Naren kehilangan pekerjaannya dan terpaksa kerja serabutan demi menghidupi istri serta tiga anaknya.
Namun pengorbanannya tidak cukup untuk menahan hati Nadira, sang istri, yang lelah hidup dalam kekurangan dan akhirnya mencari kenyamanan di pelukan pria lain.
Di tengah getirnya hidup, Naren berjuang menahan amarah dan mempertahankan keluarganya yang perlahan hancur.
Mampukah Naren tetap mempertahankan keluarga kecilnya di tengah peliknya kehidupan? Menurunkan Ego dan memaafkan istrinya demi sang buah hati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya sopir online
Langit-langit mall berkilau dengan lampu kristal, memantul di lantai memer putih yang mengkilap. Di area Lounge lantai atas, tampak anak muda sedang berkumpul di sofa kulit cukup panjang. Penampilan mereka mencolok, hampir seluruh tubuhnya di penuhi barang mahal. Entah membelinya sendiri, uang dari orang tua atau pun kekasih.
Mereka tampak asik berbincang dan sesekali membahas bisnis atau pun liburan ke luar negeri. Di antara mereka Nadira ikut dalam jajarannya yang diajak oleh teman yang selama ini bersamanya.
"Nih yang kemarin ke edinburgh full sponsor suami." Salah satu dari mereka menyenggol lengan Nadira.
"Really? Oh my god aku banyak uang tapi pengen banget disponsori suami. Sayangnya belum punya." Wanita itu tertawa sembari memegang cup kopi dengan harga ratusan rupiah.
"Kamu sih terlalu pemilih."
"Kalau suaminya kayak suami Nadira mah langsung gas saja," celetuk yang lainnya.
"Iya sih. Lihat Nadira sekarang, meski sudah menikah dan punya anak dia masih kayak gadis. Bebas sana sini soalnya punya suami pengertian."
Obrolan-obrolan ringan terus terjadi di ruangan itu tanpa adanya campur tangan laki-laki.
"Sorry aku telat, mobilku tadi mogok jadinya naik transportasi online," ujar seorang wanita yang baru saja datang. Dia salah satu teman dekat Nadira dan putri tunggal keluarga kaya.
"Tebak aku ketemu siapa di jalan," lanjutnya. Memperbaiki posisi setelah menyimpan tas mahalnya, tidak lupa menyingkap rambut.
"Siapa? Gebetan kamu ya?" tebak Nadira.
"Bukan, tapi suami kamu Nadira. Gila sih tampan banget. Lebih tampan dari foto," puji sang wanita membuat yang lainnya terpekik.
Bagaimana tidak, dulu Naren juga menjadi idola kampus dan banyak di gilai wanita sayangnya hati pria itu hanya tergerak pada Nadira saja.
"Kok bisa kalian ketemu?"
"Nah itu aku juga kaget. Jadi tuh ceritanya gini." Karena terbilang cerewet dan manja wanita itu merubah posisinya agar terlihat lebih cantik. "Aku pesan mobil online dan suami Nadira jadi sopirnya. Terkejut dong, soalnya selama ini yang kita tahu itu suami Nadira kerja di Alexander."
"Hah jadi Naren sekarang jadi sopir ya? Kok bisa?" salah satu dari mereka terkejut. Paling diam di antara mereka.
Sedangkan darah Nadira mulai mendidih, ia kini sangat kesal sebab Naren berhasil mempermalukan dirinya.
"Hm, suami aku dipecat satu bulan yang lalu."
"Kasian banget, tapi aku bangga loh sama Naren. Demi istri dan anaknya dia nggak malu kerja apapun, padahalkan dia dulu nggak pernah kerja keras," ucap wanita yang memang sejak semester awal sampai akhir satu kelas dengan Naren, bahkan pernah menaruh hati.
"Harusnya kalau suami kamu cuma sopir nggak usah hedon-hedon banget lah Dira, kasian tahu Naren," ujar yang lainnya.
Mereka hanya menasehati tetapi sepertinya Nadira tersinggung dengan pembicaraan teman-temannya. Wanita itu berdiri, langsung pergi tanpa berpamitan pada teman-temannya terlebih dahulu. Bahkan sakin buru-burunya dia sampai menabrak pundak seseorang di pintu.
"Sorry, pekerjaan aku banyak banget jadi baru bisa datang," ujar wanita yang Nadira tabrak pundaknya tadi.
"Santai aja sih, kita mah tahu kamu tuh sibuknya kayak apa."
"Nah kalau yang ini mau hedon sampai liburan pakai jet pribadi aku nggak heran." Di antara mereka ada yang menepuk pundak Leona, wanita yang Nadira tabrak tadi.
"Nggak lah, mana mampu aku beli jet pribadi."
"Ucap anak putri tunggal Alexander yang apa adanya," celetuk yang lain serempak.
Leona hanya tertawa menanggapi candaan teman-temannya. "Oh iya katanya kalian mau perkenalkan seseorang sama aku, siapa?"
"Udah pergi, kayaknya kesal karena ketahuan suaminya sekarang jadi sopir."
"Padahal nggak ada yang salah dengan pekerjaan sopir," gumam Leona.
.
.
.
.
.
Oke tarik napas terus komen😅
udah kmu sm shanaya aja aku dukung pake bgtttt😄
tapi jangan Leona deh orang tuanya konglomerat takut Nanti Naren nya juga minder
dan takutnya orang tua Leona ga mau menerima anak2 Naren
jadi sama shanaya aja
semoga Naya juga sayang anak2 Naren