NovelToon NovelToon
Aset Besar Milik Istri Kecilku

Aset Besar Milik Istri Kecilku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Mafia / Cintapertama
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Atik's

Semua orang terkejut saat bos besar mereka muncul dengan menggandeng seorang wanita muda. Karyawan pria terpesona karena lekuk tubuh dan aset besar yang terpampang itu, sementara karyawan wanita merasa cemburu pada sosok yang berjalan bersama atasan mereka.

"Turunkan pandangan kalian!" desis Vino dengan nada dingin. Banyak yang berbisik-bisik tentang Sea menyebutnya sebagai perayu ulung. Mendengar itu, David merasa darahnya mendidih. Ia berhenti, berputar, dan menatap tajam mereka yang berani menggunjing istrinya.

"Berani-beraninya kalian menyebut istriku penggoda!Kalian ingin mencari masalah, ya?"

Semua orang kaget saat tahu bahwa wanita yang mereka bicarakan ternyata adalah istri dari atasan mereka.

"A-ampun, Tuan. Kami tidak tahu kalau Nyonya adalah istri Anda!" kata salah satu dari mereka dengan nada takut.

David mendengus kesal. Wajahnya menjadi lebih lembut saat merasakan usapan halus di tangannya.

"Jangan emosi, sayang. Nanti mereka bisa ketakutan," bisik Sea den

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atik's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14

14

Yudi mengerutkan kening.

"Memangnya siapa yang ingin bekerja, Nona Sea?"

Sea tersenyum lebar.

"Aku!"

Benar saja. Senyuman tadi memang pertanda buruk. Tebakan Yudi tepat, Nona kecilnya itu memang menginginkan sesuatu. Dan keinginannya adalah bekerja sebagai pelayan di rumah tersebut.

"Nona, boleh saya bertanya?" tanya Yudi dengan ekspresi bingung.

Sea mengangguk, berharap Yudi akan menerimanya untuk bekerja disana.

"Kenapa Nona Sea ingin menjadi pelayan di rumah ini?"

"Karena aku butuh pekerjaan, Mas Yudi. Manajer restoran pasti sudah memecatku karena aku tidak masuk kerja selama seminggu. Aku tidak bisa terus menganggur seperti ini, Mas Yudi. Secepatnya aku harus mendapatkan pekerjaan baru!" jawab Sea sambil menggoyang-goyangkan kaki seperti anak kecil.

Yudi dan para pelayan tidak tahu bagaimana harus menanggapi kepolosan Nona mereka. Tidakkah Nona mereka sadar kalau Tuan Muda David siap menanggung segala kebutuhannya di rumah itu?

"Nona Sea, Tuan Muda bisa sangat marah jika saya mempekerjakan Anda disini. Nyawa saya bisa terancam!" kata Yudi, mencoba membujuk Sea untuk mengurungkan niatnya.

Sea terdiam, tampak bingung. Ada sesuatu yang terasa aneh baginya.

"Kenapa Tuan Muda harus marah, Mas Yudi? Bukankah seharusnya dia senang kalau ada tambahan pelayan di rumah ini?" tanyanya polos.

"Bukan begitu, Nona. Tuan Muda membawa Anda kesini bukan untuk menjadi pelayan. Anda disini sebagai teman hidupnya!" jawab Yudi dengan sabar.

"Teman hidup? Apa itu, mas?" Sea bertanya, semakin bingung.

Yudi sendiri merasa kesulitan untuk menjelaskannya. Karena tidak ingin salah bicara, ia memberi isyarat kepada pelayan lain untuk mengalihkan topik pembicaraan Sea.

"Nona Sea, bagaimana kalau kita menggambar di taman? Sinar matahari pagi bagus untuk kulit Nona," ajak pelayan wanita yang paling dekat dengan Sea.

"Tapi mbak, aku belum selesai membahas pekerjaan dengan Mas Yudi!" jawab Sea, ragu-ragu.

Pelayan lain berusaha membujuk Sea untuk pergi. Dengan hati-hati, ia menarik tangan Sea, sementara Yudi menatap mereka dengan tajam.

"Soal pekerjaan bisa nanti, Nona. Lebih baik kita bersenang-senang di taman. Nona mau makan buah?" tanyanya lega bisa membawa Sea keluar dari rumah.

"Tidak, mbak, perutku masih kenyang!" jawab Sea sambil menepuk erutnya.

Para pelayan terkekeh melihat tingkah lucu Nona mereka. Salah satu di antara mereka tampak berlari mengambil peralatan untuk menggambar.

Semua kejadian itu tak lepas dari mata tajam Yudi. Dia terus mengawasi para pelayan dan Nona kecilnya dari balik tirai jendela.

"Baru kali ini aku dibuat mati kutu oleh seorang gadis kecil. Menjadi seorang pelayan? Astaga Nona Sea, apa kau tidak tahu kalau tuan Muda David pasti akan memberikan apapun yang Nona inginkan, tanpa perlu repot bekerja sebagai pelayan," gumam Yudi dalam hati.

Tak ingin mendapat masalah dari Tuan Muda, Yudi segera meraih ponselnya untuk melapor. Ia merasa Tuan Muda harus segera tahu tentang keinginan Sea.

"Ada apa, Yudi? Apa Sea baik-baik saja?"

Pertanyaan itu langsung menyambut Yudi saat panggilannya tersambung.

"Nona Sea baik-baik saja, Tuan Muda. Dia sedang menggambar bersama para pelayan setelah sarapan," jawab Yudi sambil melirik Sea yang sedang asyik menggambar.

"Menggambar lagi?"

Yudi mengangguk membenarkan.

"Betul, Tuan Muda. Nona Sea terlihat sangat menikmati kegiatannya," jawab Yudi sambil tersenyum tipis.

"Ya sudah, biarkan saja dia melakukan apapun yang dia suka. Jangan lupa awasi terus dan pastikan dia makan dengan baik, Yudi!"

Yudi mengangguk lagi.

"Baik, Tuan Muda. Sebenarnya, ada hal lain yang ingin saya laporkan tentang Nona Sea!" ucap Yudi sebelum Tuan Muda menutup telepon.

"Apa itu? Sea tidak minta pergi dari rumah, kan? Cegah dia, jangan sampai dia keluar dari gerbang. Kalau sampai terjadi sesuatu, kamu dan semua orang di rumah akan menanggung akibatnya!"

Yudi menarik napas dalam-dalam saat Tuan Muda memberikan ancaman.

"Tuan Muda, Anda bahkan belum mendengar apa yang ingin saya laporkan. Tenang saja, Nona Sea sama sekali tidak mengatakan apa-apa soal itu." ucap Yudi, mencoba sabar menghadapi reaksi berlebihan Tuan Mudanya.

Terdengar helaan napas lega dari seberang sana.

"Kenapa tidak bilang dari awal, Yudi? Ini salahmu sendiri. Sekarang, cepat katakan apa yang Sea katakan padamu!"

Lagi-lagi salah.

"Nona Sea bilang dia tidak mau menganggur, Tuan Muda. Dia ingin segera punya pekerjaan, dan pekerjaan yang dia inginkan adalah menjadi pelayan di rumah ini. Haruskah saya kabulkan permintaannya, Tuan Muda?"

Hening.

Yudi sudah siap mendengar ledakan amarah, karena dia yakin Tuan Mudanya sedang mati-matian menahan emosi.

"Kabulkan saja kalau kau sudah bosan bernapas. lancang sekali kau mau menjadikan calon istriku sebagai pelayan! Apakah kau sudah kehilangan akal?"

Benar sekali. Selalu Yudi yang jadi kambing hitam. Padahal, dia sama sekali tidak meminta Sea bekerja—itu keinginan si gadis kecil itu sendiri.

"Lalu apa yang harus saya lakukan, Tuan Muda?" tanya Yudi dengan nada pasrah, tidak mau berdebat lagi.

"Tolak saja langsung! Bilang ke dia kalau rumah itu sudah cukup pelayan. Atau bikin dia sibuk dengan hal-hal lain seharian, sampai dia lupa keinginannya itu. Nanti aku yang jelaskam kepada Sea sendiri—kau pasti tidak bisa menjelaskannya dengan benar!"

Yudi menghela napas panjang, lalu mengangguk perlahan.

"Baiklah, Tuan Muda."

Setelah panggilan terputus, Yudi berjalan ke teras dan melihat Sea yang sedang asyik bersama para pelayan, tawa mereka terdengar ceria mengisi udara pagi.

Yudi menarik napas dalam-dalam sebelum menghampiri Sea.

"Nona Sea," panggil Yudi lembut.

Sea menoleh dengan senyum cerahnya. "Ada apa, Mas Yudi?"

"Begini, Nona... soal keinginan Nona untuk bekerja sebagai pelayan disini..." Yudi menggantungkan kalimatnya, merasa tidak enak.

Sea mengerutkan keningnya. "Kenapa, Mas? Apa Tuan Muda tidak mengizinkan?"

Yudi mengangguk pelan. "Tuan Muda bilang... rumah ini sudah memiliki banyak pelayan. Tuan Muda khawatir Nona akan kelelahan jika ikut bekerja,"

Senyum di wajah Sea memudar. "Tapi aku tudak bisa terus-terusan menjadi pengangguran, Mas. Aku tidak suka hanya berdiam diri."

Yudi menghela napas. "Saya mengerti, Nona. Tapi ini adalah keputusan Tuan Muda. Mungkin... Nona bisa membantu dengan cara lain? Misalnya... "Ucap Yudi menggantung, hampir keceplosan.

Sea terdiam sejenak, lalu mengangguk kecil. "Baiklah, Paman. Aku akan memikirkannya."

Yudi tersenyum lega. "Terima kasih, Nona. Nanti saya sampaikan pada Tuan Muda."

Yudi berjalan menjauh dari Sea, hatinya sedikit tidak enak. Ia tahu betul semangat Nona kecilnya itu untuk mandiri. Sambil berjalan, Yudi bergumam dalam hati, "Kenapa juga Sea masih terlihat seperti anak kecil, padahal sudah tujuh belas tahun, tapi tingkahnya masih seperti anak-anak."

Yudi menghela napas lagi. "Apa jadinya kalau Tuan Muda tidak ada? Sea harus bisa menjaga dirinya sendiri."

Yudi menggelengkan kepalanya. "Ah, sudahlah. Aku hanya bisa berharap yang terbaik untuk Nona Sea,"

1
azka
👋
Uji Coba
Mr p
Uji Coba
dari awal baca sampai bab 21 masih ok. alur masih nyambung. semoga kedepannya tidak ada pelakor ya Thor. semangat nulisnya. aku akan setia padamu seperti David ya g setia pada Sea. wkwkwk.. ku tunggu dobel update setiap hari
Uji Coba: dari awal sampai bab 21 dibikin senyum-senyum sama tingkah Sea dan David. semoga kedepannya tidak ada drama pelakor ya Thor. tapi ya terserah author lah. aku akan setia padamu.. wkwkwk.. seperti David yang setia pada istri kecilnya yang agak oon.. Ups... bukan ngejek ya Thor, ya. 😍😍
total 1 replies
Uji Coba
🤣
azka
Sea bikin ngakak brutal🤣🤣
sabun
Sea Sea😎😎
sabun
semangat💪💪
Mama Farez
buatlah karya dengan fikiran sendiri jangan menjiplak karya orang lain..
karna cerita anda sama dengan orang lain yg judulnya istri kecil sang pewaris cuma yg beda cm nama tokohnya...klu gak percaya cb cek dia udah ada bab 2 hargailah karya orang tor ...
jangan asal ketik kasihan orang yg udah mikir2 eh gak tau udah d jiplak
baru 2
nice
baru 2
😍
baru 2
sangat puas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!