NovelToon NovelToon
Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:692
Nilai: 5
Nama Author: Erny Su

Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Jiwa langsung bergegas pergi dari atas panggung tepat setelah tepuk tangan meriah yang diberikan oleh para tamu undangan saat ini karena dia sudah selesai bernyanyi dan dilanjutkan oleh Rudy dengan penyanyi lainnya.

Alvin yang melihat kepergian Jiwa pun langsung bergegas mengejar nya setelah pamit untuk ke toilet dengan terburu-buru.

Jiwa sudah berada di depan lobby sambil menyeret koper kecil miliknya dengan terburu-buru.

Dia sudah tidak kuat berada di acara tersebut meskipun dia sudah merelakan semuanya berlalu begitu saja.

Alvin yang diberitahu oleh seseorang saat dia bertanya tentang Jiwa pun langsung berlari menuju lobby, dan bertepatan dengan itu mobil Arjuna datang menghampiri Jiwa.

"Tunggu!"teriak Alvino yang kini berlari menghampiri Jiwa yang mematung di tempatnya dan Arjuna yang turun dari dalam mobil hendak membuka pintu mobilnya untuk Jiwa.

"Sudah selesai."ucap Arjuna yang dijawab anggukan kepala pelan oleh Jiwa yang kini ditarik oleh Alvin.

"Maaf babe, maafkan aku... aku"

"Lepas tuan sebelum ada orang yang salah faham, oh ia selamat untuk pertunangan kalian semoga langgeng."ucap Jiwa yang kini melepaskan pelukan Alvin yang hanya menatap lekat wajah cantik itu.

"Ayo kak, aku sudah lapar."ucap Jiwa yang kini langsung bergegas menuju kearah mobil miliknya yang diberikan pada Arjuna.

"Baiklah, Al gue pulang dulu selamat untuk pertunangan nya dan semoga langgeng gue minta maaf karena baru tau soal itu."ucap Arjuna yang kini menutup pintu mobil setelah Jiwa masuk dengan terburu-buru.

"Babe please tunggu aku, aku akan jelaskan semuanya aku janji."ucap Alvin.

"Gue duluan Al."ucap Arjuna yang kini bergegas masuk kedalam mobil.

Mereka pun berlalu dengan mobil mereka sementara Alvin masih berdiri sambil mengepalkan tangannya erat-erat.

"Maaf babe aku janji tidak lama lagi kita akan menikah."ucap Alvino yang kini kembali melangkah pergi memasuki ballroom hotel tersebut.

Baru saja beberapa langkah dia hampir bertabrakan dengan Rudy yang kini menatap lekat wajah Alvino sambil berlalu pergi. Namun baru saja beberapa langkah Rudy langsung berkata."Jika anda tidak cinta dengan dia sebaiknya lepaskan saja agar dia tetap baik-baik saja."ucapnya yang kini membuat Alvin berbalik menatap punggung pria yang baru saja bicara padanya.

Alvin pun kembali melanjutkan langkahnya, dia tidak menemui tunangannya melainkan pamit pada kedua orang tuanya dengan alasan pekerjaan yang mendadak.

Saat kedua orang tua Alvin mencegah nya, Alvaro langsung membantu meminta izin pada kedua orang tua mereka.

"Mom, Alvin memang harus segera pergi karena cabang perusahaan mengalami masalah besar."ucap Alvaro yang kini melirik kearah Alvin.

"Baiklah tapi sebaiknya temui Kania dulu dia sudah resmi menjadi tunangan mu, dan itu artinya dia sudah setengah jadi istrimu yang harus kamu beritahu atau meminta izin saat akan berpergian."ucap nyonya Wijaya.

"Biar aku yang sampaikan segeralah berangkat sudah tidak ada waktu lagi."ucap Alvaro menengahi.

"Baiklah kak terimakasih aku mengandalkan mu."ucap Alvino yang kini pergi dengan terburu-buru, dia tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang kini tengah menikmati berbagai hidangan lezat yang tersedia di sana.

Mereka belum sempat mengucapkan selamat pada Alvino Wijaya yang kini pergi meninggalkan ruang pesta yang terlihat megah itu.

"Tunggu aku sayang aku akan pastikan bahwa kita akan segera bersama."lirih Alvin.

Sementara itu di perjalanan yang sepi itu kedua kakak beradik tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing termasuk Arjuna yang kini tengah mengemudikan mobil.

"Jangan sedih ya de, mungkin dia memang bukan jodoh mu. dan kita juga tidak sebanding dengan mereka jadi daripada terus mendapatkan rasa sakit lebih baik sakitnya hanya sekarang ini."ucap Azura yang kini tetap fokus pada jalanan.

"Kakak bicara apa, sejak itu aku sudah mengikhlaskan dia bersama orang lain. Karena Jiwa tau seberapa besar pun rasa cinta Jiwa untuk nya itu tidak akan bisa mengubah segalanya. Dia tetaplah seorang pangeran yang tidak ditakdirkan untuk bersanding dengan wanita seperti ku."ucap Jiwa.

"Hmm... yang sabar ya, suatu saat nanti kakak janji akan membuat mu dihormati oleh semua orang dengan segala yang akan kita miliki nantinya."ucap Arjuna yang juga merasakan rasa sakit yang teramat sangat saat melihat adiknya terluka meskipun tk berdarah.

"Tidak kak, aku tidak ingin seperti itu, cukup dengan memiliki kakak di dunia ini aku tidak butuh apapun lagi."ucap Jiwa yang kini mendapat usapan lembut di puncak kepala nya.

"Bagaimana kalau kita jual rumah, lagipula kita tidak mungkin terus bersedih karena terus teringat akan kenangan kedua orang tua kita. uangnya bisa kita belikan rumah baru yang sederhana dan sebagian kita jadikan modal usaha, kakak ingin membuka toko roti."ucap Arjuna.

"Lakukan apa yang menurut kakak baik, lagipula aku juga tidak mungkin lagi tinggal di sana kak, nanti kalau kakak kekurangan modal katakan padaku saja aku punya banyak uang untuk itu."ucap Jiwa yang akhirnya membuat keduanya tertawa bersama.

"Kakak yakin bakat memasak kakak belum hilang?"ucap Jiwa dengan sengaja.

"Kau meragukan kakak mu ini, aku bahkan sering ikut berpartisipasi di dalam penjara untuk membuat makanan yang lezat untuk para tahanan."ucap Arjuna jujur.

"Wow kakak hebat, setelah teman-teman kakak bebas nanti kakak bisa ajak mereka untuk bekerja."ucap Jiwa.

"Hmm... nanti kakak pikirkan dulu."ucap Arjuna.

Mereka pun tiba di rumah kontrakan yang sudah mereka berdua tempati selama beberapa hari terakhir.

"Ah sampai juga, setelah bersih-bersih aku ingin makan mie instan spesial."ucap Jiwa yang meminta kakak nya untuk memasak.

"Baiklah tuan putri."balas Arjuna yang kini membawakan koper milik Jiwa, mereka masuk kedalam rumah.

Sementara Jiwa kini sedang berada di dalam kamar mandi, air mata nya menetes tanpa henti, yang lebih menyakitkan di saat ini adalah dia sudah benar-benar kehilangan semua.

Jiwa keluar setelah mandi dan menggunakan piyama tidurnya dan keluar kamar untuk menagih mie instan yang dia inginkan.

"Kak mana mie"ucapan nya terhenti kala ia melihat pria yang ada di hadapannya saat ini, pria yang sudah tidak ingin lagi ia lihat ataupun temui setelah rasa sakit yang masih ia rasakan sampai saat ini.

"Al gue minta maaf, tolong berikan dia waktu untuk makan. Dia belum makan malam."ucap Arjuna yang kini menghampiri keduanya.

Alvino masih menatap lekat wajah sembab itu, tapi tidak lama karena Jiwa berjalan menuju meja makan dimana semangkuk mie instan dengan beberapa toping yang tersaji di atasnya sudah menunggu nya sejak beberapa menit yang lalu.

"Hmm... sepertinya ini lezat kak, apa kakak tidak mau makan?"ucap Jiwa dengan cueknya.

"Tidak kamu saja, kakak tidak makan selarut ini. Lagipula kakak sudah makan."ucap Arjuna.

"OK makasih kak."ucap Jiwa yang kini hendak menyendok mie tersebut dengan garpu tapi tidak sempat garpu itu menggapai mie, Alvino sudah langsung merebut mangkuk tersebut dan menjauhkannya dari Jiwa.

"Apa-apaan ini tuan?"tanya Jiwa.

"Ikut aku babe."ucap Alvino.

...*****...

Perdebatan antara Alvino dan Arjuna pun tidak terelakkan lagi saat Arjuna mencegah langkah Alvino yang membawa paksa adiknya itu.

"Juna seharusnya kamu mendukung ku, adikmu sedang tidak baik-baik saja tapi kamu malah dengan gampangnya mengabulkan permintaan adikmu, bagaimana jika dia sakit setelah memakan makanan seperti itu."ujar Alvin.

"Al adikku sudah pernah mengalami sakit bahkan melewati kematian, apa salahnya aku sebagai kakaknya mengabulkan keinginan adikku sendiri. Lagipula Al sekarang kamu sudah tidak lagi memiliki hubungan apapun dengan adikku dan aku harap setelah ini kau menjauhinya."ucap Arjuna.

"Juna!"bentak Alvino yang tidak terima dengan permintaan Arjuna.

"Aku tidak pernah memutuskan hubungan ku dengan nya, dia tetap akan menjadi satu-satunya wanita yang sangat aku cintai."ucap Alvino tegas.

"Semua sudah berlalu tuan, sekarang sebaiknya anda pergi."ucap Jiwa yang kini berlari kembali ke meja makan, dia mengambil sambal super pedas yang ada di balik meja tersebut dan menuangkan sambal itu dengan cepat.

"Babe hentikan! Jangan makan makanan seperti itu kamu bisa sakit."ucap Alvino yang tidak bisa lagi mencegah Jiwa yang kini terlihat memakan mie instan itu dengan cepat karena sudah sangat lapar.

Alvino pun kembali ke meja, tepat di hadapan Jiwa yang kini terus fokus pada makanan nya.

Hingga tetes keringat membanjiri wajah cantik yang sudah menghabiskan puluhan lembar tissu tersebut, Jiwa masih menikmati itu hingga kuahnya habis.

"Terimakasih kak aku kenyang sekarang aku istirahat dulu."ucap Jiwa yang kini tidak peduli dengan Alvin yang kini meraih tangan nya dan tangan Jiwa berusaha melepaskan nya.

"Kamu boleh menghukum ku dengan cara memukul ku atau bunuh aku sekalian sayang, tapi aku mohon jangan diamkan aku seperti ini. Aku sudah menunggu mu kembali sambil mencari mu selama tiga tahun lebih sayang, aku lebih baik mati daripada harus kehilangan mu lagi."ucap Alvino yang membuat Jiwa terdiam.

"Al gue mohon jangan terus membebani pikiran adik gue, dia sudah sangat menderita dan tolong berhenti mengatakan seolah-olah loe mencintai dia seharusnya loe sadar bahwa loe adalah penyebab kecelakaan itu!."ucap Arjuna.

Alvin berbalik menatap Arjuna yang kini terlihat sangat serius."Aku tidak pernah menyakiti nya Juna, aku sangat mencintai dia. Jika karena pertunangan ini dia terluka aku minta maaf, tapi aku sendiri bahkan tidak peduli dengan pertunangan itu... aku mencintai Jiwa lebih dari nyawa ku sendiri."ucap Alvin.

"Sudah cukup!! Cukup tuan sebaiknya Anda pergi karena semua itu sudah tidak ada gunanya lagi."ucap Jiwa yang kini tidak sadarkan diri dan hampir saja menghantam pas bunga yang ada di sudut meja jika saja Alvin tidak reflek menarik nya.

"Loe lihat akibat nya bukan! Sekarang pergi!"ucap Arjuna yang kini terlihat sangat ketakutan, dia takut adiknya kenapa-napa.

"Gue akan membawa dia ke rumah sakit sekarang loe bawa perlengkapan yang dia butuhkan nanti nya lalu susul gue ke rumah sakit terdekat."ucap Alvin yang kini berusaha untuk bisa tenang meskipun dia sendiri merasa sangat khawatir jika ingatan Jiwa kembali terganggu. karena sebelum ini dia mendapatkan ingatannya kembali setelah tidak sadarkan diri.

Arjuna hanya bisa pasrah, lagipula Alvin tidak akan pernah bisa dihentikan jika itu berkaitan dengan jiwa, dulu pun seperti itu saat Arjuna masih menjadi asisten pribadi Alvin hingga hubungan itu tercium oleh kedua orang tua Alvin dan Arjuna yang ingin melindungi adiknya memilih resign dari pekerjaannya karena pilihan yang diberikan oleh kedua orang tua Alvin secara diam-diam.

Mereka mendesak Arjuna untuk berkata jujur tentang siapa wanita yang sedang dekat dengan Alvin waktu itu, tapi Arjuna tidak mampu untuk mengatakan bahwa Alvin mencintai adiknya dan mereka berpacaran. saat itu kinerjanya pun diragukan hingga akhirnya ia diminta untuk resign dari pekerjaannya itu dengan alasan yang mendasar bahwa saat itu Arjuna dan sekertaris Alvin adalah pasangan kekasih, padahal itu tidak Alvin permasalahan kecuali peraturan perusahaan yang akhirnya membuat Alvin merelakan Arjuna resign.

Arjuna bekerja serabutan sejak saat itu, dia bahkan menjadi koki roti hingga satu tahun kemudian saat tragedi kecelakaan itu terjadi, dimana adiknya harus pergi dan dinyatakan tewas dalam kecelakaan tersebut.

Sesampainya di rumah sakit, tepatnya di ruang IGD rumah sakit tersebut. Jiwa langsung ditangani oleh dokter.

Alvin sendiri kini tengah mondar-mandir di depan pintu masuk menunggu kabar, waktu sudah hampir pukul empat pagi, Alvin masih menunggu dalam kecemasan disusul oleh Arjuna yang kini bertanya-tanya tentang keadaan adiknya.

"Tuan Alvin mari ikut saya."ucap seorang perawat yang kini kembali masuk kedalam diikuti oleh Alvin dan Arjuna.

"Silahkan."ucap nya lagi mempersilahkan Alvin untuk duduk di hadapan dokter jaga.

"Tuan Alvin ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan pada anda, ini tentang keadaan pasien yang saat ini masih belum sadarkan diri."ucap sang dokter membuat keduanya tegang.

"Apa itu dokter?"tanya Alvin.

"Yang pertama saya menemukan beberapa bekas luka yang cukup serius di bagian kepala pasien yang mungkin menjadi penyebab utama nona jiwa sering tidak sadarkan diri. lalu kemudian dibagikan lambung nya bermasalah dia mungkin menderita mag kronis yang diakibatkan sering terlambat makan, dan juga terkena anemia."ucap sang dokter.

"Bekas luka yang seperti apa dok, adik saya memang pernah mengalami kecelakaan maut dan saat itu dia terjun ke laut bersama mobil saya, hingga akhirnya ia kehilangan ingatannya."ucap Arjuna.

"Apa pengobatan nya dilakukan hingga benar-benar sembuh?."ucap sang dokter yang kini kembali bertanya.

"Kami kurang tau dok, adik saya baru kembali dua minggu yang lalu setelah dinyatakan tewas dalam kecelakaan tersebut dan jasad nya tidak pernah ditemukan."ujar Arjuna jujur.

"Hmm... kita tunggu perkembangan berikutnya setelah nona Jiwa siuman, jika ada masalah setelah nya kita akan melakukan pemeriksaan ulang."ucap sang dokter.

"Baik dok lakukan yang terbaik berapapun biaya nya saya akan bayar yang terpenting dia baik-baik saja."ucapnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!