali ya /Facepalm/
total 1 replies
Ma Em
Semangat Lucia sekarang sdh ada Evan yg akan melindungi dari siapa saja orang yg akan menyakitimu , jgn sampai kamu terpengaruh dgn hadirnya Samuel , biarkan dia menyesal akan bat dari perbuatannya sendiri , semoga Lucia dan Evan selalu bahagia .
Archiemorarty: Setuju itu /Determined/
total 1 replies
Ir
penyesalan itu emang datang nya di akhir samsul, kali di depan namanya pendaftaran 😆
Miss Typo
keluar dari RS nikah ya 😁
Ir
bucin terooooossss 😏
Archiemorarty: Cieee...iri cieeee /Chuckle/
total 1 replies
Miss Typo
berharap sih segera nikah mereka berdua 😁
Ir
nyari laki kaya Rion, Dante, Davian sama Evan di mana sih, laki² yg semua aku di rayakan di cintai secara ugal²an, yg mau berusaha keras untuk kesejahteraan wanita nya, bukan yg kita mulai sama² dari Nol terus 😌😌
Archiemorarty: Mereka ada kok..di dunia fiksi aja tapi /Cry/
total 1 replies
Ariany Sudjana
Evand benar Lucia, kamu tidak sendiri lagi, ada Evand yang jadi tameng.
Ir
ini kalo kata orang Indonesia, sakit perut bukannya priksa ke dokter malah cuma bilang magh kronis, magh kronis, mag kronis tok 😏
Archiemorarty: Sebel soalnya /Smug/
total 3 replies
Miss Typo
itu karna pola hidup Lucia selama ini kali ya, atau karna pikiran juga.
Alhamdulillah operasi berhasil, semoga Lucia cepat pulih
Archiemorarty: Betul sekali
total 1 replies
Miss Typo
apalagi ini thor,,, kenapa masalah blm juga usai, msh ada trs masalah dlm kehidupan Lucia, kpn Lucia akan bahagia bersama Evan? 😭
Miss Typo: huaaaaaa pasti aku nangis mulu bacanya 😭🫣
total 2 replies
Miss Typo
berharap secepatnya mereka berdua menikah 😁
Miss Typo
apakah mereka berdua akan sampai menikah suatu saat nanti?????
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!