NovelToon NovelToon
Dibuang Sersan Dipinang CEO

Dibuang Sersan Dipinang CEO

Status: tamat
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Ayah Darurat / CEO / Tamat
Popularitas:1.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: mama reni

Aisyah yang mendampingi Ammar dari nol dan membantu ekonominya, malah wanita lain yang dia nikahi.

Aisyah yang enam tahun membantu Ammar sampai berpangkat dicampakkan saat calon mertuanya menginginkan menantu yang bergelar. Kecewa, karena Ammar tak membelanya justru menerima perjodohan itu, Aisyah memutuskan pergi ke kota lain.

Aisyah akhirnya diterima bekerja pada suatu perusahaan. Sebulan bekerja, dia baru tahu ternyata hamil anaknya Ammar.

CEO tempatnya bekerja menjadi simpatik dan penuh perhatian karena kasihan melihat dia hamil tanpa ada keluarga. Mereka menjadi dekat.

Beberapa waktu kemudian, tanpa sengaja Aisyah kembali bertemu dengan Ammar. Pria itu terkejut melihat wajah anaknya Aisyah yang begitu mirip dengannya.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Ammar akan mencari tahu siapa ayah dari anak Aisyah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23. Bulan Madu Yang Gagal

Pagi ini tampak begitu cerah. Mia juga tampak sangat bahagia. Cahaya matahari menembus tirai jendela menambah keceriaan. Aroma kopi yang baru diseduh oleh Mia mengisi udara di dapur, menambah suasana hangat dan penuh cinta. Dia menatap jam dinding, sudah pukul tujuh pagi.

Mereka telah sampai di kota B dari sore kemarin. Mereka menginap di sebuah villa. Hari ini mereka berencana akan ke pantai.

"Mau nggak mau, Ammar harus segera bangun. Jika siang, jalanan pasti akan macet!" seru Mia dengan semangat. Apa lagi kebetulan hari ini bertepatan dengan weekend.

Mia melangkah menuju ranjang. Ammar masih bergelut dengan mimpinya. Dia harus membangunkan suaminya, agar bisa segera menuju pantai.

"Ammar, bangun! Kita harus siap-siap!" Mia mengguncang pelan tubuh Ammar.

"Aaahhh … lima menit lagi, Sayang." Ammar berbalik, menutup wajahnya dengan bantal.

Mia mengerucutkan bibirnya, kesal. "Nggak bisa, kita sudah janji! Ingat, kita mau ke pantai!"

Akhirnya, dengan sedikit dorongan yang lebih keras, Ammar membuka matanya. "Oke-oke, aku bangun!" ujarnya sambil menguap lebar.

Melihat wajahnya yang masih mengantuk, Mia tak bisa menahan senyum. "Cepat, mandi dulu. Biar segar!"

Setelah Ammar bangkit dan pergi ke kamar mandi, Mia kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan ringan. Dia menuangkan dua cangkir kopi ke dalam gelas dan menyiapkan roti bakar yang diolesi selai kacang.

Tak lama kemudian, Ammar keluar dari kamar mandi, terlihat sedikit lebih segar. "Beri aku waktu lima menit untuk bersiap-siap!" ucap Ammar sembari mengusap wajahnya dengan handuk.

"Ammar, aku tak mau telat. Cepat ya! Kita harus berangkat sebelum kemacetan," cicit Mia sambil tersenyum ceria, meskipun hatinya sedikit berdebar.

Ammar mengangguk dan buru-buru mengenakan pakaian. Namun, saat hendak melangkah keluar dari kamar, dia tiba-tiba berhenti. "Mia, aku merasa agak tidak enak badan," ujarnya sambil memegang kepalanya.

Mia cemas. "Kenapa? Apa kamu sakit?"

"Rasanya pusing dan mual," Ammar menjawab dengan suara terputus-putus.

"Ini bukan alasan untuk membatalkan kepergian kita'kan?" tanya Mia dengan ekspresi wajah yang tegang.

"Aku serius, Mia. Tak mungkin aku main-main dengan penyakit," jawab Ammar.

Dia merasa kepalanya pusing. Perutnya mual dan rasa ingin muntah. Mia lalu memeriksa keadaan suaminya. Namun, dia tak melihat ada yang aneh di tubuh pria itu. Tensi dan detak jantung normal. Suhu badan juga.

"Apa kamu mau istirahat dulu? Kita bisa tunda keberangkatan." Mia melihat wajah Ammar yang sedikit pucat, sehingga tak ada alasan baginya untuk tidak percaya lagi. "Kamu bisa minum obat ini."

Mia memberikan vitamin saja untuk suaminya. Dia berkesimpulan mungkin sang suami hanya kelelahan.

"Tapi … aku tak enak. Aku sudah janji denganmu," balas Ammar.

Mia menghela napas, merasa bingung. Di satu sisi, dia sangat ingin berangkat, tapi di sisi lain melihat suaminya yang kurang sehat membuatnya khawatir. “Tapi, Ammar. Kita nggak bisa pergi kalau kamu sakit.”

“Aku hanya butuh istirahat sejenak, mungkin akan lebih baik. Kita lihat sebentar lagi. Mungkin ini hanya masuk angin saja." Ammar memohon, terlihat putus asa untuk tidak melewatkan mimpi indah mereka. Dia lalu meminum obat yang Mia berikan.

Sebagai seorang dokter Mia sudah memeriksa dan memastikan tak ada yang aneh di tubuh sang suami.

Mia mengangguk, meski hati kecilnya masih merasa cemas. "Baiklah, tapi jika kamu merasa semakin buruk, kita batalkan saja ke pantainya."

"Baiklah," jawab Ammar, berusaha tersenyum meski wajahnya terlihat pucat.

Dia tak mau mengecewakan Mia. Sejak akad nikah dia telah sering mengecewakan istrinya itu. Mulai dari salah sebut nama saat akad, ditambah saat berhubungan.

Setelah beristirahat beberapa saat, Ammar merasa tubuhnya bukannya makin segar, tapi makin terasa lelah dan lesu. Dia lalu berjalan ke sofa sambil memegang perutnya, berusaha menahan rasa mual. "Kita masih bisa pergi, kan?"

Mia melihat perubahan wajah suaminya. “Ammar, kamu tidak perlu memaksakan diri. Kita istirahat saja,” Mia berkata dengan lembut, dia berusaha menyemangati suaminya.

"Nggak! Kita sudah siap, Mia. Momen ini penting untuk kita. Lebih baik kita tetap berangkat saja," ujar Ammar sambil berusaha berdiri tegak, walaupun dia goyah.

Akhirnya, dengan tekad yang sudah bulat, mereka berangkat. Mia akhirnya memutuskan untuk mengemudikan mobilnya menuju lokasi bulan madu yang telah mereka pilih. Dalam perjalanan, Ammar mencoba berbincang untuk mengalihkan perhatian, tetapi Mia bisa merasakan rasa sakitnya yang terpendam.

“Sayang, kamu pasti akan merasa lebih baik setelah sampai di sana. Kita akan santai, jalan-jalan di pantai, dan menikmati makan malam yang romantis. Ingat rencana kita.” Meskipun kurang yakin, Mia berharap bisa memberinya semangat.

Ammar hanya mengangguk lemah, tidak dapat menyembunyikan rasa tidak nyaman di wajahnya. Beberapa kali, dia menutup mata, berjuang melawan rasa pusing yang semakin menjadi.

Setibanya di resort, Mia segera mengantarkan Ammar ke kamar mereka yang indah. “Nah, ini dia! Tempat liburan yang direncanakan kemarin. Pantainya sangat indah."

Mia dan Ammar hanya bisa berbulan madu di Indonesia saja karena jatah cuti Ammar hanya tersisa tiga hari.

Namun, Ammar hanya duduk di tepi tempat tidur sambil mengusap dahinya. "Duh, Mia, aku benar-benar merasa sakit .…"

Mia segera berlari ke pintu mini bar dan mengambil sebotol air putih. “Minum ini, mungkin bisa membantu,” ujar Mia mendorong botol air mineral itu kehadapan suaminya.

“Ayo, Ammar, berbaring saja. Nanti setelah kamu merasa lebih baik, kita bisa ke pantai. Jangan paksa diri.” Mia mencoba menenangkan dengan lembut.

Ammar menutup matanya dan berusaha berbaring, tetapi hanya dalam hitungan menit, perutnya mulai memberontak. Dia langsung bangun dan melompat dari tempat tidur dan segera berlari ke kamar mandi.

"Mia!" teriak Ammar sebelum pintu kamar mandi pun tertutup.

Rasa ngilu semakin tak tertahankan. Mia berada di luar, berusaha menenangkan sambil mengingatkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Aku di sini, Sayang. Coba tenang, pelan-pelan," suara Mia dipenuhi kepanikan.

Ketika Ammar kembali, wajahnya pucat pasi dan napasnya tersengal. "Maaf … maafkan aku, Mia. Sepertinya aku tidak bisa. Ini semua salahku .…"

Mia merasa amarahnya bercampur aduk. "Ammar, ini bukan salahmu! Tapi seharusnya kita tidak pergi jika kamu memang tidak sehat!"

"Aku tidak ingin mengecewakanmu. Kita sudah merencanakan ini kemarin." Ammar berusaha menjelaskan dengan suara pelan.

Mia menggelengkan kepalanya, hatinya bergetar. "Tapi aku lebih memilih kamu sehat. Kita bisa merencanakan lagi bulan madu lain waktu."

Ammar menutup matanya, merasa tidak enak. “Tidak, Mia. Kamu harus bersenang-senang. Tinggal di sini dan nikmati tempatnya saja. Biarkan aku sendirian dulu,” ujarnya lemah.

Seketika, Mia merasakan air matanya mengalir. "Dan kamu mau aku pergi sendirian? Tidak, Ammar. Tak ada artinya tanpa kamu. Seharusnya kita menikmatinya bersama. Jika aku pergi sendiri itu namanya bukan bulan madu!"

"Aku di sini saja. Apa yang orang katakan jika tau aku meninggalkan kamu sendiri dalam keadaan sakit!"

"Tadi kamu sudah memeriksa keadaanku. Sebenarnya aku sakit apa? Obat apa yang kamu berikan tadi?" tanya Ammar.

"Aku tak melihat hal yang beda di tubuhmu. Semua normal, hanya ...."

"Hanya apa ...?" tanya Ammar dengan nada kuatir.

"Semua yang kamu rasakan itu seperti wanita hamil. Biasanya ini di sebut kehamilan simpatik atau Couvade syndrome. Ini terjadi saat sang istri hamil muda, dan gejalanya dirasakan juga oleh sang suami. Tapi ... Aku tak mungkin hamil. Kita baru dua hari menikah. Apakah kekasihmu Aisyah itu yang hamil? Apakah kalian sebelum ini melakukan hubungan badan?" tanya Mia dengan dahi berkerut.

Ammar yang mendengar pertanyaan Mia menjadi terkejut. Dia kembali teringat Aisyah. Mereka memang telah melakukan hubungan badan. "Apakah benar Aisyah yang sedang hamil?" tanya Ammar dalam hatinya.

1
Dewi Kasinji
ijin baca kak
Mama Reni: 😍😍😍😍😍
total 1 replies
Asyatun 1
keren banget thoor
sinta nurhasanah
orang yang sudah meninggal itu tidak bisa mendoakan tpi didoakan, kalo restu iya🙏
Les Tary
ngapain jg kepo...hrsnya salahin tuh laki loe yg pengecut itu
Ila Lee
mati kamu Ammar sudah di beri peringatan Mia tidak suka kau masih juga sembunyi2 berjumpa Aisyah perang besar ni😅😅😅
Ila Lee
amar di amar dapat hadiah 5 jari eh dari Aisyah itu memang suamimu albi yang selalu melindungi mudah menyayangimu Aisyah ❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Ila Lee
yYa betul hilang semua masalah dengan olah raga atau perang ranjang ❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Ila Lee
betul Aisyah sekarang ada suami apa 2 harus tya suami lebih baik selesai masalah antara kau dan Ammar
Ila Lee
jadi begini sebuah rumah tangga jika tidak ada kejujuran dari awal 😭😭😭😭😭
Ila Lee
Vita hanya kerana nafsu begitu lh selalu terjadi buat hubungan haram dulu tidak pernah ingat tentang dosa lebih jujur pada Aisyah 😆😆
Ila Lee
jujur lh alby pada Aisyah itu lebih baik dari dia tahu dari orang lain insyaallah Aisyah boleh menerima nya mungkin terperanjat mengakui kesalahan masa lalu itu terbaik untuk 💪💪💪
Ila Lee
mungkin ini yg pernah alby ckp pada Aisyah jika satu saat thu kebenaran tentang alby semoga Aisyah boleh terima baik buruh suami nya ❤️❤️❤️
Nurul Hula-hula
ceritanya bagus ngk bertele2
Ila Lee
bagus alby mempertahan isteri serta zavear mantap alby
Muffin: ✨ Halo Sahabat Pembaca! ✨
Aku baru saja merilis cerita terbaru berjudul “SCARLET MEMORIES” 🖤
Kisah tentang Diana— yang diusir oleh orang tuanya, dikhianati, dihancurkan, dan ditinggalkan dalam kondisi hamil.

Saat ia mulai sembuh karena satu pria yang tulus…

lelaki dari masa lalunya kembali,
membawa rahasia yang bisa menghancurkan segalanya.

✨ Baca SCARLET MEMORIES sekarang.
Berani jatuh cinta, berarti siap terluka lagi.
❤️ Like & komentar kalau kamu siap ikut terseret dramanya.
total 1 replies
Ila Lee
kasihan Mia di ini yg bersalah ada ibu rida r kerana dia yg memaksa Ammar untuk putus dengan Aisyah lalu menikah Mia sedang kn hati Ammar masih cinta dan sayang Aisyah
olra
semangat thor
Alif
salah elo sendiri Mia knapa kamu ngusik bayi aisyah cb kamu diam aja psti semua aman
guntur 1609
mantap karyamu. aku tunggu karya lainya
Mama Reni: Terima kasih
total 1 replies
guntur 1609
nah begini kan lbh indah ammar. sdh kau yg salah tapi kau masih juga tak tahu diri. kalau dari dulu kau langsung mnt maaf kan beres. tinggal nenek lampir tu yg blm taubat
guntur 1609
sok paten kau pecundang bsok gertak alby. nyatanya kau yg kena kan. sdh di bilang tapi juga ngeyel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!