NovelToon NovelToon
Aku Bukan Siapa-Siapa

Aku Bukan Siapa-Siapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Febbfbrynt

Ketidaksengajaan serta pengorbanan dalam sebuah kecelakaan membuat Alena langsung meninggal dan malah mengantarkan nyawa gadis itu dengan bertransmigrasi ke dalam salah satu novel favoritnya. Alena hanya menjadi adik dari salah satu teman protagonis pria—figuran. Dia hanya seorang siswi sekolah biasa, tanpa keterlibatan novel, dan tanpa peran.

Tapi, plotnya hancur karena suatu alasan, hidupnya tidak semulus yang dia bayangkan. Dia membantu masalah semua tokoh, namun di tengah itu, hidupnya tidak aman, ada orang yang selalu ingin mencelakainya.

____

"Aku memang bukan siapa-siapa di sini, tapi bukan berarti aku akan membiarkan mereka menderita seperti alurnya."—Alena.

~•~
note:
- author 'I Am A Nobody' di wp dan di sini sama

- Tokoh utama cerita ini menye-menye, lebay, dan letoy. Jadi, ga disarankan dibaca oleh org yg suka karakter kuat dan ga disarankan untuk org dewasa 20+ membacanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ruang UKS

Bukan. Bukan ini yang Alena harapkan. 

Apakah ini karenanya? Apakah dia sudah merusak ceritanya? Tetapi, Alena sudah berniat untuk tidak mengganggu plot.

"Ini semua salah aku." 

Dalam keheningan, Alena bergumam menunduk sambil menggigit kuku jarinya, pertanda dia sedang khawatir. Tanpa Alena sadari, gumamannya terdengar di telinga semua orang yang hadir di ruangan UKS.

Tiba-tiba, ada sebuah tangan yang menjauhkan tangan yang jarinya digigit Alena sendiri, untuk menjauh dari mulutnya. Alena mengangkat kepalanya, ia langsung tertegun saat bertemu tatapan Rafka yang dalam.

"Ini bukan salah lo," ujarnya pelan. Detik berikutnya ekspresinya menjadi kesal. "Tapi, ini salah cewek tadi yang gak punya mata."

Alena tidak menjawab, karena yang Rafka ucapkan bukan maksud dari gumamannya. Rafka melepaskan tangan Alena dan duduk di samping.

Saat ini, Alena sedang berada di UKS bersama Andreas Dkk. Alena tidak tahu kenapa teman-tekan kakaknya datang ke sini. Andreas sudah mengganti seragamnya yang basah dengan yang baru, yang di simpan di lokernya.

Alena pun hanya memakai seragam kakaknya yang dia ganti sebelum datang ke UKS. Lengannya sudah di obati oleh dua siswi kelas Xll yang menjadi anggota PMR, dan mereka sudah pergi.

Alena merasa canggung, karena hanya dia satu-satunya perempuan di ruangan itu. Kakaknya sedang membeli sarapan untuknya, karena saat tadi di kantin Alena mana sempat makan bakso yang sudah di pesan Dhita dalam keadaan yang tidak memungkinkan. 

Sedangkan Dhita dan Risha sudah kembali ke kelas di karenakan bel masuk sudah berbunyi beberapa menit lalu. Walaupun awalnya mereka tetap ingin disini dengan alasan jamkos, tapi Alena tetap menyuruh mereka memasuki kelas. Alena menduga, mungkin ada kepentingan seperti pembagian jadwal atau pencalonan ketua kelas dan struktur organisasi lainnya, karena tadi tidak sempat ada waktu ketika perkenalan satu-persatu murid X IPA II.

"Iya, Len. Lagian, lo juga tadi diem di bangku kantin, gak ngapa-ngapain. Kenapa lo nyalahin diri sendiri?" timpal Radhit saat melihat keterdiaman Alena.

"E-um ... kalian gak masuk kelas? Terus kalian kenapa kesini?" Alena bertanya tanpa berpikir untuk mengalihkan pertanyaan Radhit.

"Oh, jadi lo ngusir kita?" tukas Andreas datar. 

Namun, semua temannya merasa heran. Bukan karena pertanyaannya, namun Andreas yang bertanya. Tidak biasanya dia berbicara yang tidak penting, pikir mereka.

"Hah? Eh, enggak-Nggak!" Alena menggeleng cepat. Kedua tangannya melambai mengikuti gerakan kepalanya. "B-bukannya aku ngusir, tapi kalo tujuan kalian buat nemenin aku di sini, kalian bisa ke kelas—eh! maksudnya bukan ngusir, ya! Aku takut ngerepotin ...  aku nungguin kak Rava aja di sini, sendiri," lanjut Alena sedikit tidak jelas karena bingung dan gugup. Mereka tersenyum geli melihatnya.

"Santai aja, Len. Kita di sini nungguin kakak lo. Lagian, di kelas juga jamkos," bohong Alvin beralasan

Oh, sama-sama jamkos, toh? Alena hanya mengangguk mengerti.

Ceklek. Pintu UKS terbuka membuat semua orang di dalamnya langsung menoleh. Terlihatlah Ravael yang masih memakai kaos hitamnya membawa kantong kresek berisi roti dan sebotol minuman. Lalu, dia menghampiri Alena dan duduk di kursi yang sempat Rafka duduki di samping Alena.

"Nih, Dek. Makan dulu," titah Ravael sambil menyodorkan kantong tersebut.

"Makasih, Kak."

Ravael mengangguk lembut. "Mau pulang sekarang gak?"

"Nggak, deh. Bentar lagi juga pulang," tampik Alena. "Terus, seragam kakak, gimana?"

Seragam kebesaran yang masih melekat pada Alena adalah milik Ravael. Gadis itu tidak memiliki seragam cadangan di sekolah, jadi dia memakai seragam kakaknya.

"Gak pa-pa. Pake dulu aja," jawabnya santai. "Kamu mau di sini aja, apa balik ke kelas? Kalo mau di sini, kak Rava temenin. Tapi, kalo kamu mau ke kelas, nanti di anterin."

"Di sini aja, deh," jawab Alena. Lalu, menatap kakaknya malu. "Kalo ke kelas, aku malu seragam kak Rava yang aku pake kebesaran." 

Ravael mengangguk seraya terkekeh, lalu mengusap kepala adiknya. Cowok itu menoleh ke arah teman-temannya yang sedari tadi hanya mendengar interaksi kakak-adik. "Kalian duluan aja kalo mau ke kelas. Gue mau di sini nungguin Alena nyampe waktu pulang."

Kelima lelaki itu memandang satu sama lain, pertanda saling mencari jawaban melalui kontak mata.

"Ya udah, Rav, Len. kita duluan." Alvin mewakili kelimanya, yang diangguki Ravael dan Alena.

Setelah mereka keluar. Hanya Alena dan Ravael di ruangan UKS. Mereka mengobrol sesekali tertawa. Sampai beberapa menit kemudian, waktu pulang sekolah tiba. Tas Alena sudah di ambil di kelas, sehingga mereka berdua langsung ke parkiran dan menaiki mobil semula untuk pulang.

***

"Dek, tangan kamu masih sakit?" Ravael bertanya dalam keadaan menyetir, kepalanya menoleh sekilas ke arah tangan Alena 

Alena menggeleng. "Udah gak sakit kok, Kak. Cuma masih sedikit perih dan melepuh," jawab Alena seraya mengangkat dan melihat-lihat tangannya yang merah.

Kening Ravael mengerut khawatir menatap lukanya. "Mau ke rumah sakit?"

Alena langsung menggeleng cepat. "Gak usah, Kak! Obatinnya di rumah aja." 

"Tuh cewek gak punya mata kali, ya! Nyampe nabrak Andreas dan bikin kamu luka," sungut Ravael kesal.

Alena tersentak kaget melihatnya. Baru pertama kali mendengar ucapan kakaknya yang dingin. Apalagi, itu untuk tokoh utama wanita. Setahu Alena, sifat Ravael dalam novel kepada protagonis wanita sangat baik dan selalu mendukung. 

Mungkin, mereka belum kenal? Sama halnya dengan Dava dan Rafka. Tapi, Ravael tidak sampai mencintainya.

"Udah, kak. Gak pa-pa. Lagian dia juga mungkin gak sengaja," sanggah Alena.

"Tapi 'kan mungkin juga dia cuma caper sama Andreas?" bantah Ravael. 

Alena hanya diam, karena tidak tahu harus menjawab apa.

Setelah mereka sampai di rumah, keduanya di sambut Berliana. Dengan mimik antusias, Berliana menghampiri dua anaknya. Lebih tepatnya, Alena.

"Alena! Gimana sekolah pertama kamu?  kamu udah punya teman? Gak ada yang gangguin kamu, kan?" 

Rentetan pertanyaan menembus telinga adik kakak itu ketika baru saja masuk menginjakan kaki satu langkah dari pintu.

Alena yang melihat muka cerah mamanya langsung tersenyum dan menjawab lembut. "Baik, Mah. Alena juga udah punya temen. Nama mereka Dhita sama Risha."

"Gak bakal ada yang gangguin Alena, Mah. Tenang aja," celetuk Ravael.

Wajah Berliana semakin cerah mendengar jawaban baik keduanya. Namun, mimik cerahnya tidak tahan lama setelah Berliana menunduk dan melihat tangan Alena yang terluka. Ia mengerutkan kening. Dalam sekejap, ekspresi Berliana menjadi suram. 

Alena dan Ravael merasa heran melihat perubahan raut mamah mereka yang cepat berubah. Keduanya mengikuti pandangan Berliana.

Mampus, gue, batin Ravael 

Aduh, Aku pasti kena omel, batin Alena berkeringat dingin.

1
Fitri Apriyani
bagus banget kk cuma ap nya kuma satu bab jadi aku lama nunguin nya mana dah ngak sabar lagi aku harap jangan gantung ya ceritanya harus sampai tamat oke kk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!